Selasa

bibir Dina sembari meraba-raba toket Dina

bibir Dina sembari meraba-raba toket Dina Satu hari di satu cafe saya berjumpa dengan 2 orang abg yabg montok banget. Dina serta Ana. Dina waktu itu menggunakan halter neck ketat serta rok mini, hingga toketnya yang besar semakin membusung. 


Ana menggunakan kaos ketat dengan belahan yang rendah hingga toketnya yang besar mengintip keluar, serta celana ketat. Sebagian pria terlihat lihat dengan bernafsu pada kami. Kutraktir Dina serta Ana makan, kemudian saya mengajak jalan. “Wow.., mobilnya bagus banget oom. Sama kaya orangnya” kata Dina sesudah kami hingga di mobilnya. 


bibir Dina sembari meraba-raba toket Dina


Dinapun duduk di nyarsi depan disampingnya, tengah Ana duduk di bangnya belakang. Tidak lama kamipun meluncur meninggalkan cafe itu. Kuelus2 paha mulus Dina yang terungkap karna rok mininya naik ke atas. Kadang-kadang kulirik lewat kaca spion ke Ana yang tengah duduk dibelakang. Ana tau kalau saya memerhatikannya, dia cuma tersenyum tersipu. Dina minta dibelikanpakaian, serta itu saya OK saja. Ana juga kebagian juga kubelikan celana jeans. 


Usai berbelanja kuajak mereka enjoy di apartment. Dina meng OK kan saja ajakanku. Tidak lama kami telah tiba di apartment. Kita turun ke lantai dasar, parkir mobil serta menuju lift. Saya segera memijit lantai apartment serta lift meluncur ke atas. Apartmentnya tipe studio hingga cuma ada satu ruangan yang multi peranan, kamar mandi serta pantri yang merangkap dapur. Saya merebahkan diri di ranjang. Ana duduk di kursi di sudut ruangan. Sesaat Dina pergi ke kamar mandi.  


Saat keluar kembali, Dina cuma berbalut handuk lalu turut rebahan diranjang bersamaku. Kulingkarkan tanganku pada pundak Dina serta mengelus-elus nya. Tidak lama saya mulai menciumi bibir Dina sembari meraba-raba toket Dina. “An.. Sini donk.. ” ajak Dina. Ana masih tetap duduk termanggu saja di kursi lihat semuanya. Dina juga menciumku penuh napsu. Kubuka belitan handuk hingga Dina segera bertelanjang bulat. Segera kuciumi serta kujilatii toket Dina dengan rakus. Kuhisap hisap pentil Dina. Ana yang mulai terangsang lihat Dina tengah kugumuli. 


Jariku meraba bibir no nok Dina yang dipenuhi dengan jembut yang lebat. Dinapun melenguh nikmat saat jariku temukan i tilnya. Disamping itu, toket Dina masih tetap selalu kujilati serta kuemut pentilnya. Dina yang sangatlah bernafsu lalu berbalik menindih badanku. Secara cepat dia menanggalkan kancing bajuku. Dihisapnya pentilku, sesaat tangannya menanggalkan celanaku. “Dina buka dahulu ya oom” tuturnya sembari bangkit duduk serta buka semua bajuku. 


Saya tinggal berCD, serta terlihat kon***ku mencuat keluar tidak dapat tertampung di dalam CD. “An.. Sini deh.. kon*** si oom gede banget, panjang lagi” kata Dina sembari mengelus-elus kon***ku dari balik CDku. Dinapun lalu buka CD ku, serta kon***ku yang telah ngaceng keras terlihat berdiri tegak di hadapannya. “Gila.. Gede banget.. Buat Dina nafsu.. ” kata Dina sembari menundukkan kepalanya mulai menjilati serta lalu mengulum kon***ku. 


