Kamis

Birahi ku Naik Setiap Memandang Dinding Vagina Bidadari ABG



Kumpulan Cerita Sex  Dewasa Terbaru Disertai Foto Cewek        Seksi Suka  Bugil dan Ngentot        “ Cerita bokep terpanas sebelumnya  berjudul Merasakan Empotan Dinding Vagina Bidadari ABG Cantik Calon TKW  , dan pada kesempatan kali ini situs kupukupu akan  membagikan cerita sex dewasa baru  yang tidak kalah panasnya dengan judul Dengan Mama Aku Bisa Begitu Bergairah, Birahi ku Naik Setiap Memandangnya  
Cerita Dewasakupukupu      “  Sebenarnya aku teramat malu untuk menceritakan kejadian tragis ini, bagaimanapun ini rahasia keluarga, aku dan mama. Waktu itu hari Minggu pagi, pertengahan bulan Desember 2015, ketika liburan sekolah semester ganjil, semester pertama setelah di SMU.
Dengan Mama Aku Bisa Begitu Bergairah, Birahi ku Naik Setiap Memandangnya

Pada hari itu aku diminta mama untuk mengantar ke Solo, katanya ada acara reuni dengan teman-temannya di kota Solo. Dengan sepeda motor pemberian mama sebagai hadiah ulang tahun ke-17 juga sebagai hadiah aku diterima di salah satu SMA negeri bonafid di kabupaten, aku antar mama ke Solo, tepatnya di kota Palur.
Sesampainya di tujuan, sudah banyak teman mama yang hadir. Mereka datang berpasangan (mama sudah menjanda ketika aku duduk di kelas II SMP, papa tertanggap menghamili gadis tetangga). Semula aku kira mereka pasangan suami istri atau ibu dengan puteranya sepertiku, namun lama-lama aku menjadi sangsi. Bagaimana tidak, meskipun selisih usianya cukup jauh tapi mereka tampak begitu mesra. Bahkan ketika mama memperkenalkan aku kepada teman-temannya sebagai anaknya, mereka semua tidak percaya, malah-malah mereka bilang mama hebat dalam memilih pasangan. Beberapa lelaki, yang semula aku anggap suami-suami mereka, banyak yang memberi semangat kepadaku.
Menurut mereka, aku merupakan lelaki yang beruntung bisa mendapatkan cewe seperti mama, selain cantik, muda dan tidak pelit namun yang lebih penting duitnya banyak. Sebenarnya aku malu, marah dan kesal. Bagaimana tidak marah, mereka tetap tidak percaya kalau aku anak mama yang sebenarnya. Namun demi melihat mama hanya tersenyum saja, aku tak menampakkan kesemuanya itu.
Dalam perjalanan pulang mama baru cerita semuanya kalau sebenarnya mereka bukan suami istri atau ibu dengan anak-anaknya, mereka merupakan pasangan idaman lain (PIL). Mama juga cerita mengapa tadi hanya tersenyum waktu mereka bilang aku pasangan mama dan hanya sedikit membela diri bahwa aku anaknya yang sebenarnya.
Menurut mama susah menjelaskan kepada mereka kalau aku anak mama yang sebenarnya, karena dihati mereka sudah lain. Mama juga cerita kenapa mengajak aku untuk mengantar ke acara tersebut, selain aku libur juga mama akan susah menolak seandainya nanti lelaki (gigolo) yang mereka tawarkan kepada mama jadi datang. Selama ini sudah sering mama diolok-olok oleh mereka. Mama dikata sebagai janda muda yang cantik dan punya uang tapi kuper. Dan jadwal selanjutnya, tahun baru (siang) di yogyakarta, di rumah Tante Ina.
Dua minggu sejak pertemuan di Solo, Tahun Baru pun datang, 1 Januari 2016. Dengan sepeda motor yang sama aku antar mama ke rumah Tante Ina di yogyakarta. Sengaja untuk acara ini aku minta mama untuk membeli beberapa pakaian, aku tidak terlalu kalah gengsi dengan cowok-cowok mereka. Sesampainya kami di di rumah Tante Ina, teman-teman mama sudah banyak yang datang lengkap dengan centheng-centhengnya. Ketika datang kami disambut dengan peluk dan cium mesra.
Rumah Tante Ina cukup besar dan luas, cukup untuk menampung lebih dari 30 orang. Acara dibuka dengan sambutan selamat datang dan selamat tahun baru dari tuan rumah, dilanjutkan dengan makan bersama dan seterusnya acara biasa        œngerumpi       . Entah usul dari siapa, diruangan tengah menyetel VCD porno. Kata mereka biasa untuk menghangatkan suasana yang dingin karena musin hujan.
Bisa dibayangkan bagaiaman perasaanku, diusia ke-17 dikala tingkat birahi sedang tumbuh menyaksikan kesemuanya ini. Mamapun juga tampak kikuk terhadapku, terlebih ketika Tante Astuti dan pacarnya tampak asyik bercium mesra disampingku dengan tangannya yang gencar menjelajah dan suaranya yang cukup berisik. Dan diantara kegelisahan itu, Tante Ina membisikkan kepada kami kalau mau boleh menggunakan kamar diatas. Sambil menyerahkan kunci dia ngeloyor pergi sama pacarnya.
Aku dan mama hanya tersenyum, tapi ketika aku toleh di sekeliling sudah kosong, yang ada tinggal Tante Melani dan Tante Yayuk beserta pasangan mereka masing-masing, dimana pakaian yang mereka kenakan juga sudah kedodoran dan tidak lengkap lagi. Dengan rasa jengah mama mengajakku ke lantai atas.
Di lantai atas, di kamar yang disediakan untuk kami, tidak banyak yang dapat dilakukan. Kasur yang luas dan kain sprei yang berwarna putih polos hanya menambah gairah mudaku yang tak tersalurkan. Mama minta maaf, kata mama kegiatan semacam ini tidak biasanya diadakan waktu siang hari, dan baru kali ini mama ikut didalamnya (biasanya mama tidak hadir kalau acara malam hari). Sewaktu akan keluar kamar mama sengaja membuat rambutnya tampak awut-awutan (biar enggak ada yang curiga, katanya).
Waktu menunjukkan pukul 15.30 wib acara selesai. Pertemuan selanjutnya dikediaman Tante Astuti di Solo, bertepatan hari ulang tahun Tante Astuti yang ke-42. Sejak acara mendadak di rumah Tante Ina, selama dalam perjalanan pulang, mama tak banyak bicara. Kebekuan ini akhirnya cair waktu kami istirahat isi bensin.
Satu hal yang tak dapat kulupa dari mama, ketika akan keluar kamar atas tidak tampak penolakan mama waktu aku sekilas mencium pipi dan bibirnya serta waktu akan pamitan pulang mama juga tampak santai ketika tanganku sekilas meremas buah dadanya.
Ketika aku tanyakan semua ini, mama hanya tersenyum dan mengatakan kalau aku mulai nakal.
Sehari menjelang pertemuan di rumah Tante Astuti mama tanya sama aku, mau datang apa enggak karena malam hari dan takut hal-hal seperti dirumah Tante Ina yang lalu akan terulang. Karena bertepatan hari ulang tahun Tante Astuti aku sarankan hadir, masalah yang lalu kalau memang harus terjadi yach itung-itung rejeki, kataku sambil berkelakar.
5 Februari 20 di rumah Tante Astuti suasana hingar-bingar. Maklum Tante Astuti seorang janda sukses dengan seorang putera yang masih kecil. Dalam acara hari ini Tante Astuti sengaja mendekorasi rumahnya dengan suasana diskotik. Dentuman musik keras, asap rokok dan bau minuman beralkohol menyemarakkan hari ulang tahunnya.
Setelah memberikan ucapan selamat dan mencicipi makan malam acara dilanjutkan dengan ajang melantai. Sebenarnya mama sudah berusaha untuk tidak beranjak dari tempat duduknya, namun permintaan Tante Susan agar mama bersedia berdansa dengan relasi Tante Susan jualah yang membuat mama bersedia bangkit. Tak tega aku melihat kekikukan mama apalagi relasi Tante Susan tampak berusaha untuk mencium mama, serta merta akupun berdiri dan permisi kepada relasi Tante Susan agar mama berdansa denganku.
Kujauhkan rasa sungkan, malu dan grogi. Kurengkuh pinggang mama sambil terus berdansa kuajak ke arah taman untuk istirahat minggir dari keramaian pesta.
Dibangku taman bukan ketenangan yang kudapat, justru yang ada Tante Vita dan Tante Mitha dengan pasangannya asyik bercumbu mesra. Kepalang tanggung mau kembali ke pesta kasihan mama yang sudah cukup lelah selain tak enak sama mereka karena kalaupun kembali ke dalam harus melewati Tante Vitadan Tante Mitha.
Akhirnya mama memutuskan kami tetap dibangku taman sambil menunggu pesta usai. Supaya Tante Vitadan Tante Mitha tidak merasa jengah, mama memintaku untuk menciumnya. Awalnya hanya sekedar pipi dan sekilas bibir namun demi mendengar dengus nafsu Tante Yani, nafsu mudaku pun tak dapat kutahan. Tak hanya kecupan, justru pagutan yang lebih dominan dan tanpa sadar entah kapan mulainya, tangan ini sudah bergerilya di dalam baju mama, memeras, memilin dan        ¦.. hingga teriakan nafsu Tante Mitha menyadarkan perbuatanku atas mama.
Bercampurlah rasa malu, bersalah dan entah        ¦. pada diri ini, aku mengajak mama untuk segera pamit kepada tuan rumah meskipun Tante Astuti menyarankan kami menginap dirumahnya.
Sesampainya dirumah kutumpahkan rasa sesalku atas perbuatan tak senonohku pada mama. Lagi-lagi mama hanya tersenyum dan mengatakan tak apa-apa, wajar orang lupa dan khilaf apalagi suasana seperti di rumah Tante Vitayang serba bebas. Sambil iseng aku bertanya mengapa waktu itu mama tidak menolak. Kata mama supaya Tante Vitadan Tante Mitha tak terganggu apalagi waktu itu aku tampak bernafsu sekali. Oleh mama aku tak perlu memikirkan yang sudah-sudah dan sambil beranjak tidur mama masih sempat mencium pipiku.
Namun bagaimana aku bisa tak perlu memikirkan yang sudah-sudah sementara nafsu sudah bersimaharajalela. Karena tetap tak bisa tidur, dengan terpaksa tengah malam (+ 02.00 wib) kubangunkan mama. Dikamar tengah kucumbu mama, kucium, kupagut dan tangan ini tak terhalang bergentayangan disekujur tubuh mama. Namun tangan ini akhirnya berhenti sebelum sampai pada tujuan akhir, tempat yang teramat khusus.
