Minggu

Istri Bos Puas Karena Kejantananku di Ranjang

Istri Bos Puas Karena Kejantananku di Ranjang. selamat membaca dan menikmati sajian seru khusus dewasa 18 tahun keatas.

Sebut saja namaku HAR (nama samaran), aku sudah menikah dengan 3 orang anak dan umurku masih 34 tahun. Isteriku cantik putih dan baik sekali bahkan saking baiknya dia mau menerima aku apa adanya, walaupun gajiku pas-pasan tapi dia tetap mencintaiku. Wajahku tidaklah ganteng atau macho akan tetapi biasa-biasa saja dan aku bukan pemuda yang tinggi, tinggiku hanya 160 cm dengan berat sekitar 55 kg. Tapi walaupun demikian aku termasuk orang yang beruntung karena beberapa kali aku memiliki selingkuhan yang cantik-cantik, jadi pengalamanku cukup banyak.
Istri Bos Puas Karena Kejantananku di Ranjang

Istri Bos Puas Karena Kejantananku di Ranjang

Semua wanita yang menjadi pacar gelapku senang bermain seks denganku karena aku dapat memuaskan mereka, karena aku bisa memberikan kepuasan kepada mereka beberapa kali, bahkan sampai 8 kali orgasme ketika aku berpacaran dengan gadis bule.

Pengalamanku kali ini terjadi ketika tahun 2002 saat aku pergi ke Yogyakarta untuk urusan bisnis. Kebetulan aku bekerja di sebuah perusahaan ekspedisi penelitian dan ekowisata maka aku berangkat ke kota Yogya dalam acara pameran ekowisata. Saat itu aku pergi sendirian dengan menggunakan kereta executive. Pertama kalinya aku pergi ke Yogya sendirian jadi aku tidak begitu hapal kota yogya tapi dengan modal nekat dan keberanian akupun memberanikan diri seolah-olah aku sering datang ke kota tersebut. Tadinya aku akan pergi dengan isteri bos ku yang kebetulan sering pergi ke Yogya. Karena masih ada urusan di Jakarta maka isteri bosku tidak jadi menemaniku.

Isteri bosku (bernama Mbak Wati) wajahnya cukup menarik dengan kulit yang coklat dan hitam manis dan badannya yang sintal walaupun usianya sudah menginjak 40 tahun tapi masih kelihatan sintal dan berisi, maklumlah sering aerobik dan olah raga. Pada waktu aku di Yogya Mbak Wati sering meneleponku hampir setiap hari bahkan sehari bisa lebih dari 2, pada mulanya aku sendiri tidak tahu mengapa dia sering telpon aku. Saat itu, aku tinggal di sebuh hotel yang lumayan bagus, bersih dan murah di dekat jalan Malioboro. Karena aku sendirian di kota itu aku seringkali kesepian dan aku selalu ingat anak dan isteriku. Akan tetapi itu semua hilang ketika Mbak Wati meneleponku dan aku selalu menggodanya bahwa aku kesepian dan horny di kota ini karena aku sering dengar erangan kenikmatan dari sebelah kamarku, dia hanya tertawa saja. Bahkan dia menggodaku untuk mencari wanita Yogya saja buat menemaniku.

Beberapa hari kemudian aku mendapat kabar bahwa bosku menyuruh Mbak Wati untuk menemaniku di Yogya, aku berfikir wah ini kesempatan yang baik buatku untuk menggodanya, memang keberuntungan masih berpihak pada diriku. Akhirnya dia bilang bahwa dia akan menyusul dengan menggunakan kereta dan minta di bookingkan satu kamar untuknya. Aku bilang pada hari itu mungkin kamar akan penuh.
Dia sedikit kecewa lalu dia bilang, “Terus gimana dong, ..aku gak mau tinggal di hotel yang jauh dari kamu, ..ngomong-ngomong Har kamar kamu ada 2 bed apa satu?”
“Kamarku Cuma satu bed tapi di bawah ranjang ada satu bed lagi jadi mungkin aku bisa pake, emang Mbak mau sekamar denganku?” aku menggodanya.
“Boleh kalo nggak ada kamar lagi” aku setengah tidak percaya akan ucapannya.
Aku berfikir inilah kesempatanya aku bisa mendekati dia dan menggodanya.
“Tapi Mbak aku suka tidur telanjang paling Cuma pake celana dalam doang dan selimut, apa Mbak gak apa-apa? Aku sedikit meyakinkan dia akan kebiasaanku.
“Nggak apa-apa siapa takut.. masalahnya aku juga kadang-kadang begitu juga”.
Aku semakin senang mendengarnya. Lalu aku menawarkan untuk tinggal sekamar denganku bila tidak ada kamar kosong dan dia setuju.

Ketika pada hari H nya, aku jemput dia di stasiun dan setelah bertemu aku ajak ke hotel tempat aku menginap, otak ngeresku mulai jalan dan aku mulai berfikir bagaimana caranya agar dia mau sekamar denganku lalu dengan akal bulusku aku berbohong bahwa kamar hotel penuh semua. Lalu aku langsung ajak Mbak Wati ke kamarku dan aku tidak menyangka ternyata dia mau sekamar denganku. Karena sebelumnya aku pikir dia hanya bercanda.

Ketika malam tiba, aku sengaja mengambil satu tempat tidur lagi, untuk menjaga agar dia tidak mempunyai fikiran yang jelek tentang diriku, karena aku masih takut kalau Mbak Mbak Wati akan marah dan tersinggung bila aku seranjang dengannya karena biasanya itu akan dianggap tidak sopan dan senonoh serta murahan dan perempuan akan marah sekali bila dianggap seperti itu. Sebelum tidur kami mengobrol tentang macam-macam dan pada akhirnya bicara tentang seks. Saking seriusnya bicara tentang seks, aku memberanikan diri memancing reaksinya.

“Mbak kalo ngomongin seks kayak gini, cewekku dulu seringkali udah basah duluan”.
Lalu dia menjawab, “Ah itu sih biasa, aku aja suka basah”.
Tak lama kemudian suasana berubah karena dia merasa perutnya agak sakit karena kembung. Aku mulai kasihan lalu aku menawarkan diri, “Biar aku refleksi dan pijit deh”.

Lalu aku pijit kaki dan betisnya. Pada mulanya dia kesakitan dengan pijitanku tersebut. Otak kotorku mulai datang dan aku coba untuk memijit pahanya dan dia meringis kesakitan. Lama aku memijit pahanya dan makin lama kau kendurkan pijitanku tetapi dia masih mengerang bahkan ketika aku elus-elus dia masih mengerang. Dengan segenap keberanianku aku coba mengelus hingga ke pangkal pahanya dan dia mengerang semakin menjadi, tentu saja penisku langsung berdiri apalagi ketika aku pijit dan elus bagian pahanya dia membuka pahanya lebar-lebar. Lalu aku singkapkan rok tidurnya dan aku elus di pangkal paha kemudian aku beranikan diri mengelus vaginanya, ternyata Mbak wati diam saja dan mengerang, tanpa pikir panjang aku masukkan jari-jemariku ke balik celana dalamnya dan memainkan klitoris dan lubang vaginanya dengan jariku. Ternyata vaginanya sudah basah sekali, lalu aku tarik celana dalamnya dan aku mulai menciumi pahanya hingga sampailah pada gundukan vaginanya yang sangat merangsang.

Aku hisap dan jilat vaginanya yang harum, Mbak wati semakin mengerang kenikmatan.
“Oh.. oohh.. mmhh.. ohhmm.. sayangg.. ohmm” jilatanku semakin liar dan semakin terasa kakinya mulai mengejang..aku semakin mempercepat tempo jilatan mautku dan dia mengerang semakin keras.
“Oohh.. ehheehmm.. ohh.. aauuaa.. hhmm” ternyata dia telah mencapai orgasme yang pertama.

Kemudian aku lepaskan celana dalamku karena kebetulan aku selalu tidur hanya memakai celana dalam dan saat itu aku hanya memakai kain sarung. Dengan penis yang masih menegang aku beralih posisi di atasnya dan menciumi bibir dan kedua susunya dengan jemari tanganku memainkah pentilnya. Karena tidak sabar lalu aku masukkan penisku yang sudah tegang. Sewaktu penisku masuk ke lubang kenikmatan tersebut terdengar erangan keenakan Mbak Wati.

Vagina Mbak Wati serasa sempit karena tulang panggulnya yang seakan-akan mempersempit lubang kemaluannya. Akan tetapi aku merasakan kenikmatan yang luar biasa di penisku dengan lubangnya yang sempit itu. Aku keluar masukkan penisku dan Mbak Wati membuka lebar-lebar kakinya sambil menopang satu kaki ke dinding kamar. Aku semakin merasakan sensasi yang luar biasa ketika penisku keluar masuk, karena dinding lubang vagina dan tulang panggulnya yang menggesek-gesek batang kemaluanku begitu terasa sekali.

Mbak Wati masih terus mengerang ketika aku menekan penisku di vaginanya dalam-dalam. Walaupun penisku tidak besar sekali tapi berukuran normal akan tetapi sensasi yang aku berikan ketika aku mengocok penisku di dalam vaginanya membuat Mbak wati mengerang, menjerit keenakan sambil matanya merem melek. Setelah hampir satu jam sejak pemanasan Mbak Wati kelihatan tegang kemudian di merapatkan kedua kakinya dan aku mengangkangkan kakiku sehingga lubang vaginanya semakin sempit. Dengan gaya seperti itu aku masih tetap terus mengocok vaginanya dan Mbak wati semakin mengerang keras.
Akhirnya dia bilang, “Ohh sayang aku mau keluaarr.. ohh enakk”..

Akhirnya Mbak Wati tidak bisa menahan gejolak yang ada dalam dirinya, maka jebollah pertahanannya dengan jeritan yang membuatku semakin bergairah. Aku masih mengocok penisku karena sampai saat itu aku masih bertahan dan aku ingin memberikan kenikmatan yang dasyat untuknya sehingga dia tidak bisa lupa dan terus ketagihan. Aku semakin mempercepat kocokanku, semakin cepat aku mengocok jeritan keenakan Mbak Wati semakin kencang dan tak tertahankan.

Aku merasakan sensasi yang tiada taranya, sehingga aku merasakan ada sesuatu yang akan keluar dari batang kemaluanku dan akupun mempercepat irama kocokanku. Badanku semakin menegang dan Mbak Wati semakin mengerang.
“Ohh.. Mbak aku mau keluar.. Mbak udah mau lagi nggak? aku dah nggak tahan nih”
“Ohh sayang aku juga mau keluar.. ohh.. oohh kita bareng sayaangg.. oohh aku keluaarr”
“Aku juga Mbak, ..oohh Mbak eeaannakk?”
Dan bobollah pertahananku dan pertahanannya.., Crot..crot..crot..
“Oohh.. enaak..” akhirnya kami orgasme bersama-sama.
“Oh, kamu hebat sayang.. sampai aku orgasme tiga kali, padahal aku jarang banget loh orgasme walaupun sama suamiku. Malah aku keseringannya nggak bisa orgasme”.

Dengan peluh yang mengucur banyak sekali aku tidak segera mencabut penisku dari vaginanya, aku biarkan penisku merasakan sensasi vagina Mbak wati yang begitu nikmat. Akhirnya kamipun tertidur dengan tubuh masih telanjang.

Malam itu kami lakukan lagi sampai 4 kali. Pada keesokan harinya kami lakukan lagi hingga siang hari sampai 3 kali. Begitu pula pada malam harinya hingga pagi kami lakukan lagi 3 kali. Setiap hari kami lakukan terus dan sampai kembali ke Jakarta kami masih tetap melakukannya di dalam kereta walaupun hanya sebatas permainan jari-jariku di kemaluannya dan dia mengocok penisku dengan ditutup selimut. Sesampainya di Jakarta kami masih sering melakukannya terkadang di rumahnya ketika boss dan orang-orang pergi atau di kantor saat semua orang sedang keluar. Mbak Wati termasuk wanita yang kuat sekali seperti kuda liar karena untuk membuatnya orgasme memerlukan waktu yang lama dan perlu laki-laki yang betul-betul kuat dan pandai memberikan sensasi hebat, sehingga suaminyapun tidak dapat mengimbanginya, tapi dengan aku Mbak Wati tidak bisa berbuat apa-apa karena setiap kali bersetubuh aku selalu memberikannya kepuasan.

Akan tetapi sekarang kami tidak lagi, karena dia memiliki selingkuhan yang lainnya lagi. Sekarang aku kesepian lagi apalagi aku jarang sekali berhubungan dengan isteriku karena terkadang aku kasihan dia sering kecapaian.

Teman-temanku bilang bahwa aku memang jantan karena bisa memuaskan perempuan. Bahkan mereka yang merasa jantan di ranjang tidak dapat mengimbangi permainanku hingga bisa memuaskan perempuan berkali-kali. Sampai wanita bulepun kewalahan karena mereka jarang sekali mendapatkan kepuasan dengan laki-laki bule walaupun mereka memiliki penis yang besar, tapi itu bukan jaminan dan cewek-cewek bule mengakuinya ketika tahu bahwa aku bisa memuaskan mereka beberapa kali.

Demikianlah sekelumit pengalamanku dengan isteri bosku yang sangat mengasyikkan. Apabila ada yang berminat menjadikanku sebagai kekasih gelap baik tante-tante atau bukan aku siap melayani dan memuaskan anda semua. Tamat

Dijebak Minum Minuman Keras Oleh Temanku.

