Selasa

vaginaku yang menjepit penisnya ikut tertarik

Cerita Dewasa vaginaku yang menjepit penisnya ikut tertarik Dientot Pembantu Rumahku Tidurku yang tidak nyaman karna dirundung mimpi jelek, merasa semakin tidak nyaman karna nafasku tiba tiba merasa sesak, serta badanku seperti tertekan suatu hal. Rasa-rasanya saya tidak menderita penyakit asma. Tetapi selangkanganku merasa enak serta nikmat, seperti ada penis yang mengaduk vaginaku. Belum juga rasa-rasanya payudaraku diremas lembut, membuatku perlahan-lahan tersadar dari tidurku, untuk lalu merasakan nyatanya Wawan yang membuatku terbangun dengan menyetubuhiku. Saya yang masih tetap belum juga sadar benar, terperanjat memandangnya berada di kamarku, terlebih tengah menyetubuhiku, membuatku menjerit ketakutan serta mendorongnya, tetapi ia sangat berat buat cewek mungil sepertiku. 




“Lho Non Eliza, tuturnya mulai tempo hari saya bisa nikmati Non? ” bertanya Wawan memprotesku. Saya segera sadar, teringat tempo hari memanglah saya menjanjikan hal semacam ini. “Tapi bukanlah gini langkahnya Wan! Waktu saya sekali lagi tidur kamu ajak beginian. Tidak sopan tahu! Lagian saya barusan masih tetap belum juga sadar benar, bangun bangun ada orang yang lain di kamarku, kukira saya tengah diperkosa rampok tau! ”, kataku ketus. Sedikit jual mahal bisa dong? Mendengar omelanku, Wawan terdiam. Namun penisnya yang menancap di vaginaku tidak mengendur sedikitpun. Saya menghela nafas panjang, lantas berkata “Ya telah, cepat teruskan. Mana kamu ini lama sekali lagi bila main. Oh tunggulah!! ”, tiba tiba saya teringat serta turunkan volume suaraku, “Gila kamu ya Wan, kakakku mana?? ”. Wawan cengengesan serta berkata, “tenang Non, simak ini jam berapakah? Kakak non telah pergi 1/2 jam waktu lalu kok. Serta saya telah tidak tahan untuk bermain sekali lagi dengan non nih”. Oh.. saya sedikit lega, serta lihat jam, yang nyatanya telah jam 08 : 15 pagi. “Lalu, mulai sejak jam berapakah kamu nggghh… ” belum juga usai saya ajukan pertanyaan, Wawan telah mulai menggenjotku dengan tidak sabar, sampai saya melenguh, keenakan. 


“Oh.. Wan… kamu…”, desahku nikmat. Wawan tersenyum penuh kemenangan, membuatku sedikit kesal juga, namun cuma sebentar, karna rasa nikmat segera melandaku saat Wawan mengulangi gayanya tempo hari, ia memeluk pinggangku, serta menarikku berdiri. Penis yang sangat kuat itu segera tenggelam demikian dalam, membuatku melenguh lenguh. Tidak cuma karna takut, namun juga tidak menginginkan Penis itu terlepas dari vaginaku, membuatku tanpa ada sadar kembali melingkarkan kakiku ke pinggangnya. Rasa-rasanya tusukan Penis itu makin dalam, serta saya yang telah melingkarkan tanganku ke lehernya agar badanku tidak terjatuh ke belakang, memagut bibirnya penuh nafsu tidak peduli dengan berwajah yang amburadul. 


Paling akhir saya minum obat anti hamil yaitu saat saya digangbang di ruangan UKS 2 hari waktu lalu, namun saya tidak cemas hamil, sebab saat ini saya tengah bukanlah dalam waktu subur. Saya telah tidak sekali lagi miliki kemauan untuk jual mahal, karna rasa nikmat yang telah menyebar ke semua badanku benar benar menghancurkan akal sehatku. Wawan selalu memompa vaginaku sembari jalan, rasa-rasanya sangat nikmat. Saya heran serta mengira sangka ke mana ia ingin membawaku, sembari mulai memerhatikan kondisiku. Bajuku masih tetap menempel, meskipun tanpa ada bra. Saya memanglah tidak sempat tidur dengan menggunakan bra. Namun celana panjangku serta celana dalamku tak ada, serta pernah saya lihat dari pintu kamarku saat Wawan membawa badanku keluar, kutemukan ke-2 benda itu tergeletak di lantai kamarku. Saat ini Wawan menuruni tangga, rupanya akan mengajak partnernya tempo hari untuk dengan sama nikmati badanku. 