Ana telah terangsang lihat adegan ini serta nyaraba-raba toketnya sendiri. “An.. Bantuin gue dong.. ” kata Dina sembari selalu mengisap kon***ku sesaat saya mengelus- elus rambut Dina yang panjang itu. Terkadang tanganku beralih ke toket Dina yang sekal serta mempermainkan pentilnya. “Din.. Enak banget Din.. ” desahku, Dina selalu menjilati kon***ku. Ana telah tidak dapat sekali lagi menahan nafsunya lihat Dina tengah mengulum kon***ku. Ana bangkit dari kursi serta jalan kearah ranjang. 


Ana merebahkan tubuhnya di sampingku. Segera kurengkuh berwajah serta kuciumi dengan penuh napsu. Tangankupun bergerilya buka halter neck ketatnya. Lalu dengan gemas kuremas toketnya. “Iih oom.. Telah tidak sabar pengin nyusu ya? ” godanya. Saya tidak mempedulikan perkataannya, segera kuangkat cup BHnya yang kekecilan untuk menyimpan toketnya yang besar. Kuhisap pentilnya dengan gemas. “Ahh.. Ahh” erangnya saat pentilnya yang sudah mengeras kujilati serta kuhisap. “Enak oom.. Ahh” erangnya. “Emut pentilnya oom.. ” pintanya. Erangannya makin jadi. “Sstt.. Hah.. Sstt.. Hah ” Ana kembali mendesis. 


Disamping itu Dina masih tetap repot menjilati serta mengulum kon***ku. Kadang-kadang dihisapnya juga biji pelerku. Disamping itu tangannya terlihat repot meremas-remas toketnya sendiri. Sesudah saya senang nikmati toketnya, Ana kudorong sedikit ke arah selangkanganku. “Nih An. ” kata Dina sembari keluarkan kon***ku dari mulutnya. Dipegangnya batang kon***ku, Ana gemas memandangnya. ”Ih.. oom, gede banget.. ”. “Memang kamu belum juga sempat simak yang besar begini? ” “Belum oom.. Miliki cowok Ana tidak sebesar ini. ” jawabnya. 


“Arghh.. Enak An. ” erangku saat Ana mulai mengulum kepala kon***ku. Dijilatinya lubang kencingku serta lalu dikulumnya kon***ku dengan bernafsu. Disamping itu batang kon***ku dikocoknya sembari kadang-kadang diremas perlahan-lahan biji pelernya. Saya keenakan saat Ana mengeluar masukan kon***ku dengan mulutnya. Saya mengusap-usap rambutnya dengan gemas. Ruang selekasnya dipenuhi oleh eranganku. Waktu Ana mengisap kon***nya, kepalanya maju mundur, toketnya juga bergoyang. Dengan gemas kuremas toketnya. 


“An.., jepit gunakan toketmu” pintaku. Ana segera menempatkan kon***ku di belahan toketnya, serta lalu saya mengenjot kon***ku di antara toketnya. “Enak banget sshh.. ” Saya seperti tidak kuasa menahan rasa nikmat itu. Sesudah sebagian lama, saya menyodorkan kembali kon***ku ke mulutnya. Ana menyambutnya dengan penuh nafsu. Sesudah sebagian lama, diberikannya kembali kon***ku pada Dina. Dengan sigap, Dinapun kembali mengisapi kon*** ku sekali lagi. Sekian berjalan terus-terusan. Dengan bertukaran Ana serta Dina mengisap kon***ku. 

Ana kemudian berdiri dan melepas sisa pakaiannya. Aku terbelalak melihatno noknya yang juga berjembut cukup lebat. Ana menaiki tubuhku dan mengarahkan kon***ku ke no noknya. Ana menurunkan tubuhnya dan kon***ku mulai menerobos no noknya yang sempit. “Ooh.. Besar banget nih kon***nya oom.. Ahh..” desahnya ketika kon***ku telah berhasil memasuki no nok nya. “Tapi enak khan..” tanya Dina menggoda “Iya sih.. Aduh.. Oh.. Sstt..Hah.. Hah..” erangnya lagi ketika Aku mulai menggenjot no noknya.