Dijebak Minum Minuman Keras Oleh Temanku. selamat membaca dan menikmati sajian seru khusus dewasa 18 tahun keatas.

Cerita dewasa terbaru kali ini akan berbeda dengan yang lainnya, karena kali ini aku akan menceritakan bukan tentang cerita seks diriku tapi tentang orang ketiga atau orang lain. Sebut saja namanya Ella, dia adalah seorang mahasiswi di Jakarta. Dunia gemerlap, dunia seks malam ataupun drugs sudah bukan merupakan barang aneh. Di dukung lingkungan perkuliahan yang sangat mendukung untuk melakukan hal hal yang berbau seks panas. Langsung saja aku akan menceritakan kisah tentang Ella sang gadis panas hot yang berumur 19 tahun, masih kecil bukan. Tapi jangan salah dia adalah pemain seks kelas tinggi. Sungguh nikmat jika kita sama-sama menikmati setiap bagian dari tubuhnya.


Umurku 19 Tahun,Dengan Wajah Cantik Khas Oriental dan Tinggi 165 dgn berat 50 kg. Agak Langsing memang, tapi itu yang disukai oleh pria-pria sekarangkan. Mungkin aku sedikit aneh, aku sangat menyukai diperhatikan oleh lelaki-lelaki..Aku menyukai tatapan mereka yang seolah menginginkan sesuatu dariku, karena itu bagiku, berpakaian ketat dan agak terbuka adalah hal biasa, bahkan dengan pakaian itu aku bisa menggoda Dosen-dosen Lelaki ku.

Oh iya, Asal ku dari Palembang, aku tidak memiliki saudara disini, aku datang bersama 6 temanku, 4 cewek dan 2 cowok. Namun memasuki semester ke-3 ini aku sudah jarang kumpul dengan mereka, selain kebiasaan Dunia Malamku mungkin mereka tidak dapat mengimbangi kehidupanku yang mewah.
Ya tentu saja, aku merupakan anak wanita 1-1 nya dari 3 bersaudara..Ayahku pun seorang pengusaha kontraktor yang cukup terkenal di Palembang..Jadi Hidup mewah adalah satu keharusan bagiku, dan itu dapat terpenuhi oleh keluargaku.

Jadi aku melakukan SEX bukan karena uang, tapi karena didasari oleh suka-sama suka, Ya walaupun SEX pertamaku kulakukan waktu aku baru beranjak 2 SMA, Ya Crist pacarku waktu itu yang melakukannya pertama kali, SEX yang berkesan memang, apa lagi bertepatan dengan Sweet seven-teen ku, Romantis sekali..Tapi ya lelaki semua buaya..

“Hey Guy’s, Lu orang mau Cabut gak tar malam?, Gw BT nh td bis Kuis jadi gw ga cabut kemaren” Tanyaku dengan manja, pada teman-teman cowoku.
“Ah, Gw ga bisa La, besok gw yang kuis, Jam A lagi, gmana gw mau cabut..” Jawab Bernard, Temanku ini yang paling tampan diantara 3 temannya yang lain loh, Karena itu aku paling dekat dengannya.

“Ah Payah lu, Tar gw cabut ma sape donk??”,”Dah lu ke Cro** aje, si Roy Ma Adhie pade mau kesana, Lu tau kan dia yang mana, kemaren ini kan kan dah gue kenalin, cuma lu ati-ati aja ma si Adhie, dia BD soalnya” Jawab Roy.

“Ah gue males lah ma mereka, Sama lu aja ya Ben,Pleaze….” Mintaku dengan nada yang lebih manja…Namun tampaknya usaha-ku sia-sia karena Bernard yang memank terancam DO itu sudah membulatkan tekad untuk Kuis besok..Akhirnya setelah ngbrol sebentar, akupun meninggalkan Bunderan itu, untuk kembali ke kost ku.

Pukul 8 malam, setelah aku makan malam, aku mencoba menghubungi beberapa teman-ku untuk, menemani aktivitasku…Tapi memang saat ini menjelang UTS, sehingga kami sedang sibuk dengan kuis-kuis..

“Ah, BT dech gue” pikirku,”Ya udalah, gue cabut aja ke Cro**, seenggaknya disitu ada yang gue kenal”..Setelah membulatkan tekad untuk memenuhi hasrat ku, Akupun berganti baju dan bergegas menyalahkan mobil Jazz merahku dan meluncur kesana.

Setelah sampai ternyata informasi dari Ben jitu, di salah satu sofa disana Roy dan Adhie bersama beberapa temannya yang tidak kukenal duduk disana, beruntung Roy melihatku dan memanggilku kesana..Untung saja, kan malu kalau harus tiba-tiba kesana.

“sama siapa lu La?” Tanya Roy, diselinggi derasnya suara dari speaker-speaker besar yang berjejer itu..”Ga gue sendiri, tadi sih janjian ma temen gue, tapi kayaknya ga jadi dateng deh,..”..Jawab-ku sedikit berbohong,..”Ya lu disini aja ma kita-kita, nanti kalo temen lu dateng ya laen cerita, lu enjoy aja dulu disini..” Sahut Adhie.akupun hanya mengangguk saja,Sebenernya aku ga terlalu suka ma Adhie, Penampilanya yang kurus hitam, dengan rambut cepaknya plus piercinganya itu, benar-benar seperti pemakai…

Kami pun bersulang tequila yang sudah dipesan tadi, kami pun menikmati suasana sambil minum dan berdance…Mereka terus memaksa-ku minum, sepertinya mereka menikmati sekali melihatku minum.

Sebenarnya kepalaku sudah mulai pening, namun karena mereka terus menyoraki-ku menambah keinginanku untuk terus mengak alkohol dosis tinggi itu…Namun beberapa gelas kemudian aku pun mulai muntah…Dan sangat pusing, setelah itu aku tak ingat lagi.

Setelah tersadar, aku sangat kaget, aku tak tahu ada dimana saat itu,namun seperti di sebuah Hotel. Aku berusaha mencari Roy dan Adhie di sekeliling kamar itu, namun terdengar suara air dari arah Toilet..Mungkin Roy di Toilet pikirku..

Namun belum hilang rasa pusing dan kaget-ku, seorang Lelaki tua berumur 50 tahunan, dengan kulit hitam dan perut buncitnya,dengan hanya handuk hotel menutupi bagian bawah pinggangnya,melangkah keluar dari Toilet itu…Tidak apa maksud semua ini..Dimana Roy dan Adhie Jahanam itu..

“Sudah bangun manis, Kali ini si Adhie itu bisa milih cewe juga” Katanya sambil tersenyum, menatap tajam kearah-ku…
“Siapa lu..Mau ngapain, Lu pikir gue apaan…Gue mau pulang” Seru-ku sambil berusaha berdiri dan berjalan melangkahi lelaki pendek gendut itu…

“Hay mau kemana lu,…Gue dah bayar mahal buat lu!!!” Teriak lelaki itu, sambil menarik dan langsung menamparku…Aku tertegun atas perlakuan-nya..Air mata mulai muncul dari ujung mata-ku..Sebelum sempat bereaksi lebih jauh..Dia sudah menjambak rambut-ku dan menindih-ku di ranjang…

Dia terus mencumbui-ku, perasaan ku saat itu sangat jijik sekali, namun tenaga ku tak mampu untuk mendorong tubuh besar-nya..Dia terus menciumi leher, bibir dan telinga-ku..

Tangan-nya pun mulai berani menjelajahi daerah dadaku yang masih terbalut kaus putih ketat itu..Sambil terus mencumbui-ku, dia menarik baju ku keatas…”Bajingan lu pikir lu sapa…Dasar (maaf) Pribumi..” amuk-ku,..Namun lagi-lagi sebuah tamparan melayang ke pipiku..

Pria itu-pun tampak dingin sambil membuka bra 36B ku yang berwarna pink itu..kini dai mulai merabahi bagian dada tubuh-ku itu…Jilatan di daerah puting-ku, dan permainan tangannya memberikan sensasi aneh yang belum pernah kurasakan sebelum-nya..Sakit namun juga nikmat..

Dia pun menyingkap handuk-nya, sebuah kemaluan yang cukup besar
( kira-kira 16 cm ) menyembul, tapi ukuran diameter penis itu sangat mencengangkan..

Lelaki tua itu hanya tersenyum melihat rasa takut di wajah-ku..
Aku menelan ludahku melihat penisnya yang hitam itu, tanpa sadar dia menarik celana jeans-ku, beserta celana dalam-ku sekaligus..Bahkan saat itu aku tidak sempat bereaksi apa-pun…

Kini kemaluan ku yang ditumbuhi bulu-bulu halus yang tidak terlalu lebat itu terlihat oleh-nya..Aku segera bereaksi dengan menutupi kemaluanku dengan kedua tangan-ku..”Kenapa ditutupin manis??,Bis di cukur ya koq bulu-nya dikit banget..”katanya sambil tertawa..Perkataan-nya membuat wajah-ku memerah, aku menyimpan kebencian yang mendalam pada pria ini, seumur hidup-ku baru kali ini aku dipermalukan…

Lelaki tua yang bahkan namanya tidak kuketahui itu, menarik lengan kanan-ku..Kumis dan jenggot-nya yang lebat itu, menambah rasa geli ku. Lelaki buncit yang mungkin sudah seumur papi-ku itu, begitu bernafsu mengerayangiku, sapuan-sapuan lidahnya diseluruh tubuh-ku, membuat sebagian tubuh-ku basah oleh ludah-nya,…Nafas dan bau badanya yang menyengat sangat menusuk hidung-ku, namun sebuah gairah terlarang malah muncul…

Tangan-nya yang begitu kasar menjarahi seluruh tubuhku, bahkan terkadang lelaki itu menampar dan menarik payudara ku, tanpa sadar aku mendesah oleh perlakuan kasar-nya padaku…

Tak lama kemudian, perhatiannya mulai tertuju pada daerah ‘V’ ku, tangan-nya yang bulat besar itu , mulai menggesek-gesek kemaluan-ku permainan-nya jauh berbeda dengan permainan teman-temanku, yang lembut namun pria ini betul-betul tidak menganggap ku manusia, permainan-nya sungguh kasar..

Dia terus mengelus-ngelus klitoris-ku, permukaan ku yang belum terlalu basah itu membuatnya menggunakan ludahnya sendiri untuk memperlancar aksinya, sungguh menjijikan,

Setelah puas bermain dengan clitoris-ku, dia mulai menusuk-nusukan telunjuk-nya ke liang kewanitaan-ku, hal yang selama ini belum pernah kualami…

“Jangan pa…saya mohon” Rintih-ku memohon belas kasihan-nya..Namun bandot tua ini hanya tertawa sambil terus berusaha memasukan jarinya ke lubang-ku yang masih sempit,…Rintihan-ku sama sekali tidak membuat-nya kasihan justru malah menambah nafsunya,…

Akhirnya dia berhasil menembus benteng pertahanan-ku,..Dia semakin kesetanan, dijelajahinya seluruh ruang di dalam vagina-ku itu,..Dia semakin tak terkendali, jengutan, tamparan dan cakaran yang kulakukan sebisaku, tidak membuatnya berhenti, bahkan untuk sesaat.. Justru dia mulai menjilati dan megigiti puting susu-ku, birahi yang kurasakan semakin dahsyat..

Beberapa menit kemudian, aku hanya bisa pasrah dengan perlakuan-nya, selain tubuhku yang masih lemah karena mabuk, aku-pun mulai menikmati permainan-nya…Bahkan ada sensasi aneh yang mulai muncul dalam batin-ku…

Perasaan ingin meledak itu makin kuat, seluruh tubuhku mulai mengeras, menyadari hal ini bandot tua itu hanya tertawa, dan mempercepat aksinya…Tiba-tiba perasaan meledak itu tak tertahan-kan lagi..Otot-otot seluruh tubuh-ku mengelinjang sesaat, “Ooooooooo……………….” Erang-ku tak tertahankan lagi…Cairan cintaku meluncur deras tak tertahankan, ini adalah organsme pertama dalam hidupku, suara tawa bandot itu memenuhi ruang itu, tampak rasa kemenangan didalam tawa-nya itu…

“Katanya ga mau manis, Tapi koq ampe muncrat gitu sich, mank mem3k cina paling mantap ya…” Ejeknya..”Bajingan, puas hah??Lepasin gue..” bentak-ku, walau dengan nafas yang tersengal-sengal, bahkan tubuhku terasa sangat letih,…

Sebuah tamparan kembali mendarat di pipiku dan sebuah jengutan di rambut panjang-ku pun kini melengkapi penderitaan-ku..” Enak aja lu, gw bwlom puas nich, buruan lu sepongin gw!!!” Hardiknya, “Oral sex????” pikirku, itu sama sekali belum pernah kulakukan..Berbagai alasan untuk menolaknya tidak berhasil membuatnya mengurungkan niat-nya..Bahkan dia malah menampar-ku beberapa kali..

Dengan air mata yang sudah turun ke-pipiku aku pun terpaksa menuruti kemauan-nya…akupun menahan rasa jijik-ku dan mulai memasukan kemaluan yang gemuk itu kemulut-ku, sungguh aku tak tahu harus berbuat apa, beberapa menit hanya naik turun sebisa-ku, membuat kesabaran bajingan tua ini habis, dia mulai memperkosa mulut-ku, aku yang kaget dan tak siap berusaha untuk melepaskan diri, namun jenggutannya kembali membuatku menghentikan niat-ku..