Pagi harinya tak tampak kemarahan pada wajah mama, sambil sarapan pagi mama malah berkata kalau aku mewarisi sifat-sifat papa yang nakal tanpa menegur kelakuanku tadi malam. Bahkan mama geleng-geleng kepala ketika aku pamit berangkat sekolah kucium bibirnya didepan pintu.
4 April 2013 genap sudah 18 tahun usiaku, hari itu terasa lama sekali menunggu sore. Hari itu aku menunggu-nunggu hadiah ulang tahun spesial yang telah dijanjikan mama. Dua hari yang lalu, aku ditanya mama ingin hadiah apa untuk merayakan hari ulang tahunku. Sudah cukup banyak hadiah ulang tahun yang aku punya seperti : motor atau komputer.
Akhirnya aku katakan pada mama, kalau mama tidak keberatan aku mau mama. Sekilas mama terdiam, ada perasaan tidak percaya atau tidak dapat menerima permintaanku. Aku dikira bercanda lagi dan mama bertanya seebnarnya aku mau hadiah apa, aku bilang pada mama kalau aku tidak bercanda kalau aku mau mama.
Dua hari mama terdiam, dua hari kami tidak bertegur sapa. Aku kira mama marah atas permintaanku terdahulu. Pagi hari tadi setelah sarapan aku minta maaf pada mama atas permintaanku dua hari yang lalu dan sekaligus aku bermaksud menarik permintaanku.
Namun mama berkata lain, bahwa permintaanku dua hari yang lalu akan mama penuhi. Aku nanti malam diminta tidak mengundang teman-temanku dan aku juga diminta untuk mempersiapkan diri. Timbul dihatiku rasa senang, cemas, grogi, bahagia dan entah       ¦. Spontan kucium mama, kucium pipinya, kucium bibirnya dan kucium matanya serta kupeluk erat.
Selepas pulang kerja tadi sore mama tidak keluar dari kamarnya. Baru tepat pukul 21.30 wib bersamaan dengan selesainya acara Dunia Dalam Berita di TVRI mama memanggilku untuk ke kamarnya. Dengan gemuruh hati yang berdetak keras kuhampiri kamarnya dan kudapati mama di depan pintu dengan tubuhnya terbalut kain sprei. Sambil tersenyum manis mama mencium bibirku dan mulai melepas satu-persatu pakaian yang kukenakan. Tak kudapati wajah keterpaksaan pada mama, bahkan dengan serta merta tangan mama meraba dan mengelus dengan lembut ketika pakaian yang kukenakan tinggal celana dalam saja.
Dengan nafsu dan gairah yang menggelegak kuserang mama. Kucium, kupeluk, kucumbu dan dengan kekuatan prima kuakhiri perjakaku yang disambut mama dengan belitan yang memabukkan, yang menuntuk terus dan selalu terus, entah berapa kali malam itu birahi kutuntaskan.
Ada terbersit rasa bangga, puas dan plong ketika kutemukan mama tertidur pulas dengan bertelanjang dalam pelukanku. Kucium keningnya, namun ketika aku akan bangun mama menahanku dan dengan kelihaiannya mampu membangkitkan lagi gairah birahiku. Dan pagi hari itupun menjadi pagi yang teramat indah. Sebelum aku meninggalkan kamarnya mama mencium pipi dan bibirku sekilas sambil mengucapkan selamat ulang tahun kepadaku.
Entah mengapa dengan mama aku bisa begitu bergairah, semenjak kejadian di rumah Tante Vitadi Yogyakarta yang lalu setiap memandang mama selalu timbul birahiku. Di sekolah tak kurang gadis sebaya yang lebih cantik yang tak menolak aku pacari, namun justru dengan mama birahiku timbul.
Tapi harus diakui meskipun mama sudah cukup umur namun memang masih cantik, putih, tinggi, sintal, supel, luwes, berisi dan semenjak itu, hampir tiada batas penghalang antara aku dan mama. Dimana tempat dan dimana waktu, kalau aku mau mama selalu memenuhi. Dengan mama birahiku tak padam-padam. Setiap acara teman-teman mama selalu menjadi acara luar kota yang sangat mengasyikan dan menjadi acara favorit yang selalu aku tunggu-tunggu.
Sungguh permainan ranjang mama menjadi suatu candu hidupku, sore hari, sebelum tidur, sebelum belajar bahkan sebelum berangkat sekolah pun mama selalu siap. Dengan lemah-lembut, keayuan, kepasrahan, dan naluri keibuannya mama memenuhi hasratku sebagai lelaki.
Hingga kini, ketika istriku tengah mengandung anakku yang ketiga, dimana istri sedang tidak laik pakai, kembali mama sebagai penyelamat saluran nafsuku dan entah sampai kapan lagi kami masih harus begini.


merasakan nikmat syahwat Janda Kembang Hot

Kumpulan Cerita Sex    Dewasa Terbaru Disertai Foto Cewek     Seksi Suka    Bugil dan Ngentot   Cerita bokep terpanas sebelumnya    berjudul Gadis Perawan Yang Terlalu Cantik Untuk Menjadi Karyawati Pabrik    , dan pada kesempatan kali ini situs    akan    membagikan cerita sex dewasa yang tidak kalah panasnya dengan judul Aku, Janda Setengah Baya, Tidur Seranjang Dengan Menantuku Dalam Kapal Laut
Cerita Dewasa         Melihat berita di TV tentang pulangnya para TKI dari Malaysia dengan kapal-kapal besar, aku jadi teringat kisahku yang juga terjadi di kapal besar semacam itu. Sekitar lima tahun lalu aku mendapat telegram dari anak perempuanku y ang hendak melahirkan anak pertamanya sebulan lagi.
Aku, Janda Setengah Baya, Tidur Seranjang Dengan Menantuku Dalam Kapal Laut

Sudah hampir setahun ia ikut suaminya yang kerja di Irian Jaya dan ia sangat berharap aku dapat menungguinya saat dia melahirkan. Suaminya akan menjemputku dalam waktu 1-2 minggu itu setelah selesai urusan kantornya. Benar saja, dua minggu kemudian menantuku, Bimo, datang. Ia sedang mengurus pekerjaan di Jawa Timur sekitar dua minggu. Setelah selesai, ia menjemputku dan masih sempat menginap selama tiga hari sebelum kapal berangkat dari pelabuhan Tanjung Perak.
Hari H pun tiba. Pagi-pagi diantar anak bungsuku kami berangkat ke Tanjung Perak yang jaraknya sekitar dua jam perjalanan dari kota kami. Sejak suamiku meninggal memang aku jadi sering pergi berkunjung ke anak-anak yang tersebar di beberapa kota. Untuk anakku yang di Irian Jaya ini merupakan kunjunganku yang pertama, maklum jaraknya jauh sekali. Menurut menantuku, lama perjalanan laut sampai 3 hari 2 malam.
Sampai di pelabuhan Bimo segera mengurus tiket yang sudah dipesannya. Kemudian kami naik ke kapal besar itu. Penumpang kapal yang ribuan jumlahnya membuat para pengantar tidak bisa ikut naik, termasuk anak bungsuku. Baru sekali itu aku naik kapal laut. Sungguh mengejutkan karena penumpangnya ribuan orang dan sebagian hanya duduk di dek atau lorong-lorong kapal.
Sebagian lagi menempati bangsal seperti kamar asrama dengan tempat tidur raksasa yang muat ratusan orang. Kuikuti langkah Bimo melewati mereka, bahkan terpaksa melangkahi beberapa orang, hingga sampai di bagian ujung kapal yang merupakan deretan kamar. Hanya sekitar 1 0 kamar, itupun ukurannya Cuma sekitar 3×3 meter. Ini kuketahui setelah Bimo membuka pintu kamar dan kami memasukinya.
     Ini kamar kita, bu,    kata Bimo sambil masuk lalu menaruh seluruh bawaan kami. Dengan canggung aku masuk. Yang nampak memenuhi hampir separuh ruangan adalah ranjang kayu yang muat dua orang serta meja kecil pendek. Perlahan aku duduk di ranjang dan menyibak gorden di atasnya. Nampak air laut di kaca bulat dan tebal itu. Iiih ternyata kami berada di bawah permukaan laut.
     Maaf, bu, harga tiket kamar di atas mahal sekali, terpaksa saya pilih yang di sini,    ujar Bimo merasakan kegalauanku.
     Ah, tak apa-apa Bim, daripada harus tidur di dek kapal,    sahutku.
     Sebaiknya kita sekarang mandi dulu saja, bu. Kalau terlambat nanti antrinya lama sekali.      
Benar kata Bimo, sewaktu sampai di deretan kamar mandi (ada 6) sudah ada antrian sekitar 2-3 orang di setiap kamar mandi. Mandi pun harus buru-buru dan biar praktis aku langsung pakai daster saja.
Sekitar jam 2 siang kapal mulai bergerak. Setelah puas melihat-lihat suasana kapal yang dijejali ribuan orang, persis seperti pengungsi, akupun kembali ke kamar. Bimo masuk ke kamar sambil membawa beberapa makanan dan minuman. Sekitar jam 5 sore terdengar bel dibunyikan oleh awak kapal.
     Itu pertanda kita harus antri makan malam, bu,    jelas Bimo. Dan sekali lagi kami harus berbaris antri mengambil nasi dengan lauk sayur dan sedikit ikan laut. Nampan, piring dan sendok aluminium yang kami pakai mengingatkanku akan para napi di penjara. Ternyata beginilah pelayanan kapal laut kita. Selewat jam 7 malam makanan tidak disediakan lagi. Membayangkan bagaimana ribuan nampan, piring dan sendok itu dicuci dengan air yang sangat terbatas aku jadi sulit menelan makanan yang sudah di mulut.
Bimo mengembalikan peralatan makan sementara aku ke kamar mandi untuk cuci dan pipis. Cape sekali hari itu dan aku perlu segera tidur malam itu. Kapal yang bergoyang-goyang karena ombak besar membuat kepalaku pening.
     Silahkan ibu tidur dulu. Saya masih perlu menyiapkan laporan untuk kantor,    kata Bimo sambil membuka berkas-berkasnya di meja kecil sambil duduk di lantai kapal yang berkarpet. Aku pun naik ke ranjang mengambil posisi mepet ke dinding kapal. Sekilas terlintas di benakku,      Aku, janda usia 45 tahun, tidur seranjang dengan menantuku?    Tapi segera kutepis mengingat ini dalam keadaan terpaksa dan sopan santun Bimo selama ini. Untuk menyuruhnya tidur di lantai kapal aku tak tega.