Tanganku memegang pinggangnya sambil terus mengenjot no noknya. Sementara Dina berpindah kesampingku dan menyodorkan toketnya ke mulutku. Aku segera menjilati toket Dina. “Oom.. Gimana oom.. Enak khan ngen totin Ana?” tanya Dina menggoda. Ana masih meliuk-liukan tubuhnya. Aku pun terus menggenjot no noknya dari bawah, sambil sesekali tanganku meremas toketnya yang berayun-ayun menggemaskan. Setelah bosan dengan posisi itu, aku membalikkan tubuhnya sehingga aku berada diatas. Kugenjot kon***ku keluar masuk no noknya sambil menciumi wajahnya.


“Ehmm.. Sstt.. oom.. Enak.. Ohh. kon*** oom gede banget, no nok Ana sampe sesek rasanya oom, gesekan kon*** oom terasa banget di no nok Ana. Mau deh Ana dien tot oom tiap malam,” Ana melenguh keenakkan. “Ayo isap pentil oom” perintahku. Anapun kemudian menghisap pentilnya sementara aku terus menggenjot no noknya. Tak lama tubuhnya mengejang, dan Ana mengerang dan menggelinjang ketika nyampe. Terasa no noknya berkedut2. “An, enak banget, kon*** oom seperti sedang diemut, nikmat banget rasanya, luar biasa empotan no nok kamu”.


Karena masih ada Dina yang harus digarap, Aku menarik kon***ku dari no noknya, dan aku segera menciumi Dina yang berada di sebelahku. Dina kusuruh menungging membelakangiku. Dengan gaya doggy style Aku mengen toti Dina dari belakang. “Aduh.. oom.. kuat banget.. Ohh..” erang Dina ketika kuenjot no noknya. Ana lemas berbaring di ranjang menyaksikan Aku ngen tot dengan Dina. “Gila.. no nokmu enak banget Din..” kataku.


Tanganku memegang pinggul Dina, terkadang meremas pantatnya yang membulat. Dina pun menjerit nikmat. Toketnya pun tampak bergoyang-goyang menggemaskan. Bosan dengan posisi ini, Aku kemudian duduk di kursi. Dina lalu duduk membelakangiku dan mengarahkan kon***ku ke dalam no noknya. Kusibakkan rambutnya yang panjang dan menciumi leher Dina. Sementara itu tubuh Dina bergerak naik turun. Tanganku sibuk meremas toketnya. “Ahh.. Ahh.. Ahh..” erang Dina seirama dengan goyangan badannya diatas tubuhku.


Terkadang erangan itu terhenti saat kusodorkan jemariku untuk dihisap Dina. Beberapa saat kemudian, kuhentikan goyangan badannya dan kucondongkan tubuh Dina agak ke belakang, sehingga dapat menghisap toketnya. Dengan gemas kulahap bukit kembarnya dan sesekali pentil Dina kujilati. Erangan Dina semakin keras terdengar, membuat Ana menjadi kembali bernapsu. Setelah Aku selesai menikmati toket ranumnya, kembali Dina mengenjot tubuhnya naik turun dengan liar.


Binal banget kelihatannya. Cukup lama aku menikmati perngen totan dengan Dina di atas kursi. Lalu aku berdiri, dan kembali berciuman dengan Dina. sambil dengan gemas meremas dan menghisap toket Dina. Aku ingin segera menuntaskan permainan ini. Lalu kurebahkan Dina di atas ranjang. Aku kemudian mengarahkan kon***ku kembali ke dalam no nok Dina. “Ahh..” erang Dina kembali ketika kon***ku kembali menyesaki no noknya. Langsung Dina kuenjot dengan ganas.


Erangan nikmat mereka berdua memenuhi ruangan itu, ditambah dengan bunyi derit ranjang menambah panas suasana. Kulihat Dina menggelengkan kepalanya ke kanan kekiri menahan nikmat. Tangannya meremas-remas sprei ranjang. “Oom.. Dina hampir sampai oom.. Terus.. Ahh.. Ahh” jeritnya sambil tubuhnya mengejang dalam dekapanku. Tampak dia telah nyampe. Aku menghentikan enjotanku sebentar, dan Dina pun kemudian lunglai di atas ranjang.