Lelaki itu terus memompa mulutku, bahkan dia tidak perduli, saat terkadang sodokan-nya menyentuh kerongkongan-ku, yang membuat-ku terbatuk-batuk, dia masih saja memperkosa mulutku, tanpa memberikan sedikit pun kesempatan untuk-ku, bahkan untuk bernafas…

15 menit kemudian, aku merasakan penis-nya mengeras dalam mulut-ku, aku tahu dia akan segera meledak, berbagai usaha untuk melepaskan diri untuk menghindari dia meledak di mulutku gagal, dia jauh lebih kuat, dan brutal dari-ku…

Dia pun meledak dimulutku, sebagian sperma-nya yang bau itu, meluncur langsung ke tenggorokan-ku, dia segera berbisik padaku “Jangan dibuang ya manis, atau lu mau gua hajar”, Orang ini tidak pernah main-main dengan perlakataan-nya..Dengan rasa takut aku berusaha menelan seluruh sperman-nya yang bau dan kental itu,..

Bandot tua ini kembali tertawa kemenagan, wajah-nya semakin memperlihatkan ekspresi yang meremehkan-ku, tak lama dia turun ke lantai dan melebarkan kedua kaki-ku, dia kembali mengoreki vagina-ku, bahkan kali ini dia menjilatinya, sensasi dahsyat kembali muncul, aku tak sanggup untuk menahan desahan-ku,…

Hanya beberapa menit aku sanggup bertahan menghadapi sapuan lidahnya yang expert, pengalaman orang ini jauh berbeda dengan-ku,…Aku mulai menyerah pada permainan-nya, tubuhku kembali terasa ingin meledak, aku pun tak sanggup bertahan lama…

“Ooooooohhhhh….” desahku panjang, namun orang ini tidak membiarkan begitu saja, dia bahkan menutup clitoris-ku dengan jempolnya, yang membuat cairan cintaku tersumbat, kesakitan yang sangat pedih melandaku, vagina-ku terasa sangat penuh…setelah beberapa saat bajingan laknat itu baru melepaskan jempolnya, dan membiarkan cairan cintaku turun…Aku hanya sanggup bernafas lega dengan nafas yang tersengal-sengal…

Kini penis gemuk-nya yang tadi tertidur itu sudah kembali membesar ( bahkan mungkin lebih besar dari pertama tadi ), Bandot ini, tersenyum dan menciumku, aku hanya membalasnya dengan pandangan jijik, kembali tangannya menginvasi kemaluan-ku namus tak lama, sesaat sebelum dia menghantamkan kemaluan-nya, dia masih sempat mencium-ku..

“Aaaaaaaa, ampun Tuhan…….” Kemaluan itu tak dapat masuk seluruhnya, ini kemaluan terbesar yang pernah kurasakan, namun bandot tua ini tak berhenti sampai situ..Dia terus melakukan usah-usaha brutal untuk memasukan seluruh kemaluan-nya “Sempit banget sih nih perek, padahal udah basah banget” Bisaiknya, Brengsek dia bahkan masih berpikir bahwa aku pelacur murahan..

Akhirnya dengan nafsu yang tak tertahan lagi, dia menusukkan kemaluan-nya itu dalam kemaluan-ku, Jeritan yang tadi sempat tertahan dalam kerongkongan-ku tak tertahan lagi, Dengan senyum kepuasaan dia mulai mengerjaiku, goyangan-nya yang tak beraturan membuat ku menjerit kesetanan…

Belum lagi lidahnya yang terus menyapu leherku, dan permainan tangannya yang kasar kepada 2 payudara-ku membuat sensasi yang dahsyat dalam diriku, Ledakan organsme tak tertahankan, organsme-demi organsme mewarnai 20 menit bajingan ini mengerjai-ku dalam posisi standard…

Bandot ini tiba-tiba menarik keluar kemaluan-nya, aku segera menutup mataku bersiap dengan semprotan air mani-nya…Namun dia ternyata masih jauh dari itu.. Dia segera menyuruh-ku untuk menungging, kini dia ingin mengerjaiku seperti anjing…Kemaluan-nya kini kembali memasuki tubuh-ku, kali ini tidak sesulit tadi namun masih terasa sangat perih…

Sambil menarik rambut-ku dia terus menggenjotku, bahkan sesekali dia menampar bokongku..Aku kembali berorgansme untuk kesekian kalinya..Dia tak memberi kesempatan sedikitku untuk bernafas, seluruh tubuh kami sudah penuh oleh keringat….

10 menit kemudian, kurasakan tiba-tiba penisnya mengeras, aku berusaha melepaskan diri, namun bajinagan ini malah memeluk-ku erat-erat..Tangisku tak tertahan lagi, orang ini mau menembak dalam rahim-ku, dia pikir aku pelacur yang meminum obat anti hamil…

Disertai dengan lolongan keras dia memuntahkan muatan-nya dalam rahim-ku, semburan mani-nya itu memancingku untuk kembali berorgansme kecil…Kemudian dengan perasaan tidak bersalah dia melepaskan kemaluan-nya dari vagina-ku dan berdiri, meninggalkan-ku yang menangis di ranjang..

Dia berjalan mengambil air minum, dan membuka laci meja didekatnya,..Aku melihat dia membuka sebuah Kondom, aneh sekali kondom itu, dengan duri-duri kecil di sekelilingnya…Setelah memakai kondom itu dia kembali ke arahku…Orang ini gila pikirku, setelah menyemburkan muatan-nya dalam rahim-ku kini dia malah memakai kondom…

Namun pertanyaan itu tidak membutuhkan waktu lama untuk terjawab…Dia mulai mengoreki lubang duburku, bahkan dia meludahi lubang itu..Rasa takut menghinggapiku seketika… ” Tolong pak, saya mau menyepong bapak, atau bapak boleh menyetubuhi saya lagi…Tapi saya mohon jangan disitu” Mohonku dengan air mata yang menggenang…”Gue udah bayar lu untuk all-in manis, gak usah takut, lu bakal belajar menyukai-nya, Ok” Jawabanya yang bernada datar, bagaikan petir di telinga-ku…Aku pun menangi sejadi-jadinya…

Aku berusaha memberontak semampuku, namun tamparan demi tamparan kembali menghentikan aksi-ku,..aku hanya pasrah terkulai saat dia kembali membalik tubuhku dan kembali mengorek anus-ku, dengan menggunakan sedikit cairan vaginaku, dia mulai melancarkan aksinya untuk menyodomi ku, rintihan ku tak menyurutkan aksinya..Kembali dengan sangat brutal di mulai memperkosa anus-ku…

Sungguh perlakuan yang tak bermoral, anusku pun sedikit demi sedikit terbuka, namus rasa perih karena penggunaan lubang yang tak seharusnya itu tak hilang…Dengan seluruh tenaganya, dia berhasil juga untuk memasukan penis itu ke anusku, aku merasakan perih yang tak terkira, air mata dan darah segar dari anusku, hanya terbalas oleh tawa bandot tua itu.

Dia mulai memompa anusku dengan seluruh nafsu yang dimilikinya,..”Ooo fuck yesss….Oh my god…” desah-ku tanpa sadar, aku tak dapat menyembunyikan kenikmatan yang kurasakan lagi, dia kembali mempermainkan payudara-ku, bahkan terkadang tangan-nya mepermainkan vagina-ku, hal itu semakin menambah kenikmatan-ku,…

Organsme-demi organsme kembali melanda tubuh mulusku yang letih ini…Pantatku yang putih bersih kini berwarna kemerahan akibat tamparan-tamparannya..Tak lama kemudian dia kembali melolong panjang akhirnya dia memuntahkan amunisinya…Akupun dapat bernafas lega.

Tapi itu bukan akhir segalanya,..Aku yang tidur terlentang menghadap bandot tua itu, dengan sengaja di mencabut kondom antiknya itu di tubuh sambil menggerakannya ke wajahku, kini seluruh tubuh-ku tergenangi oleh cairan mani bandot itu.

Kemudian sambil tersenyum dia memoles seluruh tubuhku dengan maninya, bahkan dia memoles wajahku juga, wajahnya begitu terpauskan melihat airmataku, dan wajah-ku yang tak berdaya…Setelah puas mempermalukanku..Dia berdiri dan menuju kamar mandi, Tak lama terdengar bunyi air, dalam keadaan masih sesengukan dan tubuh yang lemah, aku pun tertidur kelelahan.

Pukul 8 pagi aku terbangun, seonggok uang 2 juta rupiah terpampang di meja rias,dengan disertai no.telp untuk menghubungi bandot tua itu lagi. Akupun mencari tasku yang untungnya berada di meja, beserta kunci mobil-ku,Ternyata aku masih berada di Hotel yang sama dengan Club-ku semalam..Setelah mandi sebersih-bersihnya untuk mengurangi rasa letih, dan rasa sakit yang teramat sangat di duburku, bayangan-bayangan perkosaan semalam kembali muncul, disertai hasrat untuk kembali mengulanginya..Tak lama aku melihat ranjang bekas pertarungan semalam yang masih berbau menyengat karan Peju, cairan cinta dan keringat kami semalam, bahkan sebercak darah diatasnya..Akupun segera berpakaian dengan tujuan segera lari dari mimpi buruk ini…

Tak lama aku pun meluncur pulang kembali ke kost-ku, aku pun tertidur lemas, kemalaman harinya, tanpa rasa berdosa Adhie datang ke tempatku, memberikan “Bagianku”, Dan dia mengancamku, bahkan berencana menjual-ku..Aku pun tak kuasa untuk tidak mengiyakan-nya, demi menjaga kerahasiaan ini..Stelah dia mengambil foto-foto bugil ku untuk di jual, dia kini meminta jatah-nya.Aku tak dapat mengelak lagi dan terpaksa melayaninya..Setelah puas di meninggalkan ku tergolek lemah di ranjang-ku sendiri.

Kini Sebulan 2x, bahkan kadang 3 kali Adhie yang berhenti kuliah itu menghubungiku untuk memenuhi panggilan klien-nya..Kini aku mulai menyukai pekerjaan ini, bahkan kalau boleh memilih aku lebih menyukai pengusaha pribumi karena lebih perkasa dibanding pengusaha-pengusaha keturunan. Tamat

Melayani ML Banyak Pria Di Gedung Kampus

Melayani ML Banyak Pria Di Gedung Kampus. selamat membaca dan menikmati sajian seru khusus dewasa 18 tahun keatas.

Nama saya Citra (samaran), dan saya adalah mahasiswa semester 5 di salah satu universitas swasta ternama di bilangan Jakarta Pusat , dan apa yang akan saya ceritakan disini adalah kisah yang terjadi sekitar beberapa tahun yang lalu.


Hari Rabu adalah hari yang paling melelahkan bagiku ketika semester lima, bagaimana tidak, hari itu aku ada tiga mata kuliah, dua yang pertama mulai jam 9 sampai jam tiga dan yang terakhir mulai jam lima sampai jam 7 malam, belum lagi kalau ada tugas bisa lebih lama deh. Ketika itu aku baru menyerahkan tugas diskusi kelompok sekitar jam 7 lebih. Waktu aku dan teman sekelompokku, si Dimas selesai, di kelas masih tersisa enam orang dan Pak Didi, sang dosen.

“Bareng yuk jalannya, parkir dimana Citra ?” ajak Dimas “Jauh nih, di deket psikologi, rada telat sih tadi”

Dimas pulang berjalan kaki karena kostnya sangat dekat dengan kampus. Sebenarnya kalau menemaniku dia harus memutar agak jauh dari jalan keluar yang menuju ke kostnya, mungkin dia ingin memperlihatkan naluri prianya dengan menemaniku ke tempat parkir yang kurang penerangan itu. Dia adalah teman seangkatanku dan pernah terlibat one night stand denganku. Orangnya sih lumayan cakep dengan rambut agak gondrong dan selalu memakai pakaian bermerek ke kampus, juga terkenal sebagai buaya kampus.

Malam itu hanya tinggal beberapa kendaraan saja di tempat parkir itu. Terdengar bunyi sirine pendek saat kutekan remote mobilku. Akupun membuka pintu mobil dan berpamitan padanya. Ketika aku menutup pintu, tiba-tiba aku dikejutkan oleh Dimas yang membuka pintu sebelah dan ikut masuk ke mobilku.

“Eeii… mau ngapain kamu ?” tanyaku sambil meronta karena Dimas mencoba mendekapku.

“Ayo dong Citra, kita kan sudah lama nggak melakukan hubungan badan nih, saya kangen sama vagina kamu nih” katanya sambil menangkap tanganku.

“Ihh… nggak mau ah, saya capek nih, lagian kita masih di tempat parkir gila !” tolakku sambil berusaha lepas.

Karena kalah tenaga dia makin mendesakku hingga mepet ke pintu mobil dan tangan satunya berhasil meraih payudaraku lalu meremasnya. “Dimas… jangan… nggak mmhhh!” dipotongnya kata-kataku dengan melumat bibirku.