Entah berapa lama terlelap, aku terbangun karena merasa ada sesuatu yang memelukku. Saat kubuka mata, kamar gelap sekali, sementara posisi tubuhku sudah telentang. Segera aku menduga Bimo mau berbuat yang tidak senonoh padaku dan aku siap berontak. Tapi beberapa saat kurasakan tidak ada gerakan dari tubuhnya dan malah terdengar dengkur halusnya. Ternyata Bimo tertidur.
Bagaimana ini? Apa aku harus menyingkirkan tangannya dari atas perut dan dadaku (yang tak berbeha seperti kebiasaanku kalau tidur) serta kakinya yang menindih paha kananku? Aku tak tega membangunkannya dan jadi serba salah dengan posisi yang demikian itu. Aku tak bisa menyalahkannya karena ia tertidur dan ranjang kami termasuk berukuran pas-pasan untuk dua orang. Akhirnya aku pilih diam saja dan bertahan pada posisi itu meski dari gesekan kulit akhirnya kuketahui kalau Bimo saat itu bertelanjang dada. Dan persentuhan paha kami juga menandakan bahwa Bimo tidak memakai celana panjang. Mungkin dia hanya memakai celana pendek atau justru celana dalam saja, pikirku. Aku dag -dig-dug membayangkan dia tidur telanjang.
Kupejamkan mata dan berusaha tidur lagi sambil berharap Bimo melepas pelukannya sehingga aku bisa berguling ke dinding kapal memunggunginya. Namun sampai terkantuk-kantuk harapanku tak terkabul. Sampai aku terlelap lagi tangan dan tubuh kekar Bimo masih menelangkupi dadaku dan pahanya menindih pahaku. Mungkin ia tengah membayangkan tidur dengan istrinya, pikirku. Aku semakin bisa memaklumi dan tidak begitu peduli lagi dengan posisi tidur kami.
Beberapa lama kemudian, aku menggeliat dan terbangun lagi. Kini tubuh kekar Bimo ternyata sudah ada di atasku, menindihku. Bahkan terasa pahaku dikangkangkannya sehingga celana dalamnya tepat di atas celana dalamku karena dasterku sudah tertarik ke atas. Tonjolan penisnya yang tegang terasa sekali. Remasan tangannya di payudaraku, meski masih tertutup daster, membuatku meronta.
     Bimo! Apa-apaan ini? Aku ibu mertuamu, Bim!    Ucapku setengah berteriak takut terdengar kamar sebelah sambil tanganku menolakkan dada telanjangnya.
     Ugh, maaf bu, kukira tadi aku tidur dengan istriku. Sudah hampir sebulan aku puasa, bu?      
     Iya, tapi jangan dilampiaskan ke aku dong,    kataku jengkel sambil menepis tangannya yang nakal. Sementara selangkanganku tak berkutik terpaksa menerima dan merasakan tekanan penisnya yang terbalut celana dalam.
     Ak.. aku cuma ingin memeluk-meluk saja kok, bu. Tidak sampai itu?    jawabnya polos.
     Aku kuatir kamu lupa diri    lalu memperkosaku?    belaku sambil berusaha menyingkirkan pahanya tapi tenagaku tak cukup kuat.
     Sumpah, bu. Aku cuma ingin memeluk-meluk saja dan tidak bakalan memperkosa. Kalau aku mau pasti dari tadi celana dalamku dan ibu sudah kulepas?    balasnya.
Aku berhenti berontak sambil memikirkan kata-katanya. Benarkah ini terjadi hanya karena dia sedang bernafsu setelah sebulan tidak ketemu istrinya.Egh.. ugh, kini bukan hanya remasan, tapi malah gigitan kecil yang terasa di putting kananku yang masih tertutup daster. Puting kiriku terasa dipelintir kecil. Greeeng, kurasakan nikmat sesaat. Sudah lama aku tak merasakan kenikmatan ini. Ada keinginan untuk berontak namun ada juga dorongan untuk menikmati kemesraan ini.
     Benar ya, Bim. Janji, tidak boleh copot celana dalam?    tantangku.
     Iya, bu, aku janji tidak akan mencopot celana dalam kita?      
Hshhh      ¦. hsshh      ¦. perlahan aku semakin menikmati cumbuannya. Rasanya ingin mengulang kenikmatan saat suamiku masih ada. Meski agak canggung, pelan-pelan tanganku malah memeluk punggung Bimo yang menaikkan posisinya hingga kepala kami sejajar. Ia mulai mengecup-ngecup wajahku. Aku berusaha melengos tapi tangannya sudah memegang kedua pipiku dan bibirnya mendarat di bibirku. Ufh      ¦ bibirku disedotnya, lidahnya memasuki mulutku. Mula-mula aku pasif, tapi lama-lama ikut aktif juga bersilat lidah. Kami saling sedot dan isep lidah dan bibir.
     Bu, dasternya dilepas saja ya,    mendadak Bimo berkata setelah kami lelah berciuman.
     Ingat janjimu, Bim..    kataku.
     Aku kan janji tidak melepas celana dalam kan, bu?    jawabnya sambil perlahan tangannya menari k dasterku ke atas. Entah kenapa aku tak mampu menolak dan hanya pasrah ketika daster itu dilempar entah kemana, dan kami tinggal berbalut cd. Yang kulakukan kemudian hanya memejamkan mata ketika tubuh kekar itu memelukiku, menghisapi susuku kiri kanan dan menekan-nekan selangkanganku, menjilati sekujur tubuh. Aku menggelinjang kenikmatan sambil mempererat pelukanku di punggungnya. Oooh      ¦ aku malah terlena. Tubuh kami basah mandi keringat.
Pantatku mendadak terangkat ketika salah stau jari Bimo mengelus bibir vaginaku yang masih tertutup cd.
     Bim, jangan?      
     Aku hanya mengelus dari luar kok, bu?      
     Nanti aku jadi terangsang, Bim?      
     Nggak apa-apa kan, bu. Saat ini kita saling memuaskan saja deh, bu. Aku akan bikin ibu orgasme tanpa membuka cd ibu?      
Benar saja, sejurus kemudian sensasi hebat kurasakan ketika gesekan dan pijatan jemari Bimo di bawah perutku semakin liar. Aku segera merasa ada sesuatu yang mengalir keluar dari vaginaku.
     Ibu sudah basah ya?    Tanya Bimo nakal. Aku jadi malu dan pilih diam saja sambil terus menikmati rabaan gila itu. Ya, aku memang sudah hampir orgasme dan Bimo tahu itu. Serta merta ia memutar posisi tubuhnya hingga mulutnya dapat menjilati cd di bagian selangkanganku. Kakiku dinaikkannya dan tubuhku agak diseret turun, sementara bagian cd-nya tepat di depan wajahku.
Uh      ¦ uh      ¦ sambil memegang kedua pahaku Bimo memainkan lidahnya sedemikian hebat. Menjilati paha, perut lalu semakin turun hingga tepat di bibir vaginaku. Ia tak canggung menggigit-gigit cd ku dan menekannya dengan lidah sehingga masuk.. Aku semakin basah. Banjir.      Ooh      ¦ Bim      ¦ Bim..    Aku mulai mengejan berkejat-kejat, menumpahkan semuanya sampai merembesi cd dan Bimo menghisapinya kuat.
Tangan kananku dipegang Bimo dan ditaruhnya di gelembung cd-nya yang berisi penis tegang itu. Tanganku diremas-remaskannya di benda tumpul lunak-keras yang panjangnya sekitar 17    cm itu. Aku yang semula canggung jadi makin terbiasa, malah akhirnya terbawa nafsu untuk menciuminya meski dari luar cd. Bimo mendesis ketika barangnya kujilat dan kukocok-kocok dari luar.
     Ak      ¦ aku mau keluar juga, bu?    erangnya ketika tanganku bergerak lebih kuat dan sekejap kemudian kurasakan penisnya menekan kuat bergetar-getar memuncratkan isinya di dalam cd. Barang itu terus kuperas habis sampai akhirnya melemas dan tubuh Bimo menggelosoh kecapaian dan dagunya diletakkan di vaginaku. Satu sama! Dia ejakulasi sekali, aku juga orgasme sekali.
     Cape ya, bu?    tanyanya sambil memelukku. Dengan manja aku menyorongkan kepala ke dadanya yang berbulu. Tangannya segera meremas susuku lagi.
     Sudah dulu, Bim?    bisikku sambil menghentikan remasannya.
     Berarti nanti lagi ya, bu?    Aku tak menjawab dan cuma memberinya remasan kecil dipenisnya yang telah mengecil. Oh, nikmatnya seks      ¦.
     Ini jam berapa, Bim?      
     Paling masih sekitar jam 12 malam, bu. Masih dua hari lagi kita sampai. Aku akan puasi ibu selama dua hari ini. Kita tidak perlu keluar kamar?      
Gila, pikirku! Selama 2 hari 2 malam main seks dengan Bimo? Apa aku bisa tahan untuk tidak melepas celana dalam? Mungkin aku masih tahan, tapi Bimo? Namanya juga laki-laki, kalau nafsunya naik pasti main paksa. Bagaimana kalau aku jadi hamil? Sudah lama aku tak minum pil KB lagi. Aku merinding manakala membayangkan dihamili Bimo. Tapi aku tak mau lepas juga dari pelukannya. Tak peduli tubuh kami bersimbah keringat dan seprei ranjang acak-acakan.
Malam pertama itu kami ulangi tiga kali lagi pergumulan nikmat itu. Beruntung malam itu kami masih kuat bertahan tak lepas cd, meski cd yang kami pakai sudah kuyup terkena air mani berkali-kali. Kami tak dengar lagi bel makan pagi karena saat itu masih terlelap. Bangun sekitar jam 10 siang kudapati tubuh kami masih berpelukan. Susuku yang berbeha nomor 36 menempel lekat di dadanya. Cahaya remang-remang dari jendela kaca membuat wajahku memanas, malu. Kalau semalam kami tak saling melihat wajah karena gelap aku masih bisa menahan malu, maka siang ini kami harus bertatap muka.
Kuperhatikan Bimo yang terpejam. Gila! Tubuhnya benar-benar seperti Bima dalam pewayangan. Besar, kekar agak hitam dengan rambut di dadanya. Dadaku berdesir setiap kali rambut itu menerpa putingku. Perlahan kulepaskan diriku dari pelukannya dan dia kudorong sampai telentang. Tonjolan di balik cd-nya dan helai-helai rambut yang mencuat dari cd itu menjanjikan suatu kenikmatan yang      ¦ ah, mestinya tak boleh kubayangkan. Dan beruntung memang semalam aku belum merasakannya kecuali dari luar cd. Aku tak bisa membayangkan barang itu menusukku. Perlahan aku menuruni ranjang.