Kulihat butir keringat mengalir di wajah Dina. Toketnya naik turun seirama dengan helaan nafasnya. Aku kembali menggemasi toket Dina dengan bernafsu. Aku mulai lagi mengenjot no nok Dina sambil sesekali meremas toketnya yang bergoyang seirama enjotanku. Aku terus mengenjotkan kon***ku keluar masuk no nok Dina sampai akhirnya ngecretlah pejuku di dalam no nok Dina. Dina terkapar karena kenikmatan dan lemas.


Aku menghampiri Ana yang masih terkapar di ranjang. Aku mulai menciuminya sambil mengusap-usap paha Ana, dan kemudian mengilik no noknya dengan jemariku. “Ehmm..” erangnya saat i tilnya kuusap-usap dengan gemas. Erangannya terhenti Aku menciumnya dengan penuh napsu. Tanganku meremas2 toketnya yang besar menantang. “Oom kuat banget sih , baru ngecret dengan Dina sudah mau ngen tot lagi dengan Ana” ucapnya lirih. “Iya habis oom pengen diempot no nok kamu sampe ngecret. Tadi kan belum ngecret, itu juga udah nikmat banget rasanya.


Apalagi kalo sampe ngecret” bisikku. Desahnya kembali terdengar ketika lidahku mulai menari di atas pentilnya yang sudah menonjol keras. Kuhisap dengan gemas gunung kembar nya hingga membuat tubuhnya menggelinjang nikmat. “Gantian dong An” bisikku ketika aku sudah puas menikmati toketnya yang ranum. Kami pun kembali berciuman sementara tangannya meremas kon***ku yang mulai membengkak. Ana pun kemudian mendekatkan wajahnya ke kon***ku, dan mulutnya mulai mengulum kon***ku.


Sambil menghisap kon***ku, Ana mengocok perlahan batangnya, membuatku tak tahan untuk menahan erangan nikmatnya. “Ihh… Dina juga pengen dong..”, kata Dina sambil menggeser ke arahku. “Ya ayo” kataku sambil mengelus-elus rambut Ana yang masih menghisap kon***nya. Dina pun langsung kuciumi. Lidah kami saling bertaut, sementara Ana masih sibuk menikmati kon***ku. Setelah puas berciuman, aku mencabut kon***ku dari mulutnya. “Ayo Din” kata ku sambil sedikit menekan kepala Dina agar mendekat ke kon***ku. “Iya..” kata Dina sambil dengan imutnya menyibakkan rambut yang menutupi telinganya.


“Ahh.. Yes..” desahku saat Dina memasukkan kon***ku ke dalam mulutnya. Dina menghisap kon***ku seperti anak kecil sedang memakan permen lolipop. Nikmat sekali rasanya. Cukup lama juga Dina menikmati kon***ku. Sementara itu Ana kembali menyodorkan toketnya ke Aku. Setelah beberapa lama menghisap toketnya, aku kemudian mendekatkan wajahnya ke arah kon***ku lagi. Dia mencium biji pelerku, sementara Dina masih sibuk mengulum kon***ku. “Nih gantian An..” katanya sambil menyorongkan kon***ku ke Ana yang berada di dekatnya. Ana pun dengan sigap kembali mengemut kon***ku. Sementara itu, kali ini gantian Dina yang menjilati dan menciumi biji pelerku. Aku mengelus-elus kepala Ana dan Dina yang sedang mengemut kon***ku.


Aku sudah ingin ngen tot lagi dengan Ana. Ana kusuruh duduk membelakangiku di pangkuanku. Dia mengarahkan kon***ku kedalam no noknya. “Ah..” desahnya ketika kon***ku kembali menyesaki no noknya. Ana kemudian menaik-turunkan tubuhnya di atas pangkuanku. Dina pun tak tinggal diam, aku diciuminya ketika Ana sedang mengenjot kon***ku dalam jepitan no noknya. Sambil menciumi Dina, tanganku memainkan i tilnya. “Ah.. Terus oom.. Ana mau nyampe..” desahnya. Semakin cepat Aku mengusap i tilnya, sedangkan tubuhnya pun semakin cepat menggenjot kon***ku. “Ahh..” erangnya nikmat saat Ana nyampe.