Jantungku berdetak makin kencang, apalagi Dimas menyingkap kaos hitam ketatku yang tak berlengan dan tangannya mulai menelusup ke balik BH- ku. Nafsuku terpancing, berangsur-angsur rontaanku pun melemah. Rangsangannya dengan menjilat dan menggigit pelan bibir bawahku memaksaku membuka mulut sehingga lidahnya langsung menerobos masuk dan menyapu telak rongga mulutku, mau tidak mau lidahku juga ikut bermain dengan lidahnya. Nafasku makin memburu ketika dia menurunkan cup BH ku dan mulai memilin-milin putingku yang kemerahan. Teringat kembali ketika aku ML dengannya di kostnya dulu. Kini aku mulai menerima perlakuannya, tanganku kulingkarkan pada lehernya dan membalas ciumannya dengan penuh gairah. Kira-kira setelah lima menitan kami ber-French kiss, dia melepaskan mulutnya dan mengangkat kakiku dari jok kemudi membuat posisi tubuhku memanjang ke jok sebelah. Hari itu aku memakai bawahan berupa rok dari bahan jeans 5 cm diatas lutut, jadi begitu dia membuka kakiku, langsung terlihat olehnya pahaku yang putih mulus dan celana dalam pink-ku.

“Kamu tambah nafsuin aja Citra, saya sudah tegangan tinggi nih” katanya sambil menaruh tangannya dipahaku dan mulai mengelusnya.

Ketika elusannya sampai di pangkal paha, diremasnya daerah itu dari luar celana dalamku sehingga aku merintih dan menggeliat. Reaksiku membuat Dimas makin bernafsu, jari-jarinya mulai menyusup ke pinggiran celana dalamku dan bergerak seperti ular di permukaannya yang berbulu. Mataku terpedam sambil mendesah nikmat saat jarinya menyentuh klistorisku. Kemudian gigitan pelan pada pahaku, aku membuka mata dan melihatnya menundukkan badan menciumi pahaku. Jilatan itu terus merambat dan semakin jelas tujuannya, pangkal pahaku. Dia makin mendekatkan wajahnya ke sana sambil menaikkan sedikit demi sedikit rokku.

Dan… oohh… rasanya seperti tersengat waktu lidahnya menyentuh bibir vaginaku, tangan kanannya menahan celana dalamku yang disibakkan ke samping sementara tangan kirinya menjelajahi payudaraku yang telah terbuka.

Aku telah lepas kontrol, yang bisa kulakukan hanya mendesah dan menggeliat, lupa bahwa ini tempat yang kurang tepat, goyangan mobil ini pasti terlihat oleh orang di luar sana. Namun nafsu membuat kami terlambat menyadari semuanya. Di tengah gelombang birahi ini, tiba- tiba kami dikejutkan oleh sorotan senter beserta gedoran pada jendela di belakangku. Bukan main terkejutnya aku ketika menengok ke belakang dan melihat dua orang satpam sampai kepalaku kejeduk jendela, begitu juga Dimas, dia langsung tersentak bangun dari selangkanganku. Satu dari mereka menggedor lagi dan menyuruh kami turun dari mobil. Tadinya aku mau kabur, tapi sepertinya sudah tidak keburu, lagian takutnya kalau mereka mengejar dan memanggil yang lain akan semakin terbongkar skandal ini, maka kamipun memilih turun membicarakan masalah ini baik-baik dengan mereka setelah buru-buru kurapikan kembali pakaianku.

Mereka menuduh kami melakukan perbuatan mesum di areal kampus dan harus dilaporkan. Tentu saja kami tidak menginginkan hal itu terjadi sehingga terjadi perdebatan dan tawar-menawar di antara kami. Kemudian yang agak gemuk dan berkumis membisikkan sesuatu pada temannya, entah apa yang dibisikkan lalu keduanya mulai cengengesan melihat ke arahku. Temannya yang tinggi dan berumur 40-an itu lalu berkata,

“Gini saja, bagaimana kalau kita pinjam sebentar cewek kamu buat biaya tutup mulut ?”

Huh, dasar pikirku semua laki-laki sama saja pikirannya tak jauh dari selangkangan. Rupanya dalam hal ini Dimas cukup gentleman juga, walaupun dia bukan pacarku, tapi dia tetap membelaku dengan menawarkan sejumlah uang dan berbicara agak keras pada mereka. Di tengah situasi yang mulai memanas itu akupun maju memegangi tangan Dimas yang sudah terkepal kencang.

“Sudahlah Mas, nggak usah buang-buang duit sama tenaga, biar saya saja yang beresin” kataku

“Ok, bapak-bapak saya turuti kemauan kalian tapi sesudahnya jangan coba ungkit-ungkit lagi masalah ini !”

Walaupun Dimas keberatan dengan keputusanku, namun dia mau tidak mau menyerah juga. Aku sendiri meskipun kesal tapi juga menginginkannya untuk menuntaskan libidoku yang tanggung tadi, lagipula bermain dengan orang-orang seperti mereka bukan pertama kalinya bagiku. Singkat cerita kamipun digiring mereka ke gedung psikologi yang sudah sepi dan gelap, di ujung koridor kami disuruh masuk ke suatu ruangan yang adalah toilet pria. Salah seorang menekan sakelar hingga lampu menyala, cukup bersih juga dibanding toilet pria di fakultas lainnya pikirku.

“Nah, sekarang kamu berdiri di pojok sana, perhatiin baik-baik kita ngerjain cewek kamu !” perintah yang tinggi itu pada Dimas.

Di sudut lain mereka berdiri di sebelah kanan dan kiriku menatapi tubuhku dalam pakaian ketat itu. Sorot mata mereka membuatku nervous dan jantungku berdetak lebih cepat, kakiku serasa lemas bak kehilangan pijakan sehingga aku menyandarkan punggungku ke tembok.

Kini aku dapat melihat nama-nama mereka yang tertera di atas kantong dadanya. Yang tinggi dan berusia sekitar pertengahan 40 itu namanya Egy, dan temannya yang berkumis itu bernama Romli. Pak Egy mengelusi pipiku sambil menyeringai mesum.

“Hehehe… cantik, mulus… wah beruntung banget kita malam ini !” katanya

“Kenalan dulu dong non, namanya siapa sih ?” tanya Pak Romli sambil menyalami tanganku dan membelainya dari telapak hingga pangkalnya, otomatis bulu-buluku merinding dan darahku berdesir dielus seperti itu.

“Citra” jawabku dengan agak bergetar.

“Wah Citra yah, nama yang indah kaya orangnya, pasti dalemnya juga indah” Pak Egy menimpali dan disambut gelak tawa mereka.

“Non Citra coba sun saya dong, boleh kan ?” pinta Pak Romli memajukan wajahnya

Aku tahu itu bukan permintaan tapi keharusan, maka kuberikan satu kecupan pada wajahnya yang tidak tampan itu.

“Ahh…non Citra ini di mobil lebih berani masak di sini cuma ngecup aja sih, gini dong harusnya” Kata Pak Egy seraya menarik wajahku dan melumat bibirku.

Aku memejamkan mata mencoba meresapinya, dia makin ganas menciumiku ditambah lagi tangannya sudah mulai meremas-remas payudaraku dari luar. Lidahnya masuk bertemu lidahku, saling menjilat dan berpilin, bara birahi yang sempat padam kini mulai terbakar lagi, bahkan lebih dahsyat daripada sebelumnya. Aku makin berani dan memeluk Pak Egy, rambutnya kuremas sehingga topi satpamnya terjatuh. Sementara dibawah sana kurasakan sebuah tangan yang kasar meraba pahaku. Aku membuka mata dan melihatnya, disana Pak Romli mulai menyingkap rokku dan merabai pahaku.

Pak Egy melepas ciumannya dan beralih ke sasaran berikutnya, dadaku. Kaos ketatku disingkapnya sehingga terlihatlah buah dadaku yang masih terbungkus BH pink, itupun juga langsung diturunkan.

“Wow teteknya montok banget non, putih lagi” komentarnya sambil meremas payudara kananku yang pas di tangannya.

Pak Romli juga langsung kesengsem dengan payudaraku, dengan gemas dia melumat yang kiri. Mereka kini semakin liar menggerayangiku. Putingku makin mengeras karena terus dipencet-pencet dan dipelintir Pak Egy sambil mencupangi leher jenjangku, dia melakukannya cukup lembut dibandingkan Pak Romli yang memperlakukan payudara kiriku dengan kasar, dia menyedot kuat-kuat dan kadang disertai gigitan sehingga aku sering merintih kalau gigitannya keras. Namun perpaduan antara kasar dan lembut ini justru menimbulkan sensasi yang khas.

Tak kusadari rokku sudah terangkat sehingga angin malam menerpa kulit pahaku, celana dalamku pun tersingkap dengan jelas. Pak Romli menyelipkan tangannya ke balik celana dalamku sehingga celana dalamku kelihatan menggembung. Tangan Pak Egy yang lainnya mengelusi belakang pahaku hingga pantatku. Nafasku makin memburu, aku hanya memejamkan mata dan mengeluarkan desahan-desahan menggoda. Aku merasakan vaginaku semakin basah saja karena gesekan-gesekan dari jari Pak Romli, bahkan suatu ketika aku sempat tersentak pelan ketika dua jarinya menemukan lalu mencubit pelan biji klitorisku. Reaksiku ini membuat mereka semakin bergairah. Pak Romli meraih tangan kiriku dan menuntunnya ke penisnya yang entah kapan dia keluarkan.

“Waw…keras banget, mana diamaternya lebar lagi” kataku dalam hati “bisa mati orgasme nih saya”

Aku mengocoknya perlahan sesuai perintahnya, semakin kukocok benda itu makin membengkak saja.

Pak Romli menarik tangannya keluar dari celana dalamku, jari-jarinya basah oleh cairan vaginaku yang langsung dijilatinya seperti menjilat madu. Kemudian aku disuruh berdiri menghadap tembok dan menunggingkan pantatku pada mereka, kusandarkan kedua tanganku di tembok untuk menyangga tubuhku.

“Asyik nih, malam ini kita bisa ngerasain pantat si non yang putih mulus ini” celoteh Pak Romli sambil meremasi bongkahan pantatku yang sekal.

Aku menoleh ke belakang melihat dia mulai menurunkan celana dalamku, disuruhnya aku mengangkat kaki kiri agar bisa meloloskan celana dalam. Akhirnya pantatku yang sudah telanjang menungging dengan celana dalamku masih menggantung di kaki kanan.

“Pak masukin sekarang dong” pintaku yang sudah tidak sabar marasakan batang-batang besar itu menjejali vaginaku.

“Sabar non, bentar lagi, bapak suka banget nih sama vagina non, wangi sih !” kata Pak Romli yang sedang menjilati vaginaku yang terawat baik.

ak Usep mendorong penisnya pada vaginaku, walaupun sudah becek oleh lendirku dan ludahnya, aku masih merasa nyeri karena penisnya yang tebal tidak sebanding ukurannya dengan liang senggamaku. Aku merintih kesakitan merasakan penis itu melesak hingga amblas seluruhnya. Tanpa memberiku waktu beradaptasi, dia langsung menyodok-nyodokkan penisnya dengan kecepatan yang semakin lama semakin tinggi. Pak Egy sejak posisiku ditunggingkan masih betah berjongkok diantara tembok dan tubuhku sambil mengenyot dan meremas payudaraku yang tergantung persis anak sapi yang sedang menyusu dari induknya. Pak Romli terus menggenjotku dari belakang sambil sesekali tangannya menampar pantatku dan meninggalkan bercak merah di kulitnya yang putih. Genjotannya semakin mambawaku ke puncak birahi hingga akupun tak dapat menahan erangan panjang yang bersamaan dengan mengejangnya tubuhku.

Tak sampai lima menit dia pun mulai menyusul, penisnya yang terasa makin besar dan berdenyut-denyut menggesek makin cepat pada vaginaku yang sudah licin oleh cairan orgasme.

“Ooohh… oohh… di dalam yah non… sudah mau nih” bujuknya dengan terus mendesah “Ahh… iyahh… di dalam aja… ahh” jawabku terengah-engah di tengah sisa-sisa orgasme panjang barusan.

Akhirnya diiringi erangan nikmat dia hentikan genjotannya dengan penis menancap hingga pangkalnya pada vaginaku, tangannya meremas erat-erat pinggulku. Terasa olehku cairan hangat itu mengalir memenuhi rahimku, dia baru melepaskannya setelah semprotannya selesai. Tubuhku mungkin sudah ambruk kalau saja mereka tidak menyangganya kuhimpun kembali tenaga dan nafasku yang tercerai-berai. Setelah mereka melepaskan pegangannya, aku langsung bersandar pada tembok dan merosot hingga terduduk di lantai. Kuseka dahiku yang berkeringat dan menghimpun kembali tenaga dan nafasku yang tercerai- berai, kedua pahaku mengangkang dan vaginaku belepotan cairan putih seperti susu kental manis.

“Hehehe…liat nih, air sperma saya ada di dalam vagina wanita kamu” kata Pak Romli pada Dimas sambil membentangkan bibir vaginaku dengan jarinya, seolah ingin memamerkan cairan spermanya pada Dimas yang mereka kira pacarku.

Opps…omong-omong tentang Dimas, aku hampir saja melupakannya karena terlalu sibuk melayani kedua satpam ini, ternyata sejak tadi dia menikmati liveshow ini di sudut ruangan sambil mengocok-ngocok penisnya sendiri. Kasihan juga dia pikirku cuma bisa melihat tapi tidak boleh menikmati, dasar buaya sih, begitu pikirku. Sekarang, Pak Romli menarik rambutku dan menyuruhku berlutut dan membersihkan penisnya, Pak Egy yang sudah membuka celananya juga berdiri di sebelahku menyuruhku mengocok penisnya.