Kritis juga nih. Bila setiap pagi sarapan seks begini, bagaimana saya konsentrasi di sekolah? Namun saya tidak kuasa menampik kesenangan ini, serta pasrah saja ikuti tekad Wawan. Tiap-tiap langkahnya di tangga membuat penisnya memompa vaginaku, serta saya orgasme enteng sampai cairan cintaku mengalir makin banyak, semestinya membasahi paha Wawan, yang tampak suka suka saja. Pada akhirnya ia membawaku ke kamar tidur pembantu lelaki di rumahku, di mana pak Arifin serta Suwito telah menanti. Dengan nafas tersengal sengal karna sodokan Wawan yang makin gencar, saya yang mengerti juga akan selekasnya digangbang sekali lagi, coba mengingatkan mereka dengan terputus putus bercampur desahan serta lenguhan, “kalian… mesti inghh… ingat… yaaah…. ngggh…. saya nantiiii…. harus… sekolah…. ”. 


Mereka tertawa, serta Suwito berkata, “Tenang non Eliza, hanya satu ronde kok. Kami kan harus juga kerja bersihkan sisi luar tempat tinggal Non…”. Suwito membelai pantatku serta meneruskan “aduh non, bila begini non cantik banget lho non, mana ada bintang film porno yang secantik nona kita ini ya? ”. Pak Arifin menyibakkan rambutku yang terurai ke belakang telingaku serta menimpali, “Kita ini benar benar mujur dapat kerja disini. Dimana sekali lagi kita bisa nikmati nona amoy secantik non Eliza ini.. selanjutnya sekali lagi. Non Eliza sendiri kan yang minta? Bila begini mah, bayaran tidak naik juga kita kerasan lho Non kerja hingga tua di sini”. 


Mereka tertawa suka sesaat saya yang pada malu bercampur terangsang, tidak dapat menyikapi gurauan mereka, karna Wawan telah meneruskan pompaan penisnya yang sekeras batangan besi itu, membuatku menggeliat serta melenguh dalam pelukannya. “Nggggh.. Waaan…. aduuuh…. emmpph”, Wawan memagutku dengan buas, sampai saya tidak dapat sekali lagi bebas melenguh. Yang beda sabar menunggu gilirannya dengan langkahnya masing masing, Suwito membelai serta meremas pantat serta payudaraku, sesaat pak Arifin membelai belai rambutku yang panjang hingga sepunggung ini, sembari hirup bau harum rambutku. 


Dengan badan yang dirangsang 3 orang sekalian begini, membuat orgasme untuk orgasme meluluh lantakkan badanku, hingga pada akhirnya datanglah waktu saat yang paling nikmat itu, saya kembali memperoleh multi orgasme. “Mmmmmph… hnngggh.. oooohhhh… aaa…. duuuuuh…. ” erangku waktu badanku terlonjak lonjak tidak karuan, cairan cintaku membanjir serta membanjir. Betisku melejang lejang, pinggangku tertekuk ke belakang saat saya nikmati orgasmeku dengan keseluruhan. Badanku tentu telah jatuh bila tidak ditahan Suwito serta pak Arifin, yang memakai peluang itu untuk menyusu pada payudaraku sembari meremas remas dengan gemas, membuat orgasmeku yang susul menyusul ini semakin merasa nikmat. Dentang grandfather clock dari dalam ruangan tamu di rumahku tunjukkan saat ini yaitu jam 09 : 00! 


Oh… entahlah, mungkin saja telah sejam kali saya digenjot Wawan, bila ditambah dengan saat saya masih tetap tertidur. Ia memanglah perkasa untuk masalah seks, membuatku makin mengagumi akan kepadanya. Sebagian menit sesudah saya orgasme, Wawan tidak tahan sekali lagi. “Oooh… mem*knya non Eliza ini…. rasa-rasanya kont*lku seperti diurut urut… telah 3 menit… aaah… “, erangnya sembari menembakkan spermanya didalam liang vaginaku. Saya pejamkan mata menginginkan nikmati sepuas puasnya rasa hangat yang penuhi relung relung vaginaku. Kurasakan badanku dibaringkan di satu diantara ranjang mereka, serta penis Wawan telah lepas dari vaginaku. Saya buka mataku, untuk lihat giliran siapa selanjutnya. 


Sedikit lain dari tempo hari, saat ini gilirannya Suwito, yang telah ambil tempat di selangkanganku, serta selekasnya membenamkan penisnya kedalam vaginaku yang masih tetap begitu basah oleh cairan cintaku serta sperma Wawan. Saya cuma dapat menggeliat pasrah di bawah tindihan Suwito, yang dengan penuh semangat menggenjotku sepuas puasnya. Pak Arifin masih tetap memainkan rambutku, yang menurut dia begitu indah. Tiba tiba saya teringat penis Wawan yang tentu masih tetap belepotan sperma yang bercampur cairan cintaku. Tak tahu apa yang mendorongku, namun saya nyaris tidak dapat meyakini kalau itu yaitu suaraku sendiri saat saya menyebut Wawan, “Wan, sini saya oralin bentar”. 