Tubuhnya mengejang dan kemudian ternyalai lemas diatas pangkuanku. Kembali terasa no noknya berkedut2 dengan keras. Setelah reda kedutan no noknya, kon***ku kucabut dari no noknya, masih ngaceng keras dan berlumuran cairan no nok nya. Ana kutelentangkan dan segera Aku menaiki tubuhnya. Paha Ana sudah mengangkang lebar. Aku tidak langsung memasukkan kon***ku kedalam no noknya, tetapi kugesek-gesekkan dahulu di sekitar bibir no noknya hingga menyentuh i tilnya. “Oom.. Aduuhh.. Aduuhh oom! Sshh..


Mmppffhh.. Ayo oom.. Masukin aja.. Nggak tahann..” Ana menjerit-jerit tanpa malu. “Udah nggak tahan ya.. An, cepat banget sudah napsu lagi..” jawabku. Tiba-tiba aku langsung menekan sekuat tenaga. Ana sama sekali tak menyangka akan hal itu, sehingga kon***ku langsung melesak ke dalam no noknya. kon***ku kembali menyesaki no noknya yang sempit itu. Aku mulai mengenjotkan kon***ku naik turun dengan teratur sehingga menggesek seluruh lubang no noknya. Ana turut mengimbanginya, pinggulnya berputar penuh irama. Bergerak patah- patah, kemudian berputar lagi. Efeknya luar biasa, kedutan no noknya kembali terasa. “An, nikmat banget deh empotan no nok kamu”, kataku terengah.


Ana semakin bergairah, pinggulnya terus bergoyang tanpa henti sambil mengedut-ngedutkan otot no noknya. “Akkhh.. An..Eennaakkhh.., hebaathh.. Uugghh..” erangku berulang-ulang. Aku semakin kuat meremas2 dan memilin2 pentilnya dan bibirku terus menyapu seluruh wajahnya hingga ke leher, sambil semakin mempercepat irama enjotanku. Ana berusaha mengimbangi keluar masuknya kon***ku didalam no noknya dengan goyangan pantatnya. Aku berusaha keras untuk bertahan, agar tidak ngecret sebelum Ana nyampe lagi.


kon***ku terus mengaduk2 no noknya semakin cepat lagi. no noknya terasa makin berkedut, kedua ujung pentilnya semakin keras, mencuat berdiri tegak. Langsung pentilnya kusedot kuat2 kemudian kujilati dengan penuh nafsu. “Oom..! Lebih cepat lagi doonng..!” teriaknya sambil menekan pantatnya kuat2 agar kon***ku lebih masuk ke no noknya. Beberapa detik kemudian tubuhnya bergetar hebat, diiringi dengan cairan hangat menyembur dari no noknya. Bersamaan dengan itu, tubuhku pun bergetar keras yang diiringi semprotan pejuku ke dalam no noknya.


Ana pun mengerang tertahan. Ana langsung memeluk tubuhnya erat-erat, dengan penuh perasaan Aku membalas pelukannya sambil merasakan kenikmatan yang luar biasa. Kakinya melingkar di sekitar pinggangku, sementara bibirku terus menghujani sekujur wajah dan lehernya dengan ciuman. Ana masih bisa merasakan kedutan no noknya. Setelah beristirahat sejenak, kami segera membersihkan diri dengan di kamar mandi. Ana dan Dina belum pernah merasakan sedemikian nikmatnya dien tot lelaki dan Aku juga puas banget ngen tot dengan mereka.


Related Posts

bibir Dina sembari meraba-raba toket Dina
4/ 5
Oleh

Cewek Bisyar, cerita selingkuh dengan teman kantor, Toket tante, cerita cewek bispak, cerita sex dewasa, cerita sex dokter, cerita sex Tante, cerita setengah baya, cerita toket, ngentot basah.