Hhmmm…nikmat sekali rasanya menjilati penisnya yang berlumuran cairan kewanitaanku yang bercampur dengan sperma itu, kusapukan lidahku ke seluruh permukaannya hingga bersih mengkilap, setelah itu juga kuemut-emut daerah helmnya sambil tetap mengocok milik Pak Egy dengan tanganku. Aku melirik ke atas melihat reaksinya yang menggeram nikmat waktu kugelikitik lubang kencingnya dengan lidahku.

“Hei, sudah dong saya juga mau disepongin sama si non ini” potong Pak Egy ketika aku masih asyik memain-mainkan penis Pak Romli.

Pak Egy meraih kepalaku dan dibawanya ke penisnya yang langsung dijejali ke mulutku. Miliknya memang tidak sebesar Pak Romli, tapi aku suka dengan bentuknya lebih berurat dan lebih keras, ukurannya pun pas dimulutku yang mungil karena tidak setebal Pak Romli, tapi tetap saja tidak bisa masuk seluruhnya ke mulut karena cukup panjang. Aku mengeluarkan segala teknik menyepongku mulai dari mengulumnya hingga mengisap kuat-kuat sampai orangnya bergetar hebat dan menekan kepalaku lebih dalam lagi. Waktu sedang enak-enak menyepong, tiba- tiba Dimas mengerang, memancingku menggerakkan mata padanya yang sedang orgasme swalayan, spermanya muncrat berceceran di lantai. Pasti dia sudah horny banget melihat adegan-adegan panasku.

Merasa cukup dengan pelayanan mulutku, Pak Egy mengangkat tubuhku hingga berdiri, lalu dihimpitnya tubuhku ke tembok dengan tubuhnya, kaki kananku diangkat sampai ke pinggangnya. Dari bawah aku merasakan penisnya melesak ke dalamku, maka mulailah dia mengaduk-aduk vaginaku dalam posisi berdiri. Berulang-ulang benda itu keluar-masuk pada vaginaku, yang paling kusuka adalah saat-saat ketika hentakan tubuh kami berlawanan arah, sehingga penisnya menghujam vaginaku lebih dalam, apalagi kalau dengan tenaga penuh, kalau sudah begitu wuihh… seperti terbang ke surga tingkat tujuh rasanya, aku hanya bisa mengekspresikannya dengan menjerit sejadi-jadinya dan mempererat pelukanku, untung gedung ini sudah kosong, kalau tidak bisa berabe nih. Sementara mulutnya terus melumat leher, mulut, dan telingaku, tanganya juga menjelajahi payudara, pantat, dan pahaku. Gelombang orgasme kini mulai melandaku lagi, terasa sekali darahku bergolak, akupun kembali menggelinjang dalam pelukannya. Saat itu dia sedang melumat bibirku sehingga yang keluar dari mulutku hanya erangan- erangan tertahan, air ludah belepotan di sekitar mulut kami. Di sudut lain aku melihat Pak Romli sedang beristirahat sambil merokok dan mengobrol dengan Dimas.

Pak Egy demikian bersemangatnya menyetubuhiku, bahkan ketika aku orgasmepun dia bukannya berhenti atau paling tidak memberiku istirahat tapi malah makin kencang. Kakiku yang satu diangkatnya sehingga aku tidak lagi berpijak di tanah disangga kedua tangan kekar itu. Tusukan-tusukannya terasa makin dalam saja membuat tubuhku makin tertekan ke tembok. Sungguh kagum aku dibuatnya karena dia masih mampu menggenjotku selama hampir setengah jam bahkan dengan intensitas genjotan yang stabil dan belum menunjukkan tanda-tanda akan klimaks. Sesaat kemudian dia menghentikan genjotannya, dengan penis tetap menancap di vaginaku, dia bawa tubuhku yang masih digendongnya ke arah kloset. Disana barulah dia turunkan aku, lalu dia sendiri duduk di atas tutup kloset.

“Huh…capek non, ayo sekarang gantian non yang goyang dong” perintahnya

Akupun dengan senang hati menurutinya, dalam posisi seperti ini aku dapat lebih mendominasi permainan dengan goyangan-goyangan mautku. Tanpa disuruh lagi aku menurunkan pantatku di pangkuannya, kuraih penis yang sudah licin itu dan kutuntun memasuki vaginaku. Setelah menduduki penisnya, aku terlebih dahulu melepaskan baju dan bra-ku yang masih menggantung supaya lebih lega, soalnya badanku sudah panas dan bemandikan keringat, yang masih tersisa di tubuhku hanya rokku yang sudah tersingkap hingga pinggang dan sepasang sepatu hak di kakiku. Aku menggoyangkan tubuhku dengan gencar dengan gerakan naik- turun, sesekali aku melakukan gerakan meliuk sehingga Pak Egy mengerang karena penisnya terasa diplintir. Kedua tangannya meremasi payudaraku dari belakang, mulutnya juga aktif mencupangi pundak dan leherku.

Tiba-tiba aku dikejutkan oleh tangan besar yang menjambak rambutku dan mendongakkan wajahku ke atas. Dari atas wajah Pak Romli mendekat dan langsung melumat bibirku. Dimas yang sudah tidah bercelana juga mendekatiku, sepertinya dia sudah mendapat ijin untuk bergabung, dia menarik tanganku dan menggenggamkannya pada batang penisnya.

“Mmpphh… mmmhh !” desahku ditengah keroyokan ketiga orang itu. Toilet yang sempit itu menjadi penuh sesak sehingga udara terasa makin panas dan pengap.

“Ayo dong Citra… emut, sepongan kamu kan mantep banget”

Dimas menyodorkan penisnya kemulutku yang langsung kusambut dengan kuluman dan jilatanku, aku merasakan aroma sperma pada benda itu, lidahku terus menjelajah ke kepala penisnya dimana masih tersisa sedikit cairan itu, kupakai ujung lidah untuk menyeruput cairan yang tertinggal di lubang kencingnya. Ini tentu saja membuat Dimas blingsatan sambil meremas-remas rambutku. Aku melakukannya sambil terus bergoyang di pangkuan Pak Egy dan mengocok penisnya Pak Romli, sibuk sekali aku dibuatnya.

Sesaat kemudian penisnya makin membesar dan berdenyuk-denyut, lalu dia menepuk punggungku dan menyuruhku turun dari pangkuannya. Benar juga dugaanku, ternyata dia ingin melepaskan maninya di mulutku. Sekarang dengan posisi berlutut aku memainkan lidahku pada penisnya, dia mulai merem-melek dan menggumam tak jelas. Seseorang menarik pinggangku dari belakang membuat posisiku merangkak, aku tidak tahu siapa karena kepalaku dipegangi Pak Egy sehingga tidak bisa menengok belakang. Orang itu mendorongkan penisnya ke vaginaku dan mulai menggoyangnya perlahan. Kalau dirasakan dari ukurannya sih sepertinya si Dimas karena yang ini ukurannya pas dan tidak menyesakkan seperti milik Pak Romli. Ketika sedang enak-enaknya menikmati genjotan Dimas penis di mulutku mulai bergetar

“Aahhkk… saya mau keluar… non”

Pak Egy kelabakan sambil menjambaki rambutku dan creett…creett, beberapa kali semprotan menerpa menerpa langit-langit mulutku, sebagian masuk ke tenggorokan, sebagian lainnya meleleh di pinggir bibirku karena banyaknya sehingga aku tak sanggup menampungnya lagi.

Aku terus menghisapnya kuat-kuat membuatnya berkelejotan dan mendesah tak karuan, sesudah semprotannya berhenti aku melepaskannya dan menjilati cairan yang masih tersisa di batangnya. Dengan klimaksnya Pak Egy, aku bisa lebih berkonsentrasi pada serangan Dimas yang semakin mengganas. Tangannya merayap ke bawah menggerayangi payudaraku. Dimas sangat pandai mengkombinasikan serangan halus dan keras, sehingga aku dibuatnya melayang-layang. Gelombang orgasme sudah diambang batas, aku merasa sudah mau sampai, namun Dimas menyuruhku bertahan sebentar agar bisa keluar bersama. Sampai akhirnya dia meremas pantatku erat-erat dan memberitahuku akan segera keluar, perasaan yang kutahan-tahan itu pun kucurahkan juga. Kami orgasme bersamaan dan dia menumpahkannya di dalamku. Vaginaku serasa banjir oleh cairannya yang hangat dan kental itu, sperma yang tidak tertampung meleleh keluar di daerah selangakanganku.

Aku langsung terkulai lemas di lantai dengan tubuh bersimbah peluh, untung lantainya kering sehingga tidak begitu jorok untuk berbaring di sana. Vaginaku rasanya panas sekali setelah bergesekan selama itu, dengan 3 macam penis lagi. Lututku juga terasa pegal karena dari tadi bertumpu di lantai. Setelah merasa cukup tenaga, aku berusaha bangkit dibantu Dimas. Dengan langkah gontai aku menuju wastafel untuk membasuh wajahku, lalu kuambil sisir dari tasku untuk membetulkan rambutku yang sudah kusut. Aku memunguti pakaianku yang berserakan dan memakainya kembali. Kami bersiap meninggalkan tempat itu.

“Lain kali kalau melakukan hubungan badan hati-hati, kalau ketangkap kan harus bagi-bagi” begitu kata Pak Egy sebagai salam perpisahan disertai tepukan pada pantatku.

“Citra… Citra… sori dong, kamu marah ya !” kata Dimas yang mengikutiku dari belakang dalam perjalananku menuju tempat parkir.

Dengan cueknya aku terus berjalan dan menepis tangannya ketika menangkap lenganku, dia jadi tambah bingung dan memohon terus. Setelah membuka pintu mobil barulah aku membalikkan badanku dan memberi sebuah kecupan di pipinya seraya berkata.
“Saya nggak marah kok, malah enjoy banget, lain kali kita coba yang lebih gila yah, see you, good night”
Dimas hanya bisa terbengong di tengah lapangan parkir itu menyaksikan mobilku yang makin menjauh darinya.

TAMAT

Cerita Gay Diperkosa Preman Jalanan

Cerita Gay Diperkosa Preman Jalanan. selamat membaca dan menikmati sajian seru khusus dewasa 18 tahun keatas.

Saya tinggal di pinggir kali di sebuah kawasan kumuh di Jakarta Barat. Kali itu adalah batas antara kawasan saya yang kumuh dan sebuah perumahan elite. Kami tiap hari melihat mobil-mobil mewah lalu-lalang di jalan seberang, masuk-keluar rumah-rumah yang mewah bagaikan istana itu.
Cerita Gay Diperkosa Preman Jalanan

Cerita Gay Diperkosa Preman Jalanan

Hari Rabu malam (tgl.13 Mei ) terasa ada sesuatu yang tidak lazim di lingkungan sekitar kami. Jalan-jalan menjadi lebih sepi dari biasanya. Rumah-rumah gedong di seberang kali itu tertutup rapat, dan tidak seperti biasanya, tidak ada orang keluar masuk. Kemudian kami dengar desas-desus bahwa ada banyak mahasiswa yang ditembak mati oleh tentara, dan kerusuhan sudah pecah di Grogol. Keesokan harinya, kami pergi ‘melihat-lihat’ di pusat pertokoan terdekat. Melihat banyak orang menjarah, kami pun ikut-ikutan mengambil barang dari supermarket. Saya sendiri cuma mendapat beberapa batang coklat dan pakaian bayi, semuanya saya berikan ke tetangga yang punya anak kecil.

Pada saat menjarah, kami melihat bahwa para pemilik toko itu sangat ketakutan, dan tampaknya kami bisa melakukan apa saja tanpa ada risiko ditangkap dan dipukuli polisi. Dalam perjalanan pulang, kami (bertujuh) di belokan gang berpapasan dengan dua cowok berseragam SMA, satu tinggi kurus dan satu lagi pendek. Mereka berusaha lari menjauhi kami. Iseng-iseng sambil bercanda, si Karim (salah satu dari kami, yang paling kocak) membentak mereka menyuruh berhenti. Kami sendiri tidak menduga akibat bentakan Karim: kedua cowok itu terhenti langkahnya, kaku bagaikan patung. Ketika kami mendekat, salah satu cowok itu langsung berlutut, memohon belas kasihan. Melihat itu, temannya pun langsung ikut berlutut, menyembah-nyembah.

Kami pun mula-mula cuma bisa melongo, berpandang-pandangan, tidak tahu harus berbuat apa. Tetapi melihat adanya kesempatan, naluri binatang kami mulai merasuk. Si Soni (yang tampangnya paling sangar) langsung membuka ritsleting celananya, mengeluarkan penisnya dan memerintahkan kedua cowok itu untuk mengisapnya. Keduanya ragu-ragu, tetapi langsung ditempelengi bertubi-tubi. Soni kemudian menjambak rambut si Jangkung dan menyodorkan penisnya ke mulutnya. Dia menganga begitu saja, tidak tahu penis itu harus diapakan. Akhirnya Soni mendorong penisnya keluar masuk mulutnya dengan menjambak rambutnya. Dia muntah, tetapi Soni tetap dengan iramanya. Ia kemudian berpaling ke Si Pendek yang dari tadi bengong melihat temannya diperlakukan begitu.