Wawan yang tengah duduk di lantai beristirahat, sudah pasti tidak butuh kuminta 2 x, ia selekasnya bangkit mendekatiku serta menyodorkan penisnya untuk kuoral, serta tanpa ada malu malu saya memegang penis yang telah mengendur itu, kukulum kulum serta kuseruput sampai pipiku tampak kempot, hingga tidak ada sperma yang tersisa, sesaat Wawan melenguh lenguh keenakan. Benar benar edan! Bagaimana mungkin saja saya dapat seliar ini? Bahkan juga saya terasa sperma itu demikian enak serta gurih, apakah ini karna saya mulai ketagihan minum sperma? Mungkin saja saja, karna saat ini saya telah tidak sabar sekali lagi menanti Suwito orgasme, karna saya menginginkan selekasnya menjilati serta menyedot sperma sekali lagi. 


Jadi sesudah penis Wawan usai kuoral hingga bersih, saya selekasnya menggerakkan pinggulku menyongsong tusukan untuk tusukan Suwito, serta benar saja, tidak hingga 10 menit Suwito telah menggeram. Menginginkan saya memohonnya keluar di mulutku, tetapi saya takut dipandang tidak adil karna barusan Wawan telah keluar didalam. Jadi saya diam saja, membiarkan Suwito memuaskan keinginannya untuk menyemprotkan spermanya dalam liang vaginaku. Sesudah kurasakan tidak ada semprotan sekali lagi, saya selekasnya mendorong badannya hingga penisnya lepas dari jepitan liang vaginaku, serta buru buru saya berkata, ”To, cepat sini…”. Suwito juga selekasnya menghampiriku, membenamkan penisnya ke mulutku, serta saya selekasnya menyedot nyedot dengan pejamkan mataku, rasakan tetes untuk tetes sperma yang teroleskan di lidahku. Rasa-rasanya sangat nikmat, asin serta demikian gurih. 

Pak Arifin yang sempat tak kulihat batang hidungnya, kulihat kembali, sambil membawa sebuah sendok teh dan piring kecil. Aku tak terlalu memperdulikan hal itu, dan terus mengulum penis Suwito. Tiba tiba, aku melepaskan kulumanku, sambil melenguh pelan karena merasakan nikmat pada selangkanganku. Tak apa apa, toh penis Suwito sudah bersih. Tapi bukan itu yang harus kupikirkan, maka aku melihat ada apa dengan selangkanganku. Ternyata pak Arifin sedang menyendoki lelehan sperma yang bercampur cairan cinta yang mengalir keluar dari vaginaku, dan ditadahi dengan piring kecil tadi. Aku hanya diam menahan nikmat, ketika sendok kecil itu mengorek ngorek vaginaku dengan lembut, seolah menyendoki cairan cintaku dan sperma sperma dari Wawan dan Suwito. Setelah cukup lama, mungkin setelah vaginaku sudah tak terlalu becek lagi, pak Arifin berkata, “Non Eliza, non suka peju ya? Saya suapin peju mau ya?”.


Aku dengan sedikit malu, mengangguk pelan, dan pak Arifin mulai menyuapiku dengan lembut seperti menyuapi anaknya yang sedang sakit. Kembali aku merasakan sperma yang bercampur cairan cinta. Suapan demi suapan cairan yang gurih dan nikmat ini membuat aku tak begitu lapar lagi meskipun aku ingat aku belum makan pagi. Setelah jatahku habis, pak Arifin mulai bersiap menggenjotku, sambil bertanya, “Non Eliza, non mau nggak kalau nanti saya mengeluarkan peju dalam mulut non?”. Aku mengangguk senang, kemudian melebarkan selangkanganku selebar lebarnya, karena aku ingat penis pak Arifin ini berukuran raksasa. Kurasakan penis itu sudah mulai melesak sedikit, dan gairahku langsung naik cepat. Apalagi Wawan dan Suwito ikut menyusu pada payudaraku dengan remasan remasan kecil. 


“Aduh… oooh…”, erangku antara sakit dan nikmat. Tetap saja ada rasa sakit yang melanda vaginaku, karena ukuran penis pak Arifin sangat besar. Tapi kini aku bisa lebih cepat beradaptasi, dan mulai mengimbangi genjotan sopirku ini. setelah rasa sakit itu lenyap, aku mulai mendesah dan melenguh keenakan. Penis itu seolah menancap begitu erat, sehingga ketika pak Arifin menarik penisnya, seolah vaginaku yang menjepit penisnya ikut tertarik, dan tubuhku terangkat sedikit.