     Mau kemana, bu?    Mendadak Bimo terbangun dan menarik tubuhku kembali dalam pelukannya.
     Mau mandi, Bim,    jawabku.
     Nanti sajalah, bu, agak sore saja. Hari ini aku mau kita di ranjang ini saja. Kalau ibu lapar bisa makan roti yang sudah kubeli.    Aku tak berdaya ketika Bimo menggulingkan tubuhku kembali ke ranjang. Menelentangkanku lalu memanjat dan menunggangikuku lagi. Ufhh      ¦ lagi-lagi tetek montokku jadi bulan-bulanan mulutnya, demikian pula tekanan-tekanan pada vaginaku membuat pahaku semakin terkangkang lebar. Sedikit demi sedikit gairahku meletup lagi, terlebih setelah merasakan tonjolan zakar Bimo menggesek-gesekku dengan ketat.
     Bim, lama-lama aku nggak kuat kalau dirangsang begini terus?    bisikku.
     Kalau nggak kuat ya tinggal dikeluarin saja to, bu,    jawabnya sambil mencucup putingku dan menyedotnya.
     Maksudku, aku takut nanti jadi kepingin buka cd      ¦. egghh      ¦.. jangan keras-keras, Bim?    desahku. Bimo mengurangi tekanan di vaginaku.
     Aku kan sudah janji tak akan buka cd ibu. Tapi kalau ibu dengan sukarela buka sendiri ya bukan salahku lho      ¦. hehehe?    guraunya sambi mencium bibirku.
     Untuk variasi, coba deh ibu di atas      ¦. tolong diisepin tetekku dong, bu?    pintanya manja. Aku mandah saja ketika ia memelukku lalu menggulingkan tubuhnya hingga telentang dan aku menindihnya. Dibimbingnya kepalaku ke putingnya. Pelan kujilat-jilat lalu kuisap.
     Yang kuat, bu?      erangnya sementara tangannya bergerak turun ke arah pantatku. Meremas dan menekan-nekannya sambil mengayun zakarnya ke atas sehingga bertemu dengan vaginaku meski masih terbungkus cd. Sejenak kemudian pahaku dibukanya dengan dua tangan lalu tangan itu mulai mengobok-obok daerah sensitifku itu. Sebentar saja aku kembali basah.
     Bim, oh Bim.. aku mau keluar,    desisku tak tahan. Namun Bimo mendadak menghentikan gerakan tangannya sehingga aku blingsatan.
     Teruskan, Bim,    pintaku sambil meletakkan tangannya di memekku lagi, tapi ia tetap diam.
     Jangan buru-buru, bu. Makin lama makin nikmat kan?    godanya membuatku tak sabar. Nafsuku yang sudah di ubun-ubun minta penuntasan segera tapi Bimo sengaja menggodaku. Entah dapat kekuatan dari mana tiba-tiba aku jadi beringas. Kududuki perut Bimo lalu kuambil tangan kanannya, kupilih telunjuknya lalu kubawa ke arah vaginaku. Kusisipkan jari itu di sela-sela cd ku dan segera kumasuk kan ke liang vagina.
     Bim, tolong kau puasi aku dengan jarimu      ¦. Aku nggak tahan lagi?    Kutusuk-tusukkan jari Bimo dalam-dalam. Dan setelah kurasakan ia mulai menggerakkan jarinya keluar masuk, aku lalu meneletangkan tubuh ke belakang, sampai kepalaku bertumpu pada pahanya. Ugh      ¦ egh      ¦ kunikmati kocokan jari Bimo di vulvaku. Kurasakan cairanku menderas. Mataku membeliak menikmati surga dunia itu. Gilanya, kemudian aku merasa pahaku ditarik ke atas dan sekarang bukan lagi jari Bimo, melainkan lidahnya yang yang menusuk-nusuk memasuki vaginaku. Ia memang tidak membuka cd-ku, hanya menyibakkan bagian bawahnya lebar-lebar.
     Seeer      ¦ cret      ¦. suuur?    aku sampai ke klimaks. Pantatku berkejat-kejat mengejan gemetaran dan Bimo menelan semua maniku sampai aku lemas. Ia terus menyedot dan menjilat-jilat. Sungguh edan! Tubuhku terjelepak di pahanya dengan nafas ngos-ngosan. Namun kurasakan jemari Bimo menggantikan lidahnya menusuki lubang memekku. Tidak hanya satu jari, tapi 2 kadang 3 jari masuk bareng!
     Cukup, Bim..    pintaku.
     Belum, bu,    jawabnya sambil terus merangsang klitorisku,      wanita biasanya bisa mencapai orgasme berkali-kali. Aku mau buktikan itu,    katanya.
Tak menunggu lama, ucapan Bimo terbukti. Syahwatku memuncak lagi dan cairanku mengucur lagi. Bimo mengerjaiku dengan cara itu sampai aku empat kali orgasme. Apa ia juga melakukan hal ini pada istrinya, anakku?
     Nah, sekarang terbukti aku lebih kuat kan, bu. Aku belum sekalipun buka cd tapi ibu malah memaksaku mengocok vagina ibu?      
     Aku benar-benar tak kuat, Bim. Sudah bertahun-tahun aku tak pernah merasakan kenikmatan dan sekarang kamu merangsangnya terus sejak semalaman. Siapa bisa tahan?      
     Apa itu berarti ibu tidak mau pakai cd lagi?      
     Aku tetap pakai dan kamu juga. Aku takut hamil?      
Setelah empat kali orgasme berturut-turut, tulang-tulangku seperti dilolosi. Pelan kugeser tubuhku turun dari ranjang mengambil cd baru dari tas lalu tanpa sungkan kupakai di depan Bimo.
     Kamu juga harus ganti cd baru, Bim, kan sudah bau bekas sperma kemarin kan..      
`      Iya, iya, bu    sekalian aja nanti waktu mandi. Sekarang aku ingin ibu ganti memuaskanku?      
Tangan Bimo menggapaiku dan mendudukkan pantatku tepat di atas zakarnya. Kugoyang-goyang pantatku sampai Bimo mendesis-desis sambil meremasi tetekku. Kupercepat rangsanganku pakai tangan. Kugenggam zakar di balik cd itu dan kukocok-kocok sampai 15 menit barulah kemudian Bimo memelukku erat-erat sambil menyemburkan sperma di dalam cd nya. Setelah habis kuperas, ia memelukku dan menggulirkan tubuh kami ke ranjang. Kami terdiam. Kudengar nafasnya agak memburu. Kami benar-benar capai berpacu dalam birahi.
Bel makan siang berbunyi tapi kami tetap tak beranjak keluar kamar. Kami hanya makan roti dan minum minuman kaleng yang dibeli Bimo, entah apa tapi rasanya agak hangat di badan. Selama ini kami masih bertahan pakai cd.
     Aku akan berusaha sampai ibu buka cd sendiri,    tekadnya sambil mengecup dan menggigit-gigit telingaku, mengecupi wajahku, menciumi bibirku, menjilati dagu, leher, dada, menyedoti tetekku kiri-kanan, turun terus sampai aku menggelinjang ketika lidahnya sampai di perutku, pusar dan terus turun. Menyelip-nyelip di cd di daerah selangkanganku. Menyentuh-nyentuh lubang vagina, menerobos sampai klitorisku dapat diemut dan dimainkan dengan lidahnya.
Uuffgghh      ¦. kurasakan nikmat mengalir dari selangkangan sampai ke kepalaku. Kutekan kepala Bimo keras-keras.      Aa      ¦. aku nggak kuat, Bim      ¦ hsshh      ¦. hsshhh.. enaaak banget      ¦. nikmaaat?    tanpa sadar tanganku beralih ke cdku dan cepat melepasnya. Bimo membantuku melepas cd itu setelah melewati paha. Kini aku bugil gil dengan paha ngangkang dijilati menantuku! Suur      ¦ cret      ¦.cret      ¦. aku orgasme lagi dengan paha ngangkang berkejat-kejat. Mungkin ini yang ke-10 kali sejak kemarin. Dan lagi-lagi Bimo melahapnya dengan ganas, menyedot, mengisapku sampai kering.
     Terbukti, kan, ibu sudah buka cd sendiri,    bisiknya sambil menaikiku lagi hingga bibirnya mencapai bibirku dan selangkangannya menekan vaginaku.      Sekarang ibu akan kupaksa membuka cdku juga?    desisnya samibl menekan-nekan dan memutar-mutar tonjolan cdnya ke vaginaku. Batang besar yang tercetak di cd itu sekarang masuk memanjang di bibir vaginaku. Digesekkannya naik turun membangkitkan birahiku lagi. Remasan di tetekku dan mungkin pengaruh minuman kaleng tadi mempercepat syahwatku naik lagi.
     Ja      ¦.jangan, Bim. Jangan perkosa aku      ¦. nanti hamil?    erangku sambil memelukkan pahaku ke pahanya dan tanganku ke punggungnya, tak kuat merasakan rangsangan yang melanda.
     Tidak, bu      ¦. tapi ibu sendiri yang bakal minta kuperkosa. Ibu ingin zakarku masuk ke memek ibu, kan?      
     Jang      ¦. jangan, Bim      ¦.. eegghhh?    aku harus mengejan lagi hendak mengeluarkan mani. Namun mendadak Bimo berbalik dan membuat posisi 69. Lidahnya kini bebas memasuki vaginaku tanpa halangan cd, sedangkan tonjolan besar zakarnya tepat di depan wajahku yang mau tak mau terpaksa kupegang supaya tidak menekan wajahku terlalu kuat. Berdenyut-denyut benda tumpul kenyal itu di genggamanku. Kukocok-kocok dan, karena ukuran cdnya yang kecil, membuat kepala zakar itu sekarang muncul di perutnya.
     Jilat, bu      ¦. isep      ¦.    pintanya sambil mengarahkan tonjolan itu ke mulutku. Aku yang sudah tak mampu berpikir jernih perlahan tapi pasti menuruti permintaan gilanya yang belum pernah kulakukan pada suamiku sekalipun. Ufh.. kukulum-kulum kecil ujung penisnya dan membuat benda panjang itu semakin keluar dari cd, seperti ular. Kupegang batang ular itu sementara kepalanya masuk ke mulutku semakin dalam. Semakin dalam dan semakin bergelenyar, berkejut-kejut di mulutku. Agar lebih leluasa, cdnya semakin kuturunkan dan sekejap kemudian tanpa sadar cd itu sudah kulepas dari pahanya!