Karena sudah melihat contoh, dia langsung membuka mulutnya dan membiarkan Soni menikmati mulut dan tenggorokannya. Melihat itu, kami pun ikut bergabung, ramai-ramai membuka celana, mengelilingi mereka berdua. Mereka kami suruh mengisap penis kami bergantian, berkeliling lingkaran. Setiap ada perintah, mereka pindah ke orang yang berikutnya, begitu terus sampai sekitar 10 menit. Si Jakaria yang mulai mendapat ide, berkata kepada kami: ‘Stop dulu, lihat sini!’ Si Pendek yang sedang berlutut di depannya mengisap penisnya disuruhnya berhenti, dan diperintahkannya membuka mulutnya lebar-lebar. Dia berdiri di depannya, penisnya sejengkal dari mulut sang cowok. Jakaria diam sejenak, menarik napas, membuat kami yang lain bingung apa yang ada di pikirannya.

Tiba-tiba dia kencing ke dalam mulut si, si Pendek langsung menutup mulutnya dan berusaha meludahkan kencing yang sudah terlanjur masuk ke mulutnya. Jakaria langsung menempelengnya dan menutup lobang hidungnya sambil mengancam: “Kalau sampai ada kencing gua yang tumpah, gua hajar lu sampai mampus”. Ditutup hidungnya, secara refleks si Pendek membuka mulutnya, dan Jakaria kemudian melanjutkan kencingnya yang terputus. Si Pendek pun akhirnya menenggak kencing Jakaria yang datang tak putus-putus. Sebelum kencingnya habis, Jakaria berhenti dan memerintahkan si Jangkung untuk mendekat. “Lu juga, kalau tumpah, awas!” Kali ini dia memasukkan seluruh penisnya ke dalam mulut si Jangkung, dan langsung kencing ke dalam tenggorokannya. Si Jangkung berusaha mati- matian menelan semua air seni itu, tetapi sempat juga tersedak.

Sebagian kencing keluar dari lubang hidungnya, sambil terbatuk-batuk. Kami sangat terangsang melihat ulah Jakaria, dan mengikuti perbuatannya. Satu persatu kami kencing ke dalam mulut si Jangkung dan si Pendek, semuanya habis ditelan mereka. Sesudah itu mereka kembali mengisap berkeliling dalam lingkaran. Sampai saat itu mereka berdua masih berpakaian lengkap, jadi saya perintahkan mereka untuk membuka pakaiannya sendiri tetapi tidak boleh berhenti mengisap. Perlawanan mereka sudah patah, keduanya tidak berani lagi membantah perintah kami. Dalam waktu beberapa menit, keduanya sudah telanjang bulat Penis keduanya tidak bersunat, tampak tergantung lunglai. Ukurannya kecil menurutku, dibandingkan penisku walaupun sedang tidur. Jakaria memegang kontol si Jangkung dan mengocoknya.

Lambat laun penis si Jangkung berdiri tegang juga. Si Soni tak mau ketinggalan, si Pendek juga diloco penisnya sampai ngaceng. Lalu kedua cowok ditelentangkan berdampingan di atas lantai emperan toko. Soni duduk di perut si Pendek sambil mengumpulkan dahak dan ludah di dalam mulutnya. Ketika mulutnya sudah penuh, ibukanya mulut si Pendek dengan paksa, dan diludahkannya semua lendir itu ke dalam mulut si Pendek, lalu dibentaknya:

“Telan semua!” Si Pendek yang sangat ketakutan tidak punya pilihan lain kecuali mengikuti perintah Soni. Jakaria pun tidak ketinggalan, langsung berbuat hal yang sama terhadap si Jangkung. Terus terang, kami sangat terangsang dengan tontonan ini, dan tidak tahan untuk tidak ikut meludahkan dahak ke dalam mulut mereka berdua. Atas isyarat Soni, kami pun bergantian duduk di dada kedua cowok itu, menyodorkan penis kami untuk diisap. Setelah beberapa menit, Jakaria dan Soni berganti posisi. Soni kini memperkosa mulut si Jangkung, dan Jakaria kebagian si Pendek. Kedua cowok itu sama sekali tidak berusaha lagi untuk melepaskan diri. Mereka tetap mengikuti perintah-perintah untuk membuka mulut lebih lebar untuk diludahi atau mengisap penis lebih kuat  Jakaria muncul ide barunya, katanya: “Gua belum pernah ngerasain lubang pantat cowok.” Saya pikir apa-apaan mau menjilat lubang pantat orang, Tapi ternyata saya salah tanggap. Diangkatnya kaki dan pinggul si Pendek kemudian diludahkannya dahak ke lubang pantatnya. Kemudian dimasukkannya jari telunjuknya ke dalam lubang pantat si Pendek sampai habis, lalu diganti dengan jempol, dimainkan masuk keluar. Sang cowok meringis kesakitan, tapi disambut dengan “Ini belum apa-apa.” Dimasukkannya jari telunjuk dan jari tengahnya sekaligus ke dubur si Pendek, masuk keluar sambil diputar-putar. Setelah beberapa lama, ia berkata: “Sekarang lu udah siap.” Kami disuruh memegangi si Pendek erat-erat pada posisi telentang dengan kedua kaki tertekuk ke kepala.

Ia kemudian mengarahkan.penisnya ke lubang pantat si Pendek dan didorong dengan kuat sekaligus. Saya yang ikut memegangi, melihat dengan jelas bagaimana penisnya menghilang ke dalam lubang pantat si Pendek sampai habis. Sang cowok memberontak sekuat tenaga sambil memohon ampun, tapi tak berdaya dipegangi empat orang. Jakaria kemudian memulai irama masuk-keluarnya, sambil bergumam: “Gile, cowok ini sempit amat.” Tangan Jakaria masih sempat mengocok pelir si Pendek yang ngaceng dengan kerasnya. Soni kemudian meminta bantuan kami memegangi si Jangkung untuk diperkosa juga duburnya.

Mendengar lolongan temannya, si Jangkung menjadi kecut. Dia memohon-mohon agar lubang pantatnya tidak digagahi, dan menawarkan bahwa dia akan mengisap kami bergantian sampai kami puas.

Kata Soni: “Lu bakalan ngisep kita sampai puas dan tetap saja kita pakai lubang pantat lu.” Tidak berapa lama kemudian, penis Soni sudah menerobos masuk-keluar di lubang pantat si Jangkung. Tangan Soni meremas-remas buah pelir si Jangkung sambil sekali sekali mengocok batang pelirnya. Cowok ini tidak bersuara, bibirnya digigit kuat-kuat sampai berdarah sambil melempar mukanya ke kiri dan ke kanan menahan sakit. Mengikuti contoh Jakaria, Soni kemudian berpindah bolak-balik dari mulut ke dubur, kemudian langsung ke mulut sang cowok untuk dibersihkan, lalu kembali lagi ke dubur.

Tidak puas dengan itu, mereka kemudian menggunakan jurus ‘kutu loncat’, dari dubur cowok satu pindah ke mulut cowok yang lain. Mereka pun akhirnya bertukar pasangan, sehingga masing-masing berhasil mencicipi keempat lubang tubuh kedua cowok tersebut. Mereka berdua kemudian memilih untuk mengeluarkan air maninya di dalam dubur kedua cowok itu. Atas ide Jakaria, mereka berdua tidak langsung mencabut penisnya. Setelah berkonsentrasi beberapa saat, mereka berdua kencing di dalam dubur si Jangkung dan si Pendek! Penis mereka yang berlendir bercampur kencing, tai dan darah, mereka sodorkan ke cowok yang lainnya untuk diisap dan dijilat sampai bersih.

Sesudah Soni dan Jakaria selesai, kami berlima pun ‘berpesta’ dengan kedua korban sampai puas. Soni dan Jakaria pun kemudian bergabung lagi untuk ronde kedua. Di saat ini masing-masing cowok dimanfaatkan secara maksimum: kedua lubang mereka diisi penuh pada saat bersamaan. Seorang dari kami telentang di lantai, kemudian seorang cowok didudukkan di atasnya, dan penisnya menerobos duburnya. Si cowok kemudian dibaringkan telentang di atas si laki-laki. Laki-laki kedua mengangkat kepala si cowok dengan menjambaknya dan kemudian mendorong penisnya ke dalam tenggorokannya. Setelah beberapa saat, posisinya diputar: yang di dubur pindah ke mulut. Kami pun pindah dari satu cowok ke cowok lainnya. Sesudah kira-kira dua jam, kami pun sudah tak mampu lagi, dan bersiap-siap meninggalkan tempat itu. Tapi sebelum pergi, si Jakaria punya ide lainlagi. Ia berjongkok di atas kepala si Jangkung yang sedang telentang tak berdaya.

Kami pun mengajaknya untuk pergi: “Mau apa lagi, lu!” Tiba-tiba dia memencet hidung sang cowok, dan begitu mulutnya terbuka, ia langsung berak ke dalam mulut si Jangkung. Lalu diambilnya rambut si Jangkung untuk dipakai menggosok dan membersihkan lubang pantatnya. Melihat itu, Soni pun tidak mau ketinggalan. Dikangkanginya si Pendek dan diperintahkannya untuk membuka mulut. Tahu akan diapakan, si Pendek meronta-ronta, tetapi setelah puting susunya dipencet dengan keras, tidak berani melawan lagi. Dia pun membuka mulutnya lebar-lebar, dan saya melihat sendiri tai Soni bergulung di mulutnya. Soni memaksanya untuk menelan semua tai itu.

Si Pendek karena ketakutan, berusaha melahap semuanya tetapi mengalami kesulitan karena kotoran itu terlalu kental dan pekat. Terpaksa kami pun beramai-ramai menyumbangkan kencing ke mulut si Pendek untuk membantunya menelan seluruh tai Soni. Akhirnya kami meninggalkan kedua cowok itu telanjang bulat di emperan toko. Pakaian mereka kami ambil dan kami bagi-bagi di antara kami sebagai ‘souvenir’. Saya cuma kebagian satu jaket yang beremblem salah satu SMA swasta di Jakarta. Setelah beristirahat di rumah, kami pun mendiskusikan rencana menyerbu rumah di seberang kali yang ada 3 anak cowoknya.

TAMAT

ML Bareng Sepupu Dan Tanteku Yang Nikmat

ML Bareng Sepupu Dan Tanteku Yang Nikmat. selamat membaca dan menikmati sajian seru khusus dewasa 18 tahun keatas.

Kulayani nafsu seks tante dan sepupuku – Suasana rumah Tante Mirna sore itu masih lengang. Hanya tampak satu sepeda motor milik Randy dan sebuah mobil Kijang terbaru yang baru saja memasuki garasi. Randy dan kakaknya, Susan, berlibur di rumah Tante Mirna untuk mengisi liburan kenaikan kelas. Tante Mirna sebagai wanita karier sering merasa kesepian karena ia belum bersuami. Ia sangat senang apabila keponakan-ponakannya berkunjung ke rumahnya, apalagi sampai menginap lama seperti yang dilakukan anak dari kakak pertama dan keduanya itu.
ML Bareng Sepupu Dan Tanteku Yang Nikmat

Susan baru saja pulang dari rumah Nina saat waktu menunjukkan pukul setengah delapan malam. Melihat suasana rumah sedang kosong ia segera masuk kamar. Matanya tampak sembab menandakan ia baru saja menangis. Meskipun jauh-jauh hari Susan sudah merasakan perubahan sikap Ari, namun tetap saja kaget dengan keputusan kekasihnya itu untuk tidak meneruskan hubungan mereka lagi. Apalagi di telepon tadi, Ari yang mengatakan bahwa mereka tidak cocok seperti dibuat-buat saja. Tapi Susan juga bukan gadis yang lemah. Baginya, tidak ada alasan baginya untuk menjadi gadis yang cengeng di usianya yang telah menginjak delapan belas tahun.

Pintu kamar Susan tiba-tiba saja terbuka. Kepala Randy muncul dari balik pintu sambil tersenyum.
“Baru datang, Kak?”, tanya Randy sambil ngeloyor masuk meski kakaknya sedang berganti pakaian. Randy berjalan acuh tak acuh.
“Iya..”, jawab Susan singkat. Pikirannya masih sumpek dengan kejadian tadi siang. Segera saja direbahkan badannya di kasur setelah mengganti baju perginya dengan daster tipis.
“Kok, lesu gitu.., Kenapa?”, Randy yang baru kelas dua SMP itu menghampiri Susan. Ia juga kemudian merebahkan badannya disamping kakaknya tersebut. Susan hanya diam saja seolah tidak mendengar pertanyaan adiknya. Matanya menerawang melihat langit-langit kamar. Randy pun akhirnya memperhatikan sepupunya tersebut. Susan memang benar-benar cantik. Kadang-kadang ia merasa lebih senang kalau Susan bukan saudaranya. Mungkin karena seringkali ia tanpa sadar mengagumi tubuh Susan. Entah mengapa akhir-akhir ini minatnya terhadap wanita begitu meningkat. Ia bahkan suka sekali melihat-lihat pose wanita di majalah kosmopolitan milik kakaknya itu. Biasanya ia jadi terangsang dan onani di kamar mandi.

“Sret..”, Sepersekian detik posisi tangan Susan bergerak memangku kepalanya sendiri dan tanpa ia sadari belahan baju di dadanya menjadi terbuka. Melihat hal demikian Randy jadi sedikit canggung. Ia kebingungan sekaligus menyukai pemandangan itu. Randy agak berdebar-debar ketika ia semakin jelas melihat lekuk buah dada kakaknya yang tampak ranum dan indah. Apalagi tampak tonjolan puting di balik daster tipis itu. Batang penisnya terasa sedikit mengeras.