Namun ketika penis itu menghunjam, rasanya vaginaku serasa sedang dimasuki daging keras yang besar hingga sesak sekali. Tak sekeras punya Wawan memang, tapi masih keras untuk ukuran orang seumur pak Arifin. Dan cukup keras untuk membuat aku serasa melayang ke awang awing. Rasa nikmat ini akhirnya membuat aku orgasme, kembali kakiku melejang lejang membuat jepitan vaginaku pada penis pak Arifin makin erat, dan ini membuat pak Arifin kelabakan, penisnya berkedut kedut. Ia segera menarik penisnya lepas dari vaginaku dengan tergesa gesa, dan segera membenamkan penisnya dalam mulutku. Segera semprotan spermanya yang juga terasa asin dan gurih, membasahi kerongkonganku. Aku terus melahap sperma itu, menjilati dan mengulum penis itu hingga bersih.


Aku sudah tak merasa lapar lagi setelah sarapan sperma dan cairan cintaku sendiri. Mereka bertiga akhirnya duduk mengatur nafas mereka yang masih memburu. Wawan yang paling duluan pulih, namun sesuai janji mereka, ini hanya satu ronde. Tiba tiba Sulikah datang terburu buru sambil membawa celana dalam dan celana panjang satin pasangan baju tidurku. “Non, kakaknya non sudah pulang. Cepetan non, pakai ini dan kembali ke kamar non”, seru Sulikah agak panik. Aku juga ikut panik, segera memakai celana dalam dan celana panjang ini, kemudian berlari kembali ke kamarku. Yang lain juga segera memakai bajunya masing masing, kemudian segera keluar dari kamar tempat kami pesta sex barusan, seolah olah sedang bekerja seperti biasa.


Untung Sulikah memberitahu tepat pada waktunya, aku sudah di dalam ruang makan ketika kudengar deru mesin mobil kokokku di garasi. Rupanya dosen yang mengajar mata kuliahnya pagi ini tidak datang. Aku naik tangga dengan jantung berdegup kencang, akhirnya sampai juga aku ke dalam kamarku yang kulihat sudah rapi, pasti Sulikah yang merapikan. Sempat kulihat jam, ternyata sudah jam 09:30. Dan aku segera masuk ke kamar mandi, membersihkan tubuhku dari keringatku dan keringat 3 orang tadi, juga vaginaku kucuci bersih, hingga terasa kesat. Mungkin karena cuma 1 ronde, tubuhku tak terlalu lelah. Selesai mandi, aku mengeringkan tubuhku sambil memastikan tak ada tanda tanda aku baru saja bermain sex dengan mereka. Lalu aku memakai baju santai, dan turun ke ruang makan. Di sana sudah menunggu kokoku, yang membawakan aku nasi campur di dekat sekolahnya, kesukaanku. Yah, kebetulan deh. Aku kan belum makan pagi, cuma sarapan sperma dari mereka bertiga tadi.


Aku memeluk kokoku senang, dan berkata, “thank you ya kokoku yang baik”. Kokoku tertawa dan menggodaku, “Iya me. Tapi baik kalau bawain makanan aja ya? Kalau nggak jadi nggak baik?”. Aku memukul lengannya manja, lalu kami makan bersama. Kami ngobrol kesana kemari, dan tak terasa akhirnya selesai juga kami makan. Kokoku kembali ke kamarnya, mungkin main komputer. Aku juga kembali ke kamarku, mempersiapkan diri ke sekolah. Sekarang sudah jam 10, aku biasanya berangkat jam 11:30. masih ada satu setengah jam lagi, aku menyiapkan seragamku, putih abu abu. Juga tas sekolahku, yang membuatku teringat tentang obat perangsang itu.


Lalu aku menyisir rambutku rapi, dan duduk manis di ranjangku. Sambil menunggu, aku menelepon temanku, dan kami ngobrol sampai tak terasa sudah waktunya aku harus berangkat. Setelah berpamitan, aku mengenakan seragam sekolahku, lalu berpamitan pada kokoku, dan turun ke garasi. Seperti biasanya, pak Arifin menawarkan diri untuk mengantarku, tapi kutolak halus karena aku ingin menyetir mobil sendiri. Dalam perjalanan, aku mengingat ingat kejadian pagi ini, dan membayangkan besok aku harus melayani mereka bertiga lagi karena kokoku kuliah pagi sampai siang. Hmm, sarapan sex tiap pagi sebelum ke sekolah? aku menggelengkan kepala tak habis pikir, bisa bisanya ada pembantu plus sopir yang memakai tubuh anak majikannya. Entahlah, yang lebih gila lagi, anak majikannya ini tak merasa keberatan alias cewek bispak gitu loh.


Related Posts

vaginaku yang menjepit penisnya ikut tertarik
4/ 5
Oleh

Cewek Bisyar, cerita selingkuh dengan teman kantor, Toket tante, cerita cewek bispak, cerita sex dewasa, cerita sex dokter, cerita sex Tante, cerita setengah baya, cerita toket, ngentot basah.