Lagi-lagi Bimo membuktikan keampuhan rangsangannya pada tubuhku. Kocokan zakarnya di mulutku semakin cepat, cepat dan craaat croot crooot! Spermanya kontan memenuhi mulutku, ada yang tertelan, ada yang meleleh keluar dari bibirku. Sementara bibir bawahku pun memancarkan maninya lagi bertubi-tubi      ¦. disambut oleh mulut Bimo yang menampungnya sampai tuntas. Tuntas tas, sampai kami berdua terjelepak kecapaiannya di ranjang. Gemuruh dada dan sengal-sengal nafas kami memenuhi udara kamar mesum itu.
     Thanks ya bu. Ibu sudah buka cdku, berarti aku boleh melakukan apa saja dengan penisku pada ibu kan?    tanyanya menggodaku.
     Ta      ¦tapi jangan kau hamili aku, Bim?      
     Memang ibu masih bisa hamil?      
     Masih, Bim      ¦. meski sudah 45 tahun aku masih mens?      
     Ya, nanti kita atur sajalah, bu      ¦. yang penting aku boleh masukkan penis ke sini kan?    rajuknya sambil mengelus vaginaku dan membawa tanganku memegang penisnya.
     Tap      ¦. tapi pelan-pelan saja ya Bim dan jangan dikeluarkan di dalam?    akhirnya aku memenuhi desakan nafsunya.
     Thanks, bu,    katanya lagi sambil mengecupku dan menunggangiku lagi. Mengangkangkan pahaku lagi lalu memacuku. Bagai joki tak kenal lelah. Aku pun rela jadi kuda pacu lagi. Terlebih setelah merasakan barang panjang itu berkembang lagi bergerak-gerak di selangkanganku. Menusuk-nusuk mencari jalan masuk.
     Bim, egh, Bim      ¦jangan masukkan Bim..    aku masih takut-takut. Tapi Bimo tak peduli dan tetap mengarahkan kepala zakarnya ke vaginaku. Menggosok-gosok pintu lubang, menjujut-jujut mau masuk. Kurapatkan paha, tapi tangan Bimo cepat membukanya lagi, menekan ke kiri-kanan dan bleess      ¦.. zakar panjang itu ambles ke dalam memekku yang licin penuh lendir mani.
     Bim, gila kamu!    Badanku melenting ke atas memeluknya, merasakan sensasi gila di selangkangan. Yah, akhirnya sambil duduk kunikmati kocokan zakar Bimo yang memaju-mundurkan pantatku. Sakit, nikmat, nafsu syahwat campur jadi satu.
     Bim      ¦. Bim      ¦. jangan keluarkan di dalam?    aku mengingatkan tapi Bimo malah tambah rapat memeluk pantat belakangku dan menggerakkan pantatnya sendiri maju-mundur, keluar masuk.
     Aku mau sampai tuntas, bu..    bisiknya di sela-sela deru nafasnya.
     Aku bisa hamil, Bim!      
     Aku tak percaya.      
     Serius, Bim!      
     Sekarang kita nikmati saja, bu      ¦. hamil urusan nanti.    Gocohannya tambah keras dan aku malah semakin menggigil merasakan nikmat syahwat itu sampai ke ubun-ubun. Ketakutan akan kehamilan pun jadi terlupakan.
Bimo mendorongku telentang ke ranjang dan dia lalu jadi joki piawai. Mengolah gerakan pantatnya, zakarnya keluar masuk, naik turun, mencangkul, menusuk, mengobrak-abrik memekku sampai akhirnya dia menekan sangat keras dan crooot      ¦ crooot      ¦ crooot      ¦. cruuut      ¦ cruut      ¦. cret      ¦!! Sperma hangat mengaliri rahimku dan akupun mengejan berkejat-kejat lagi menumpahkan mani. Memeluk punggung dan pahanya erat-erat. Kami mencapai puncak bersamaan. Dan ini kali pertama zakarnya bersarang di vaginaku tanpa bisa kularang karena aku juga menginginkan. Resiko hamil kujadikan urusan belakang.
Kenikmatan itu terus kami reguk setelah mandi dan makan malam. Semalaman lagi kami bergumul memanjakan syahwat hingga terdengar sirene kapal memberitahukan bahwa pelabuhan tujuan sudah kelihatan. Namun untuk mencapai pelabuhan itupun masih perlu waktu dua jam lagi dan itupun terus kami gunakan mereguk madu nafsu di kapal itu. Kami biarkan penumpang lain turun lebih dulu supaya mereka tidak melihat tubuh dan wajah kami yang kusut masai pucat pasi kehabisan mani.
Setelah itu dua bulan aku menemani anakku di Irian Jaya, dan dua bulan itu pula kami secara sembunyi-sembunyi terus berzinah. Demikian pula sewaktu Bimo mengantarku pulang ke Jawa Timur, kami memilih naik kapal laut lagi, bahkan kami sempat menginap tiga hari di hotel Surabaya sebelum pulang ke rumah.
Tahun depan, aku berharap Bimo mau menjemputku untuk menengok anakku lagi. Setelah merasakan kelelakian Bimo, rasanya aku jadi tak kuat      puasa    berlama-lama. Aku tak mau dengan laki-laki lain. Dan kukira aku harus segera sterilisasi untuk mencegah kelahiran anakku sekaligus cucuku.

Disuguhi Kenikmatan Ngentot Yang Diberikan Tante


Kumpulan Cerita SexDewasa Terbaru Disertai Foto Cewekkupukupu Seksi SukaBugil dan Ngentot   Cerita bokep terpanas sebelumnya berjudul Lama Tak Pulang, Langsung Disuguhi Kenikmatan Ngentot Yang Diberikan Tante, dan pada kesempatan kali ini situs kupukupuakanmemembagikanceritasex dewasa yang tidak kalah panasnya dengan judul Aku Tak Kuasa Menahan Gejolak Nafsu Karena Melihat Tubuh Ibu Temanku
Cerita Dewasa Namaku Roy Dian Putra, aku pertama kali bercerita tentang cerita dewasa ini, usiaku 18 tahun, dan saat ini tercatat sebagai mahasiswa sebuah Universitas Swasta terkenal di Jakarta. Aku berasal dari keluarga yang broken home, kedua orangtua kandungku bercerai sejak aku masih berumur 6 tahun.
Aku Tak Kuasa Menahan Gejolak Nafsu Dengan Ibu Temanku

Kini aku tinggal bersama ayahku, singkat cerita sampai suatu hari dia terlibat masalah di luar negeri dan lalu aku tinggal dirumah temanku yang sudah jadi teman baik ayahku juga, sedangkan temanku semasa kecil itu kini dia kuliah di malang, sebulan sekali dia baru pulang, dirumah hanya aku, ibu temanku dan satu pembantu cewek yang lumayan juga bodynya.
Ibu temanku adalah wanita yang sangat seksi dan cantik meski usianya sudah 32 tahun, Hampir setiap hari aku melakukan onani akibat ga kuat menahan gejolak sex melihat kemolekan tubuh ibu temanku itu, sampai akhirnya aku tak kuasa menahan libido ini dikarenakan nafsu sex binalku ini.
Setelah 3 minggu aku tinggal bersama mereka, timbul nafsu birahiku untuk menyetubuhi ibu temanku. Bagaimana tidak terangsang melihat wajah cantik yang dewasa dan menggairahkan serta tubuh yang seksi luar biasa (mungkin dikarenakan ikut senam). Setiap ibu temanku mandi, aku selalu menyempatkan diri untuk mengintipnya. Sambil melihat aku pun melakukan onani sampai-sampai maniku berceceran di lantai tempatku mengintip.
Disitulah setiap hari aku melakukan aktifitas ini tanpa takut ketahuan oleh ibu maupun adik dan pembantuku. Terkadang kalau tidak sempat, aku tidak membersihkan bekas maniku karena takut ibu temanku lebih dulu datang. Aku tidak tahu dia sadar akan hal ini atau tidak, tapi yang pasti sampai 3 minggu ini masih aman.
Pada pagi hari ibu temanku menyiapkan sarapan untukku, aku duduk di meja makan menunggu sarapan tiba. Waktu itu pembantu sudah berangkat belanja ke pasar. Kulihat ibu temanku hanya memakai celana dalam, sedangkan bagian atasnya dia hanya memakai kaos, sehingga tonjolan dadanya terlihat sekali.
Mungkin dia tidak risih berpakaian demikian karena seisi rumah biasanya hanya wanita, tetapi aku yang melihatnya membuat jantungku berdegup kencang dan darah mudaku pun mendesir. Apalagi sarapan yang kumakan kebanyakan menambah libido, sehingga birahiku pun semakin tinggi.
“Say.., celanamu kenapa..?” tanyanya.
Memang pada saat itu batang kemaluanku tegang sekali sampai terlihat dari luar celana. Saking kagetnya ditanya demikian, gelas yang sedang kuminum pun tumpah, untung tidak pecah.
“Kalau minum pelan-pelan dong, Sayang..” sahutnya sambil mendekatiku dan mengelap tumpahan air di bajuku.
Begitu dia mendekat aku merasa tidak tahan lagi. Aku segera berdiri dan memeluknya serta menghisap lehernya. Waktu itu otakku sudah keruh dan tak perduli apa-apa lagi.
“Say, jangan.. aku ini ibu temanmu mu..,” hanya itu yang dia katakan, tetapi dia sedikit pun tidak melawan, malah kemudian membiarkan aku membuka kaosnya sehingga tubuh indahnya pun terlihat.
Aku pun mulai menggerayangi seluruh tubuhnya, payudaranya yang besar kuhisap seperti pada waktu aku masih bayi, dan tanganku kupakai untuk memijat payudara sebelahnya serta untuk memeluknya.
Setelah itu daerah erotis lainnya pun segera kunikmati seperti dadanya, ketiak, sampai akhirnya aku terduduk mengarah persis di celana dalamnya. Kulihat waktu itu CD-nya sudah basah sekali, lalu kutarik CD-nya ke bawah dan langsung aku melakuan oral seks di liang kewanitaan ibu temanku. Waktu itu terciumlah bau khas wanita yang sebenarnya kurang sedap, tapi bau itu merupakan bau terindah yang pernah kucium dikarenakan nafsuku sudah memuncak.
Aku pun menciumi permukaan kemaluannya sambil lidahku menari-nari di daerah paling sensitifnya, perbuatanku ini membuatnya melonjak seperti kesetrum.