Karena dorongan hasratnya, Randy memberanikan diri perlahan-lahan mendekati tubuh Susan. Ia merangkul pinggang kakaknya tersebut. Merasakan sentuhan di tubuhnya, membuat rasa sedih Susan semakin mendalam. Air matanya mulai keluar dan ia segera membalikkan badan membelakangi adiknya. Ia tidak mau menangis di hadapan Randy. Posisi demikian membuat Randy bisa merangkul Susan dengan leluasa dari belakang.
“Kamu cantik deh.., malam ini..”, ucap Randy tanpa sadar. Susan pun hanya diam saja. Yang ia butuhkan saat ini hanyalah ada orang yang menyayanginya.

Randy kemudian melingkarkan tangannya ke pinggang Susan. Gadis yang merasa sedang bersedih itu sedikit bergerak lebih mendekatkan badannya ke dalam pelukan Randy. Ia ingin ada orang yang menghiburnya disaat-saat seperti ini. Respon Susan ini membuat Randy berani menggerakan tangannya dengan lembut untuk menyentuh bagian bawah buah dada sepupunya. Susan hanya memejamkan mata saja. Posisi tubuh yang berhimpitan itu membuat pikiran Randy semakin tidak menentu. Apalagi batang penisnya yang berhimpitan dengan pantat Susan. Perlahan ia mulai meremas dengan halus buah dada sepupunya tersebut.

Susan pun dalam keadaan sedang sedih menjadi merasa sangat tenang karena adiknya seperti mengerti kesedihannya. Ia tahan terhadap seorang sepupu. Ia juga membiarkan telapak tangan Randy membelai-belai buah dadanya yang memang tidak memakai beha. Belaian Randy pada bagian tubuhnya yang sensitif tersebut membuat jantung Susan sedikit berdebar-debar. Tapi ia segera menganggap wajar sentuhan kasih sayang sepupunya tersebut.

Randy pun mulai berani menciumi bagian tengkuk leher Susan sambil memasukkan tangannya ke dalam daster Susan. Perasaan Susan menjadi sedikit tidak karuan. Ia mulai menyadari bahwa sentuhan sepupunya bukan lagi sentuhan kasih sayang, tapi di satu sisi ia amat menikmati sentuhan itu. Terutama remasan telapak tangan Randy terhadap puting susunya. Perasaan sedih yang sedang ia alami seperti berganti dengan keinginan untuk terus dibelai. Ia ingin menghentikan Randy, namun sentuhan itu membangkitkan perasaan lain dalam kesedihannya. Sentuhan-sentuhan halus itu membuat bulu tengkuknya berdiri. Buah dadanya pun menjadi agak mengeras oleh karena sentuhan dan remasan lembut tangan Randy.
“Ran, mmh.., udah ah.., aku kegelian”, akhirnya Susan berusaha menyudahi aktivitas itu.
“Ah, aku kan sayang sama kamu”, sahut Randy sambil sedikit ngos-ngosan. Ia masih saja merabai tubuh sepupunya. “Engh, badanku jadi lemas semua nih”, tanpa sadar Susan berucap sambil setengah merengek. Kemaluannya bagian bawah pun mulai terasa hangat dan lembab.

Randy tidak menghiraukan perkataan sepupunya tersebut, ia masih terus meremas-remas payudara Susan. Malah ia mulai memasukkan satu tangannya ke dalam celana dalam sepupunya. Bulu-bulu halus di kemaluan Susan pun terasa di telapak tangan Randy. Iapun menyentuh bibir vagina sepupunya itu. Susan menggelinjang. Nafasnya mulai tidak terkontrol. Kesadarannya pun mulai hilang. Sekilas ia hanya menyadari bahwa ia sedang dicumbui oleh sepupunya sendiri. Kemaluannya sudah mulai berdenyut-denyut.

Randy secara lembut namun penuh nafsu mulai merebahkan tubuh Susan. Kemaluannya seperti ingin membutuhkan sesuatu. Ditindihnya tubuh sepupunya dengan birahi yang mulai tidak terkontrol. Segera saja ia buka kancing daster sepupunya. Tampak dengan jelas kedua belah buah dada sepupunya yang indah itu dengan putingnya yang telah berdiri tegak. Ia langsung mengulumi puting buah dada sepupunya tersebut.

“Ran.., ngmhhnghh.., udah dong.., sshh”, ucap Susan ketika sekilas kesadarannya datang. Namun Randy sudak asyik dengan aktivitas birahinya. Lidahnya mempermainkan puting susu sepupunya dengan penuh perasaan. Mata Susan terpejam dan tangannya membelai kepala Randy, merasakan kenikmatan jilatan-jilatannya.

Randy akhirnya mulai tak sabar, ditariknya turun celana dalam sepupunya tersebut. Susan sudah benat-benar dikuasai nafsu. Ia tidak sadar ketika celana dalamnya terlepas. Randy pun segera memelorotkan celana pendeknya sendiri sampai batang penisnya terlihat tegak. Dikangkangkannya kedua kaki Susan dengan perlahan. Kemualuannya segera ia arahkan ke dalam pangkal paha Susan. “Sleep!”, Setengah detik kemudian kemaluan Randy mulai memasuki liang vagina Susan. Terasa hangat dan empuk. Sesaat Susan seperti tersadar apa yang sedang terjadi, namun kesadarannya langsung hilang ketika Randy mulai menggerakan pinggangnya naik turun.

Napas Randy semakin ngos-ngosan tatkala tubuhnya mulai bergerak menindih tubuh sepupunya yang mulus itu. Buah dada Susan bergoyang-goyang karena gerakan sodokan Randy terhadap tubuhnya. Semuanya seperti tidak dapat dihentikan begitu saja. Kesadaran Susan pun telah musnah berganti kebutuhan untuk dicumbui. Ia akhirnya juga merespon gerakkan yang dilakukan sepupunya tersebut. Kemaluannya berdenyut-denyut ketika penis sepupunya terus bergerak dalam liang kemaluannya. Pinggangnya bergerak berputar-putar dan sambil merintih penuh rasa nikmat.

“Ran.., nghh enghhnak.., enghh terusshhsshh”, rintih Susan dalam kenikmatan.
Desahan Susan membuat nafsu Randy semakin menjadi-jadi. Ia sama sekali tidak menyadari bahwa gadis yang sedang ia setubuhi adalah kakak sepupunya sendiri. Konsentrasi Randy hanyalah pada gerakan tubuhnya yang maju mundur. Batang penisnya seperti dipijit-pijit di dalam lubang kemaluan Susan. Ia semakin mempercepat gerakannya karena terasa sesuatu yang mendesak batang kemaluannya.

“Engghh.., yang.., engghh lebihhss kerassh..sshh”, Susan mendesah merasa saat itu dirinya telah membubung tinggi. Randy semakin mempercepat gerakannya. Bunyi kecepak-kecepuk menjadi semakin berirama. Randy merasa kemaluannya seperti akan meledak. Gerakannya kini telah menjadi hentakan-hentakan. Susan masih terus memeluk erat tubuh sepupunya sambil matanya terus terpejam.
“Esshh.., Ahh.., ahh..ampirr.., ashh”, Susan mendesah-desah. Ia merasa tubuhnya sudah hampir mencapai puncak. Gerakan tubuh keduanya menjadi sangat cepat.

Tiba-tiba Randy menghentakkan badannya dengan keras dan lama ke dalam tubuh sepupunya. Kedua tubuh itu tampak bergetar. Tangan Susan pun memeluk tubuh Randy tak kalah eratnya. Keduanya telah sampai dipuncak kenikmatan.

Adegan kedua sepupu itu tanpa disadari sebenarnya dilihat oleh Tante Mirna dari balik pintu. Tante Mirna benar-benar bingung dengan apa yang dilihatnya. Ia sebenarnya ingin segera memasuki kamar itu namun ia segera menyadari bahwa hal itu dapat memperburuk keadaan. Beberapa saat kemudian Tante Mirna melihat keduanya tampak tertidur. Kedua ponakannya itu terkulai lemas dalam keadaan telanjang. Dengan perlahan ia memasuki kamar itu dan mendekati ranjang tempat dua ponakannya tertidur lelap.

Ia mulai menatap wajah kedua ponakannya dengan rasa galau. Mungkin karena aku terlalu sibuk sehingga hal ini sampai terjadi ucapnya dalam hati. Dengan perlahan ia mulai menaiki kasur dan mendekatkan badannya pada tubuh Susan. Dipeluknya gadis ponakannya itu dengan penuh rasa kasih sayang. Melihat tubuh gadisnya yang sintal dengan buah dada yang ranum membuatnya tersadar bahwa Susan memang mungkin sudah saatnya dewasa. Benar-benar kesalahanku, keluhnya.

Randy yang merasa ada orang datang mulai terbangun. Kelopak matanya terbuka perlahan dan tampak tantenya memakai daster biru membelakanginya. Lekuk tubuh tantenya tampak indah dalam keremangan kamar. Dalam keadaan setengah sadar, ia masih merasakan kenikmatan yang baru saja dilaluinya bersama Susan. Tak terasa beberapa saat kemaluannya menegang kembali.

Kebutuhan yang mulai mendesak itu membuat Randy mulai salah tingkah. Tiba-tiba saja ia ingin menyentuh tubuh tantenya yang berada di hadapannya. Apalagi lekuk tubuh tantenya terlihat sangat indah. Namun ia sangat takut apabila tantenya marah. Maka iapun berpura-pura tidur dan memejamkan mata. Dalam keadaan yang mulai birahi kembali Randy memutar otaknya agar dorongannya tersebut terpuaskan. Maka dengan pura-pura dalam keadaan tidur Randy menggerakan badannya untuk dapat memeluk tubuh tantenya.

Tante Mirna yang merasa tubuh Randy bergerak segara membalikkan badan dan memeluk tubuh Randy. Buah dadanya yang hanya dibalut daster biru terasa menyentuh bagian muka Randy. Tante Mirna pun mulai membelai kepala Randy dengan penuh kelembutan. Diperhatikan ponakan laki-lakinya dari atas kepala dan turun ke bawah. Pasti banyak yang naksir, ucap tante Mirna dalam hati melihat kepolosan wajah ponakannya itu.

Tiba-tiba wajah Tante Mirna memerah. Tak sengaja matanya menyapu penis Randy yang agak menegang. Ia berusaha menenangkan diri bahwa yang dihadapannya adalah keponakannya sendiri. Namun jantungnya semakin berdebar-debar. Apalagi diusia yang telah memasuki usia tiga puluh tahun ini ia belum pernah disentuh laki-laki. Kebutuhan seksualnya selama ini ia alihkan dengan menyibukkan diri pada pekerjaan. Sebagai wanita matang, selama ini ia belum pernah melihat tubuh laki-laki dewasa dalam keadaan telanjang. Tubuh Randy pun juga mulai mekar di usia enam belas tahun itu. Tiba-tiba kepala tante Mirna terasa agak berkunang-kunang.

Tanpa sadar tangan Tante Mirna mulai bergerak mendekati batang penis Randy. Dengan perlahan-lahan agar Randy tidak terbangun, Tante Mirna mulai menyentuh batang penis Randy. Terasa hangat dan agak keras. Dibelai-belai batang penis itu dengan penuh kelembutan. Ia membayangkan andai saja batang penis itu mendesak-desak di lubang kemaluannya. Matanya mulai terpejam. Tanpa sadar tangannya yang sebelah meremas buah dadanya sendiri. Terasa ada cairan hangat mengalir di dalam kemaluannya. Mau tidak mau Tante Mirna mengakui bahwa ia mulai terangsang setelah menyentuh batang penis Ponakannya.

Tiba-tiba saja tangan Randy bergerak. Rasa kaget itu membuat Tante Mirna menghentikan sentuhannya. Ia memejamkan mata sambil berbaring dalam keadaan memeluk ponakannya. Harapannya adalah Randy menganggapnya tidur.

Merasakan apa yang baru saja dilakukan tantenya terhadap penisnya, Randy menjadi berani. Dibukanya ritsluiting atas daster tantenya. Tampak di depan matanya buah dada yang lebih besar dari kepunyaan Susan. Tampak pula tonjolan mungil puting Tante Mirna yang berwarna merah kecoklat-coklatan. Randy sudah tidak sabar. Ia langsung mengulum puting susu tantenya yang sudah mulai menegang itu. Buah dada tantenya pun mulai terasa mengeras.

Tante Mirna kebingungan dengan apa yang dilakukan ponakannya itu. Sekilas hampir saja ia beranjak bangun. Seharusnya ia menegur yang dilakukan ponakannya itu. Tapi jangan-jangan ia tahu apa yang tadi kulakukan, pikir Tante Mirna. Ia menjadi takut sendiri kalau hal itu benar-benar terjadi. Pasti bisa memalukan dirinya jika ponakannya melapor pada mamanya.

Akhirnya dengan pasrah, Tante Mirna tetap berpura-pura tidur. Apalagi sentuhan lidah Randy pada putingnya membawa kenikmatan yang luas biasa. Bahkan ia mulai menikmati sepenuhnya ketika kuluman Randy disertai gigitan kecil. Tante Mirna pun mengigit bibir karena cumbuan ponakannya.

“Ssshh..”, tanpa sadar Tante Mirna mendesah penuh kenikmatan saat Randy mengulum puting buah dadanya. Ia pun memegangi kepala ponakannya dengan penuh kelembutan seperti tidak boleh membiarkan aktivitas itu berhenti. Kesadarannya mulai kabur dan seluruh sendi tubuhnya menjadi sangat lemas.

Randy tahu bahwa tantenya berpura-pura tidur. Ia juga tahu kalau tantenya benar-benar menikmati semua yang dia lakukan pada tubuh tantenya itu. Hal ini semakin membangkitkan keberaniannya. Ia segera membuka daster Tante Mirna sambil terus mengulum puting serta meremas-remas tubuh Tante Mirna. Dijilatinya seluruh tubuh tantenya.

“Enghh.., ahhng.., ahh.., nggssh”, Tante Mirna mendesah tanpa mampu menahan apa yang dilakukan ponakannya tersebut. Tubuhnya seperti tidak mau berhenti dijilati. Saat ini dia hanya ingin terus disentuh dengan penuh kemesraan.

Napas Randy mulai ngos-ngosan. Kebutuhannya untuk memuaskan dorongan kebutuhannya membuat ia segera membuka celana dalam Tante Mirna. Pemandangan bulu-bulu halus di sekitar kemaluan tantenya membuat Randy semakin bernafsu. Diarahkan batang penisnya ke dalam selangkangan tante Mirna.

“Sleep!”, Batang Penisnya pun telah masuk ke dalam lubang kemaluan tantenya. Tante Mirna merasakan tubuhnya dimasuki sesuatu yang terasa luar biasa enaknya. Matanya terpejam sangat dalam. Tubuhnya mulai merespon gerakan naik turun Randy. Nafasnya tidak teratur dipenuhi dengan dorongan nafsu yang mulai tinggi.

“Aahh.., esshh.., ahh”, Tante Mirna mulai mengerang kenikmatan. Ia pun memegangi pantat Randy untuk membantu gerakan naik turun. Mendengar suara desahan-desahan Susan pun terbangun. Ia sedikit terhenyak melihat tubuh tantenya dalam keadaan telanjang ditindih oleh Randy. Dilihatnya Randy dengan penuh nafsu menyetubuhi Tante Mirna. Susan pun agak bingung bahwa Tantenya itu justru merepon dengan desahan-desahan. Tangan Randy memegangi paha Tante Mirna dan pinggangnya terus bergerak di sela-sela selangkangan tantenya itu. Melihat adegan sepupu serta desahan tantenya dalam ruangan yang remang-remang ini membuat Susan mulai terangsang.

Tanpa sadar Susan mendekati wajah tantenya itu. Diciumnya bibir Tante Mirna. Tante Mirna pun dalam keadaan yang sudah di awang-awang segera merespon ciuman itu dengan lumatan yang penuh birahi. Randy sudah asyik dengan aktivitas maju-mundur untuk meningkatkan kenikmatannya.

“Eng.., ssh.., nikmat.., Ran”, desah Susan sambil disela-sela ciumannya dengan Tante Mirna. Penis Randy terasa semakin tersedot-sedot. Suara kecepak kecepok menjadi semakin keras dan berirama sering dengan gerakan Penis Randy memasuki liang vagina Tante Mirna.

Susan semakin larut dengan permainan tante dan sepupunya itu. Vaginanya pun telah menjadi basah karena terangsang melihat adegan sepupu dan tantenya itu. Kepala Susan kemudian bergerak turun. Bibirnya mengulum puting dan tangannya meremas-remas buah dada tantenya.

“Enghss.., enghh.., terusshhin.., engshh”, Tante Mirna semakin merasa terbang di awang-awang. Gerakan Randy membuat vaginanya terasa sangat nikmat. Jilatan lidah Susan pada putingnya semakin membuat nafsunya menjadi-jadi. Nafasnya menjadi semakin tidak teratur. Cumbuan kedua ponakannya memenuhi kebutuhan seksualnya yang sudah tertahan belasan tahun. Tubuhnya pun ikut maju-mundur seiring dengan gerakan Randy. Ia pun semakin mempererat pelukannya pada Randy. Gerakan maju-mundur Randy diimbangi dengan gerakan bergoyang-goyang oleh Tante Mirna. Aktivitas ini membuat ia merasa ada sesuatu yang mendesak. Tante Mirna semakin mempercepat goyangannya. Ia memeluk Randy sangat erat sambil terus mengoyangkan pinggulnya dengan cepat. Tiba-tiba tubuh Tante Mirna menegang dan vaginanya berdenyut-denyut seperti meledakkan sesuatu. Ia merasa tubuhnya hancur berkeping-keping dalam kenikmatan.

“Ran.., ganti aku aja.., Tante udah lemas tuh”, ucap Susan tanpa malu-malu. Ia segera mengangkangkan kakinya. Nafsunya sudah memuncak dan harus dipenuh. Seluruh bagian tubuhnya seperti menuntut untuk dicumbui.

Randy pun menarik penis dari kemaluan tantenya yang telah terkulai itu. Diarahkannya batang kemaluannya itu ke arah lubang kemaluan Susan yang telah mengangkang itu. “Sleep!”, Penisnya langsung terasa tersedot-sedot. Ditindihnya tubuh sepupunya itu.

Mereka sudah dikuasai oleh birahi yang tak tertahankan. Kebutuhan itu saling memuaskan membuat tidak ada lagi kecanggungan diantara mereka. Randy menciumi buah dada Susan sambil pinggang melakukan gerakan naik turun. Susan melingkarkan tangannya pada punggung Randy.

“Enghh terusshh.., Ran.., masukin terus.., enggsshh”, desah Susan sambil matanya masih terus terpejam. Dengan perlahan Randy menarik tubuh Susan agar duduk di atas pinggang Randy. Posisi ini semakin membuat penis Randy lebih bisa masuk lebih dalam lagi. Tangan Randy memegangi pantat sepupunya itu. Susan juga merasa vaginanya terisi lebih penuh oleh batang kemaluan Randy.

Randy semakin merasa penisnya disedot-sedot oleh kemaluan sepupunya. Susan yang berada di atas tubuh Randy mulai menggerakkan bandannya. Keduanya telah larut dalam gerakan berirama. Randy semakin memperdalam gerakannya pada selangkangan sepupunya. Susan pun mencontoh gerakan tantenya dengan menggoyang-goyang pinggangnya.

“Enghh.., terus.., Ran.., Enghh enaahkk”, mata Susan terpejam dan bibirnya mendesah. Randy terus menggerakan pinggangnya semakin cepat. Goyangan Susan pun menjadi samakin cepat pula. Kedua tubuh itu telah menyatu dalam kebutuhan yang tak tertahankan. Vaginanya terasa semakin berdenyut-denyut oleh sodokan-sodokan penis sepupunya itu.

“Lebihh kerashh.., enghh lagi”, Susan merasakan tubuhnya akan meledak. Gerakan keduanya menjadi semakin cepat dan keras. Tiba-tiba saja tubuh keduanya menegang secara bersamaan tanda mereka mencapai puncak kenimatan bersamaan. Beberapa saat kemudian ketiganya sudah tertidur pulas dalam keadaan telanjang

Peristiwa semalam tampaknya dianggap seperti tidak pernah ada oleh Tante Mirna. Saat makan pagi, tante Mirna tampak berusaha bersikap santai.
“Ran, kamu mau kemana hari ini”, tanya Tante Mirna sambil mengoleskan mentega pada roti tawarnya. Ia sudah mengenakan busana kerja. Blus krem dan rok span abu-abu.
“Mungkin ke toko buku, ada novel Shedney Shieldon yang baru”, ucap Randy sambil berpura-pura membaca koran. Ia masih sungkan dengan Tante Mirna mengingat apa yang dilakukannya semalam. Ia takut kalau sampai Tante Mirna lapor ke mamanya. Bisa-bisa aku dibunuh oleh Papa, pikirnya.
“Kalau gitu ini buat beli novelnya”, ucap Tante Mirna sambil menyodorkan dua lembar uang lima puluh ribuan. Randy pun mendongakan kepalanya sambil terheran-heran. Dilihatnya Tante Mirna mengangguk. Tanda ia harus menerima uang itu.
“Makasih ya, Tante”, ucap Randy sambil menyorongkan badannya memeluk Tante Mirna, Merekapun berangkulan erat.
Tiba-tiba Tante Mirna berbisik”, Yang tadi malem jangan kasih tau siapa-siapa ya, Ran”.
“Iya, Tante”. Kemaluan Randy terasa mengeras.
“Terus kalau Randy takut tidur sendirian, tidur di kamar Tante aja ya”, ucap Tante Mirna dengan nada datar. Ia tidak mau Randy menangkap keinginannya. Namun bagi Randy kata-kata itu seperti undangan yang sangat jelas maksudnya.

Randy pun sedikit melonggarkan pelukannya dan melihat wajah Tante Mirna tampak agak memerah. Hasrat untuk melakukan aktivitas seperti semalam menggelegak dalam dirinya. Tanpa sadar diciumnya bibir Tante Mirna. Pertama lembut namun kemudian semakin ganas. Kebutuhannya mulai tak tertahankan. Tante Mirna sempat gelagapan dengan apa yang dilakukan oleh Randy. Ia tidak mengira Randy sudah berani terang-terangan. Namun sekian detik kemudian ia mulai membalas ciuman itu. Mereka saling melumat lidah dan menghisap. Ia bahkan membiarkan tangan Randy membuka kancing blusnya. Tangan Randy segera menyisihkan BH dan meremasi buah dadanya. Semakin lama buah dada itu terasa mengeras.

“Sudah, Ran. Tante mau ke kantor”, ucap Tante Mirna sambil berpura-pura tidak mau. Namun tampaknya Randy tidak peduli. Ia mulai menciumi leher tante Mirna dengan lembut. Tangannya yang satu bahkan mulai mengangkat span abu-abu itu hingga celana dalam tante Mirna terlihat. Tangan Randy pun mulai menggerayangi sesuatu yang ada di balik celana dalam itu.

“Ash.., neghh, udah, Ran”, desah Tante Mirna. Ia tidak ingin terlambat. Tender proyek dua M itu bisa hilang, pikir tante Mirna. Namun apa yang dilakukan ponakannya ini benar-benar terasa nikmat. Akhirnya ia membalikkan badan dan segera menurunkan celana dalamnya.
“Udah, Ran dari belakang aja”, ucap Tante Mirna sunguh-sungguh. Rani, teman kantornya, pernah mengatakan kalau pria bersetubuh lewat belakang akan cepat ejakulasi. Paling tidak ia masih sempat merasakan persetubuhan dan tidak terlambat ke kantor.

Kesempatan itu tidak disia-siakan Randy. Dipelorotkannya celana pendeknya. Batang penisnya tampak sudah sangat tegang. Perlahan diarahkannya penisnya ke vagina Tante Mirna. “Slepp!”, Penis Randy mulai memasuki lubang kemaluan Tante Mirna. Lututnya seperti hampir copot ketika penis itu masuk ke dalam lubang vagina Tante Mirna. Tante Mirna juga segera merasa lemas. Ia pun segera menahan badannya pada sandaran sofa. Posisinya seperti orang yang akan naik kuda.

“Eenghh.., nikmat, terusshh”, desah Tante Mirna sambil memejamkan mata. Randy memegangi pinggang tantenya dan terus menyodok-nyodokan penisnya ke vagina Tante Mirna. Penisnya terasa seperti dipijat-pijat dan disedot-sedot. Ia kemudian ikut membungkukkan badan agar tangannya dapat meremas buah dada Tante Mirna yang ranum menggantung.

Gerakan mereka makin lama makin cepat. Tante Mirna sudah tertelungkup di sandaran sofa dan Randy menyetubuhinya dari belakangnya. Kenikmatan itu semakin membuat ia lupa urusan kantornya.
“Terusshh, Ran.., enakk”, desah Tante Mirna.

Beberapa saat kemudian Randy mempercepat gerakannya. Ia memeluk erat tubuh Tante Mirna namun pinggangya masih melakukan gerakan maju-mundur. Tiba-tiba tubuhnya mengejang sambil penisnya disorongkan secara mendalam ke lubang kemaluan Tante Mirna. Ia telah sampai di pucak kenikmatan. “Cret.., cret.., cret”, sperma Randy membasahi lubang kemaluan Tante Mirna. Ia kemudian menarik penisnya dan segera menjatuhkan badannya ke sofa.

Tante Mirna segera menaikkan celana dalamnya dan merapikan blus serta rok mininya. Dilihatnya ponakannya memandang dengan mesra. Tampaknya kecanggungan diantara mereka sudah luntur dan berganti hubungan dua lawan jenis yang saling membutuhkan. Tante Mirna pun mau tidak mau mulai mengakui bahwa ia tidak lagi melihat Randy sebagai ponakannya namun tak lain sebagai pria yang mampu memberikan kepuasan seksualnya.

“Udah, ya Tante ke kantor dulu”, ucap Tante Mirna sambil mendekati Randy. Mereka berciuman dengan mesra seperti seorang kekasih. Setelah melihat jam di dinding, Tante Mirna segera beranjak ke garasi. Ia sudah terlambat sepuluh menit. Tak lama kemudian deru suara mobil pun berbunyi dan semakin lama semakin menghilang. Randy pun segera memakai celananya dan tertidur di sofa.

TAMAT