“Cukup Roy, hentikanlaah.. aah..” katanya tetapi tangannya terus memegangi kepalaku yang tenggelam di selangkangannya, bahkan menahanku untuk tetap menjilatinya.
Saat lidahku menjilati klitorisnya dengan lembut, tidak lama kemudian tubuh ibu temanku mengejang dengan hebat, dan desahannya semakin keras. Aku tidak perduli lagi dan terus menjilati kemaluan ibu temanku yang memuncratkan cairan-cairan kental saat dia mencapai orgasme tadi. Kuhisap semua cairan yang keluar, meskipun rasanya aneh di lidah tetapi terasa nikmat sekali.
Kemudian ibu temanku yang terlihat lelah melepaskan kepalaku dan duduk di kursi makan. Aku pun segera berdiri dan melucuti pakaianku. Dia tampak terkesan melihat batang kemaluanku yang besar dengan panjang kira-kira 15 cm dan berdiameter 4 cm. Ketika aku mendekat, ibu temanku mendorongku hingga aku terduduk di kursi makan dengan sisa tenaganya yang lemas.
Kupikir ibu temanku menolak dan akan marah, tetapi dia segera berlutut mengarah ke batang kejantananku. Mulutnya begitu dekat ke kemaluanku tetapi dia diam saja. Aku yang sudah tidak tahan segera mendorong kepalanya menuju batang kejantananku.
Ibu temanku langsung mengulum senjataku dengan penuh nafsu. Hal itu terlihat dari kulumannya yang liar dan berirama cepat serta tangannya menggosok pangkal kemaluanku. Sambil dia melakukannya, kubelai rambutnya dan merasakan kenikmatan yang luar biasa, tidak terkira dan tidak dapat kulukiskan dengan kata-kata. Sampai akhirnya aku merasa tidak tahan lagi, air maniku menyembur di dalam mulut ibu temanku.
Dia segera memuntahkannya, dan kemudian membersihkan sisa-sisa air mani yang menetes di batang kejantananku dengan mulutnya. Melihat batang kejantananku masih tegang, dia segera naik ke pangkuanku dan membimbing burungku memasuki sarangnya. Akhirnya tenggelamlah seluruh batang kemaluanku ini ke liang senggamanya. Gila.., rasanya luar biasa sekali. Meski aku sering jajan, tapi kuakui liang kewaniataan ibu temanku ini terasa nikmat luar biasa dibanding lainnya.
Dia mulai naik turun menggosok batang kejantananku sambil memeluk kepalaku sehingga aku berada persis di belahan payudaranya. Hal itu kumanfaatkan untuk menikmati sekitar wilayah dadanya.
Akhirnya dia berada di puncak orgasmenya, dan langsung mengerang kenikmatan. Aku pun mulai kewalahan menghadapi goyangannya yang semakin liar, dan akhirnya muncratlah air maniku untuk kedua kalinya di dalam liang senggamanya. Kami pun lalu saling berciuman dengan mesra. Kemudian tanpa berkata apa-apa, dia langsung menuju kamar mandi dan membersihkan badannya.
Waktu itu aku sadar bahwa aku telah menyetubuhi ibu temanku sendiri, karena merasa bersalah aku segera meninggalkannya untuk berangkat kuliah setelah berbenah, sementara dia masih di kamar mandi. Aku tidak tahu apa nantinya yang kulakukan dan bingung menghadapi semua

Cerita Seks Dewasa memuaskan nafsu bibir ABG Cantik saat berciuman

Kumpulan Cerita Seks Dewasa  Cerita mesum seru yang admin bagikan sebelumnya berjudul Akhir Cerita Dewasa Hubungan Gelap ku Dengan Sang Majikan , dan pada kesempatan kali ini situs kupukupu696.blogspot.co.id akan membagikan cerita sex dewasa nyata yang tidak kalah panasnya dengan judul Begitu Polosnya Aku Sampai-Sampai Diajari Sex Oleh Kakakku Sendiri.
 Kejadian ini bermula saat saya masih duduk di bangku kelas 5 SD, umur 11 tahun. Kakak saya duduk di Bangku SMP kelas 2. Kami 3 bersaudara, Kakakku anak pertama, dan Aku anak terakhir dari 2 saudara laki laki. Kedua Orang Tuaku Kerja d perusahaan Rokok swasta terbesar di Kota Tahu Jawa Timur.
Cerita Sex Dewasa Bergambar Cewekkupukupu Suka Bugil Pose Seksi
Tika (Nama Kakak), punya tubuh yang proporsional saat kelas 2 SMP, BH sudah penuh dengan Isi payudaranya…, Puting kecil dengan lingkar puting coklat yang menggairahkan. Tingginya saat itu msh 154, berat badan 38, BH 32 B. Wajah standard nilai 7, kulit kuning langsat dan berbulu halus di tangan dan kakinya.
Kejadian pertama terjadi saat aku sedang sakit typus, setelah opname di RSUD Gambi*** di kediri selama 15 hari, saya diperbolehkan pulang untuk rawat jalan. 3 hari setelah rawat jalan d rumah, kedua orang tuaku pergi ke Surabaya untuk menghadiri acara nikahan selama 3 Hari. Untuk itu, selama ibukku tidak ada, Tika kakakku merawat dan menjagaku setiap saat (kebetulan saat itu libur sekolah untuk tingkat SMP).
Hari Pertama, Kakak yang malamnya tidur sekamar denganku bangun, bersih bersih rumah, tidak lupa sambil masak air hangat untuk menyeka tubuhku..!!! Hampir tidak ada keganjilan dan nafsu apapun yang tersirat di wajah kakak, dia membuka smua bajuku hingga tinggal CD ku yang tertinggal.
Kakak menyeka, mengusapkan sabun dengan penuh kasih sayang, sabar dan telaten. Malam harinya Kakak menemaniku tidur di kamar, dia serius membaca sebuah buku…kadang kadang terdengar desahan Nafas berat keluar dari mulut Kakak…hhhhheeeehhh….!!!!
Hari Kedua, seperti biasa…setelah bangun kakak bangun dan beres2 rumah, jam 8 kakakku Tika ke kamar masih memakai baju tidur, membawa Ember berisi air hangat untuk menyeka tubuhku lagi.., aku membuka bajuku sendiri kecuali CD ku. Pandangan kakak terlihat lain, dia mengamati semua bagian tubuhku…!!!
Kakak: dek…biar gak pusing..adek rebahan aja…sambil kakak seka tubuhnya. Iya mbak, jawabku. Nafas berat mengawali kakaku saat mulai menyeka tubuhku…!!!
Kakak: mbak nyekanya gak pake kain ya dek…biar bisa gosokin badan adek.., biar rata ngasih sabunnya. Iya mbak, Jawabku. Kakak mulai membasuhkan air d tubuhku…usapan..usapan tangan kakakku membuat sedikit geli (merangsang) tubuhku…!!! Hingga tanpa sadar Penis Kecilku berdiri tegak di balik sangkarnya.
Kakakku: CD nya di lepas aja ya dek, biar mbak bisa bersihkan selangkangannya….!!! Jangan tho mbak, isiiin aku…(Jawabku). Tapi kakakku tetep melorotin CDku sambil bilang…udah…ga usah isin…khan sama kakaknya sendiri.
Waaahh…kebelet pipis tho dek kok burunge ngaceng (berdiri)…kata Kakakku Tika.
Aku jawab…gak mbak, khan tadi udah pipis waktu mbak nyapu…!!!
Lahhh..terus kenapa iki kok gerak2 ngaceng gini manuke…goda Tika Kakakku, sambil mbasuh air hangat di selangkangan…testis…dan pahaku.
Aku merasakan geli yang aneh di tubuhku saat Tika nyentuh lembut testis sambil sesekali nyenggol Penisku yang udah gundul di khitan saat umur 8 tahun…., aku spontan bilang….mbak udah mbak…geliii…jadi pingin pipis. Tika kakakku malah senyam senyum…, sambil bilang…tunggu sebentar ya…mbak tika ambilkan tempat pipis.
Tika keluar Kamar, tidak lama masuk kamar tapi tidak membawa ember tempat pipis…, malah ganti baju daster. Loh mbak…mana tempat pipisnya…, tanyaku bingung.
Tika diam saja, malah naik keatas tempat tidur…, sambil bilang…udah dek ardi tenang ae…, nurut kata mbak…biar cepet sembuh. Iya mbak…jawabku.
Kakak langsung megang burung kecilku..di sabun..di usap usap…kemudian di basuh air dan di lap pake handuk…(Mbak…tambah geli..pingin pipis mbak….rengekku).
Tiba..Tiba Kakakku naik ke atas tubuhku.., sambil mengangkat ke atas baju dasternya….(Aku makin bingung apa yang mau di lakukakan mbak Tika)
Tika bilang…dek..pipisnya di sini aja ya…!!! (Sambil tangannya nunjuk ke vaginanya)…
Belum sempat aku jawab..Kakakku sudah..megang Penisku…di tempelkan di Vaginanya…kemudian di gosokkan ke Vaginanya..!!!
Uuuuhhhh…ardi…., mbak tika pingin kamu pipis di dalam sini…, mbak tika pingin ardi cepet sehat…jadi buanglah pipis dek ardi di sini (vagina)…!!!
Aku tidak paham apa yang di lakukan mbak tika, tapi aku melihat wajah mbak tika memerah, bibirnya di gigit..sambil payudaranya di remas2.., ooowwwggghh…ooouuhhgg…suara dr mulut kakak saat vaginanya bergesekan dengan penisku.
Akupun menahan geli…dan semakin tegang saja penisku….eeeehhhhhmmm…mbaaak… Gelliii mbaak…gelii tenan…,
Mbak tika megang penisku…aku merasakan Penisku seperti di tekan masuk pelaaaan ke dalam sebuah lubang…, tahaaan ya dek ardi….burungnya mau tak masukkan ke tempeknya mbak tika, biar dek ardie bisa pipis di dalamnya….., aku mengangguk..iya mbak, jawabku.
Kakakku makin kuat nekaaaan dan nindih penisku…, tampak sedikit kesulitan dan menahan rasa sakiit saat menekaaan penisku…., aaaahhhhh…..sakiiiit….ardiiiieee….(Sambil ambruuk di atas tubuhku) , teriakan mbak tika saat aku merasakan penisku masuk ke dalam sebuah lubang…sempiit..geliii…angeet…dan berdenyut.
Aku merasakan sebuah cairan meleleh di pahaku…, setelah beberapa saat…mbak tika bangun dan melihat darah keperawanannya mengalir…, dan membersihkan darahnya dengan handuk…!!!
Setelah itu Tika melepas smua bajunya..dan naik lagi di atasku…., siiaaap ya dek…mbak mau ngeluarkan pipismu…, mbak tika megang dan nuntun penisku..sekali tekan udah lgsg masuk…blessss….., aaahh…ehhhhhmmm….suara desahan kakakku…, mbak tika nuntun tanganku untuk meremas susunya…, remes pentile mbak tika ardi…..remes diii….aaahhh….sambil terus menggoyangkan pantatnya..!!!
Eehhhmm…tempek mbak tika enak gak…ayoo dii…pipisnya keluarkan di dalam ya…mbak tika enakk dii…tempek mbak tika kedut..kedut…racauan kakakku, sambil terus jepit genjot goyang penisku di vaginanya.
Ahhhhh….sayaaaang….ardi……mbak tika mau pipiiiiisssss……….srrrrrrr….serrrrrrr…… ahhhhh….enakk banget arrr….oooouuughhh…..!!!! Aku memang merasakan sebuah cairan hangat keluar dari vagina tika, Vaginanya menjepit dan menghisap kuat penisku (Orgasme), akupun merasakan sebuah sensasi luar biasa nikmatnya…!!!
Mbak tika ambruk lagi..mencabut vaginanya dari penisku…, rebahan di sampingku sambil mencium..dan bilang…dek…jangan bilang siapapun yaa…ini rahasia kita…, mbak tika sayang ardi…ardi harus janji akan menjaga rahasia yang mbak lakuin tadi sama ardi.
Iya mbak, jawabku. Mbak tika meluk dan minta di ciumi payudaranya.
Malam hari, setelah kakak membaca buku…,Tika mengunci pintu, dan naik ke atas kasurku (ada 2 kasur).
Mbak tidur sini ya…, mbak mau ngelonin ardi..biar hangat dan cepat sembuh..!!!
Iya mbak, jawabku. Mbak tika…, yang kita lakukan tadi kok geli enak itu apa namanya mbak…tanyaku.
Ohhh…itu namanya Ngembik (Kawin, Kentu, Ngesex) jawabnya.
Laah tadi tempeknya kok berdarah mbak, tanyaku lagi…!! Itu namanya darah perawan ardiee…., kalo pertama pasti keluar darahnya jawab kakakku sambil meluk dan nyium keningku.
Apa ardie mau Ngembik lagi sama mbak tika…??? Belum sempat jawab mbak tika sudah nafsu mencium bibirku…, ehhmm…ehhhmm…mbaaak…tikaa…pingin lagi sayaaang…, pingiiin pipiss enak lagii….rengek tika sambil nyiumi bibirku.
Mbak….., burungku ngaceng lg….!!! Kataku. Mbak tika lgsg ngusap..megang..dan ngocok penisku…, dia sangat nafsu..bajuku lgsg di buka smua…kakakku juga membuka bajunya…BH dan CD nya…!!!
Aku lgsg beranikan diri nyentuuh…ngreemas2 payudara Tika yg masih mulus dengan puting kemerahan…, Aaahhhhh….adikku udah mulai pinter nih…goda mbak tika..sambil nyium bibirku lagi dan membelai lembut penisku yang makin tegang.
Kakakku bangun dari posisi rebahannya, dan bilang…deek…mbak mau ngemut Pelimu ya…., belum jawab kakaku sudah memasukkan penis kecilku ke dalam mulutnya…., aaahhh….eehhhmm…sSsssttt…mbakk..gelii mbaak…geliii mbakk…!!! Ocehku. Mbak tika bilang..ssseeeeettt…(Sambil isyarat utk nutup mulut)…jangan rame, nanti kakakmu kedengaran…ucapnya. Akupun ngangguk…dan menahan geli di emut kakak sambil merem melek njambak rambut Tika Kakakku…!!!
Deeekk….gantian tempek mbak tika di emutin ya…,bisik Kakakku.
Aku pun bangun, Tika rebahan dan membuka lebar pahanya…nuntun tubuhku naikin tubuh tika dengan posisi terbalik (69), jilatin arr….!!!
Dengan agak jijik…krn lendir dan bau anehnya..aku beranikan nempelkan mulut ke Vagina Tika…, aku usap2kan bibirku…nekaaan…vagina yg mash belum banyak rambutnya. Setelah terbiasa dg baunya, aku mulai berani membuka mulut…gigit lembut vaginanya….jilatin vagiananya…dan menghisap lendir2nya….!!!
Kakakku meracau…gerakan tubuhnya tdk karuan, pantatnya naik turun menahan geli jilatan lidah di vaginya…!!! Aku juga merasakan kakaku ngemutin penisku…nyedotin buah zakarku…, suara desahan tertahan malah mbuat kami makin bergairah.
Ahhh…ehhhmm….ardie, masukkan penismu ke tempek mb.Tika, mbak dah ga tahan arr….pinta Kakakku…!!!
Akupun bangun, mbak tika nuntun aku untuk duduk di hadapannya…mbuka lebar kakinya…, nuntun penisku dan..tekan dekk…, ehhmm….blesssss…..seleeepp….penis kecilku masuk smua ke liang Vagina Tika…, ehhhmm….ehhhmmm….!!!! Maju mundurkan penismu, rebahan dan emut susu mb.tika sayaang…ucap kakakku.
Sambil rebahan..aku genjot vagina kakakku…suara ceplak ceplok makin kencang…suara deritan lendirnya makin terdengar…dg lahap aku mencium dan menghisap puting kakakku..aku gigit dan tarik2 putingnya….!!! Aahh..ahhh…ssttt…enak banget ardie…peli mu enak banget…mbak tika sayang ardi…mbak tika pingin ngembik terus sm ardi…pipis di dalam ya sayaang…racauan kakakku…, dengan nafas terengah..aku terus nusuk2 vagina Tika….geli…anget…dan kedutannya membuat aku melayang…!!!
Gantian dek…mbak tika di atas…, kamu duduk sandaran ya…, mbak tika duduk di pangkuanmu…!!! Ucapnya. Aku nurut saja…mbak tika lgsg megang penis dan memasukkan lagi ke dalam vaginanya…, uuhhh…uuhhhm…ahhaahh..enAk sayaang…jilatin terus pentil mb.tika..gigiti pentilnya…ucap kakak sambil terus goyangin maju mundur pantatnya…!!!
Tidak berapa lama…..kepalaku di tekan kuat ke dalam payudaranya….goyangannya makin tak terkendali…guncangannya makin liar..daaan….mbaaak mau pipissss ardii….mbak sampee…….mbakkkkk….ngembes tempeknya…..(Bersmaan itu aku mersakan cairan hangat nikmat luar biasa membanjiri penisku)…kedutan vagina kakakku menjepit kuat penisku…terasa nikmat luar biasa, seperti mau pipis tapi ga keluar pipisnya (Orgasme tanpa mengeluarkan sperma, karena belum Baligh)
Nafas mbak Tika dan aku terengah engah…mbak tika meluk erat tubuhku..nyium dahi pipi dan juga bibirku…, makasih ya sayang….makasih dah mbuat mbak pipis enak lagi…!!!
Sama sama mbak, ardie juga sayang…td ardie juga pipis rasanya..tapi ga terasa keluar pipisnya…tapi enak banget rasanya mbak….!!!
Hari Ketiga, siang hari…saat kakak ke 2 tidur sehabis sekolah…, Mb. Tika ngajak aku bangun dari kamar. Katanya mau di bersihkan mandi air hangat di kamar mandi.
Aku berjalan…dan masuk kamar mandi.., mb.tika masuk dan ngunci kamar mandi…, aaahh….ngembik lagi ini (pikirku). Buka bajunya sayang…pinta Tika. Iya mbak, jawabku…, mbak tika mo ngajak ngembik di kamar mandi ya…godaku.
Ahhh…km ini arr…tahu aja rencana kakak…jawabnya sambil jongkok nyiumi penisku.
Aku duduk di pinggir bak mandi…, ngocok2 penisku…,ahhhh….mbak….emutin mbak…emutin penisku…!!!
Pasti sayang….jawabnya, sambil masukkan penisku ke dalam mulutnya….lidahnya njilatin ujung penisku…, ooohhhhh…..gilaaaa….gak terbayangkan rasanya…, kurang lbh 5 mnt..Tika terus ngocok penisku di mulutnya…,!!!
Kemudian dia bangun dan nungging..tangannya pegangan bak mandi…, ardiii…..tusuk mbak dari belakang yaaa…., cepetan sayang…mbak ga tahan..pengEn banget.
Akupun turun…sambil berdiri aku masukkan penisku ke lubang vagina kakakku yang sudah aku ketahui d mana letaknya…., sleeeeepppp…..!!!! Ehhhhmmmm……..ardi…..makin lama makin ga tahan pingin Ngembik dengan kamu….mbak tika terangsang terus….ocehan kakakku.
Aku terus sodook vagina Tika,,,sambil ngremas payudaranya dr belakang…, bokong Tika maju mundur ngikutin irama kocokan Penisku…, cairan vagina kakaku terasa banjir dan menghangatkan batang penisku…, pantat Tika makin liar…goyangan maju mundur..naik turun membuat penisku makin nikmat dlam jepitan Vaginanya…, aahhh…mbaak…vaginanya enak banget…angeeet lendirnya…..jepit terus mbak….ocehku.
Makin lama aku makin paham dengan seksual…jika mbak tika sudah bergoyang gak karuan..akupun juga smkn kencang nyodokin penisnya ke vaginanya….!! Lebiiih kenceng sayaaang…..lebih dalaaam….lebih kuaaat lg….remas payudara mb.tika….pukul..pukul..pantat mbak tika…!! Pinta mb.tika. Akupun nglakuin smua permintaannya…daan….mbak tikaa keluaaarrr pipissssnya ardi……aaahhhhh….ahhhhhh….aaaahhh…..jerit nya dg nada pelaaan…!!! Tampak cairan bening keluar netees ngalir jatuh dari lubang vaginany…!!!
Tapi aku masih blm merasakan pipis keluar dr penisku…, tanpa bicara aku terus genjot vaginanya….aku pegang pinggang Tika….ceplook..ceplook….(Suara adu pantat dg paha)….dan mbaaakkk….aku pipis juga kayakknya…..aahhh..arrrrgghhhh….!!!! Jeritku..!!! Aku merasakan ada penisku kedut2 d dalam vagina mb.tika…!!! Makin nikmat rasanya..dan anget…!!! Setelah sma puas…kakakku memandikan tubuhku dan mbuka pintu kamar mandi.
Setelah kejadian itu…aku dan mbak tika selalu melakukan kegiatan bersetubuh di berbagai tempat dan kesempatan.
Pada saat aku duduk kelas 1 SMP, aku mengalami mimpi basah…, aku cerita pada mb.tika kalo aku mimpi bercinta dg seseorang, dan ngompol d celana.
Kakakku menciumku….dan bilang…itu tandanya kamu sudah dewasa…dan bisa membuat mb.tika hamil kalo bersetubuh dengan mb.tika…ucapnya..sambil megang penisku. Setelah mb.tika suci (menstruasi) nanti kita coba buktikan ya ar…, mbak buat kamu keluar pipisnya kental,putih dan terasa makin nikmat.
Akupun di suruh membaca bukunya..ternyata buku Cerita Seks Dewasa. Semua yang di ajarkan kakakku bersumber dari alur cerita di buku tersebut.
Setelah 5 hari, kakakku sudah suci dari menstruasinya…, sepulang sekolah kakakku bilang…, Ardi..mbak tika siap di Setubuhi lho nanti malam, kamu udah baca buku mbak tika blm??? Sudah mbak, ardi siap pipis di tempik mb. Tika.
Malamnya, mbak tika pura2 mbantuin aku ngerjakan PR d kamarku, Kakakku laki2 sering tidur di musholla sama temen2 sebayanya…Jadi mlm itu aku dan kakak belajar bareng di Kamar..!!!
Ketika kedua orang tuaku blm tidur, kami belajar sambil sesekali berciuman, ngremas..dan ngraba vagina mb.tika, peniskupun tak luput dari emutan emutan singkat kakakku, mbuat kepalaku pusing bergairah dan tidak konsentrasi belajar.
Lampu ruang TV sudah mati, pertanda kedua orang tuaku sudah tidur…, aaahhh…ini saatnya melakukan persetubuhan sedarah untuk pertama kalinya….bisikku dlm hati.
Deek…mbak tika siap di apain aja lho, nikmati tubuh mbak tika kapanpun ardie mau..!!! Ucapnya, IYa mbak…mlm ini aku mau pipis di mulut mbak tika… Boleh..boleh…silahkan pipis di mana aja kamu suka sayang…, jawab Tika sambil mulai menciumiku dan membuka bajunya.
Akupun mulai mencium mulut mb.Tika..menghisap lidahnya..menggigit lembut bibirnya…, ciuman basah, liar, menggebu yang membuat kami sulit bernafas karena saling memuaskan nafsu bibir saat berciuman. Kali ini aku bener2 menguasai keadaan..(Hasil baca buku dewasa)…sambil terus cium bibir..
Aku mulai meremas remas payudara mb.tika…putingnya sudah tegang berdiri, daging susunya mengeras…, desahan nafas mb.Tika makin tidak karuan..tangan tika liar megang dan ngocok penisku…ehhhhmm…aaaahhh…dan pembaca tahu sendiri akhirnya kami keluar bebarengan (orgasme). kegiatan seks merangsang yang luar biasa liar ini selalu kulakukan dengan mb.Tika, kakak perempuanku setiap ada kesempatan

kurasakan tubuh tante cantik bergetar keras menggigil

ketika saya masih berusia 15 tahun dan baru masuk ke SMA kelas 1 di kota Bogor. Ayahku adalah seorang perwira menengah AD yang sedang sering berpindah- pindah kota sesuai dengan penugasannya. Saat itu ayahku dipindah tugas ke Maluku, aku dan kakak perempuanku tidak bisa ikut pindah, karena saya masih baru masuk SMA dan kakak perempuanku di kelas akhir SMA. Jadi, aku dan kakakku tetap tinggal di kota Bogor sambil ditemani seekor anjing dan seorang pembantu setia keluargaku, Bi Tuti seorang janda berumur sekitar 28 tahun, yang berkulit bersih agak kecoklatan dan bertubuh montok dengan ukuran buah dada sangat besar. Karena ayahku telah pindah ke Maluku, kami terpaksa pindah dari rumah dinas ke rumah yang sengaja dibeli untuk kami berdua.

Rumahnya cukup besar dengan halaman di bagian belakang, kamarnya lima, tiga kamar berukuran besar, dan dua kamar yang lain berukuran sedang. Aku menempati kamar di bagian belakang,sedangkan kakak perempuankku di kamar tengah,dan kamar Bi Tuti berseberangan dengan kamarku,dekat kamar mandi. Bi Tuti berasal dari daerah Bandung Selatan. Ia sudah ikut keluargaku sejak berusia 17 tahun dan sempat berpisah selama setahun ketika kawin dengan seorang sopir bus antar kota tapi perkawinannya hanya berumur enam bulan karena bis yang di sopirnya tabrakan sehingga suaminya tewas.
Karena merasa kasihan, Ibu menawarkannya untuk kembali menjadi membantu keluarga kami seperti sebelumnya. Rupanya Bi Tuti menyambut tawaran itu karena dia sudah menjadi seorang janda. jadilah ia pembantu setia keluarga kami. Ketika aku lahir, Bi Tuti adalah orang yang menjadi pengasuhku. Artinya, kalau aku ngompol, dia yang mengganti celanaku, kalau aku mandi dia yang memandikan aku, sehingga Bi Tuti betul-betul orang yang sangat dekat denganku. Semenjak umur lima tahun sampai sebelas tahun, aku sering mandi bersama dengan Bi Tuti. Seringkali Bi Tuti menyuruhku menggosok-gosok punggungnya, dengan berjongkok di depanku sambil meremas- remas buah dadanya dengan kedua tangannya.
Kadang kala Bi Tuti mendesah dan badannya bergetar seperti kedinginan, “Kenapa bi?” tanyaku. “Nggak apa-apa Den, cuma ini bibi gatal” jawabnya sambil menunjuk buah dadanya. Ketika itu, aku belum ngerti apa-apa . Tapi ketika aku sudah umur dua belas tahun, aku tidak pernah diajak mandi bersama lagi sama Bi Tuti. Namun aku masih ingat dengan jelas kejadian dulu dan lekuk-lekuk tubuhnya serta bau badannya yang khas itu. Ingatan ini yang sering menggodaku untuk melamun di malam hari, sambil membayangkan tubuh telanjang Bi Tuti ada di depanku dengan buah dadanya yang besar dan memeknya yang ditutupi bulu tebal. Setiap melihat Bi Tuti, langsung kontolku tegang. Tapi keinginan itu tetap kutekan bertahun tahun, sampai akhirnya terjadilah peristiwa yang sampai saat ini tetap tetap kuingat, yakni kenangan pertama menyetubuhi seorang wanita.
Ceritanya begini. Sejak SMP aku mulai terangsang setiap kali melihat Bi Tuti mengepel lantai, yang biasa dilakukannya dengan menungging. Biasanya tiap pagi aku bersiap mengerjakan PR di meja makan atau meja ruang tamu sambil menunggu Bi Tuti lewat untuk melihat bagian atas dari buah dada Bi Tuti yang berayun-ayun dan pantatnya bergoyang saat dia menggerakkan kain pel kekanan dan ke kiri. Selain itu aku memandangi pahanya yang kadang terlihat kalau kain Bi Tuti tersingkap dengan tak sengaja saat dia sedang mengepel. Gumpalan buah dada Bi Tuti itu sering membuatku terhanyut untuk mencoba memegangnya.
Sungguh, saat itu aku ingin mengelus-elus, meremas-remas dan menciumi puting buah dada itu. Tapi, perasaan itu saya tekan karena aku masih kecil dan tidak berani untuk melakukan itu pada Bi Tuti. Tapi semakin lama kutahan keinginan itu semakin ring dan kuat perasaan itu muncul. Dan akhirnya aku mulai mendapat akal bagaimana caranya supaya Bi Tuti tidak sadar kalau aku mengerayangi tubuhnya. Ide itu kudapat setelah ada seorang teman sekelasku yang tertidur sangat nyenyak di kelas, seperti pingsan hingga tak seorangpun bias membangunkannya, hanya karena dia memakan setengah butir obat kepunyaan ayahnya yang berprofesi dokter bedah. Bagaimana kalau Bi Tuti kuberi obat tidur, lalu setelah tidur nyenyak kusetubuhi?
Dengan pikiran ini, aku main kerumahnya lalu kuminta sepuluh butir pil tidur pada temanku itu. Malamnya, seperti biasa aku nonton TV bersama kakak perempuanku dan Bi Tuti juga nonton, Biasanya, sebelum tidur Bi Tuti selalu minum segelas air teh manis yang sudah ada di kamarnya. Dengan pengetahuan ini, malam itu ketika kami lagi asyik nonton sinetron, aku pergi kekamarku lalu pura-pura ke kamar mandi, padahal aku pergi ke kamar Bi Tuti untuk memasukkan dua butir pil tidur, yang sudah kubikin jadi serbuk ke gelas Bi Tuti sambil kutambahkan gula putih supaya tehnya tetap manis. Setelah acara sinetron selesai, dan dunia dalam berita akan mulai, Bi Tuti beranjak dari ruang TV, beres-beres sebentar lalu kekamarnya untuk meminum air teh manisnya setelah itu dia ke kamar mandi untuk kencing dan gosok gigi.
Tapi sewaktu dia di kamar mandi, aku menyelinap masuk ke kamar tidurnya. Aku sudah hafal posisi kamar tidur itu sebab aku sering masuk secara diam-diam untuk mencari tempat dimana aku harus sembunyi. Tempat yang paling aman untuk sembunyi adalah di bawah tempat tidur Bi Tuti. Maka akupun menyelinap masuk ke kolong dan menunggu Bi Tuti masuk ke kamar. Sementara itu, kontolku sudah tegang karena sudah, terbayang apa yang akan terjadi. Langkah kaki Bi Tuti akhirnya semakin dekat dan klek.. klek.. crek.., pintu dibuka lalu ditutup lagi dan di kunci. Lalu kulihat kaki Bi Tuti berada di samping tempat tidur dan aku tahu dia sedang membuka baju dan kainnya.
Aku semakin tegang dan nafasku mulai agak memburu membayangkan tubuh Bi Tuti hanya ditutupi BH dan celana dalam saja.. ingin rasanya aku cepat keluar. Beberapa saat kemudian lampu utama kamar dimatikan, dan kamar kini diterangi dengan bola lampu lima watt warna hijau. Kurasakan langkah yang berat mendekatiku, lalu terdengar bunyi tempat tidur berderit, tanda Bi Tuti sudah merebahkan badannya di atas kasur. Aku mulai tidak sabar menunggu Rupanya pil tidur itu memang sangat manjur, baru lima menit aku sudah merasakan tidak ada gerakan-gerakan lagi di atas tempat tidur, dan kudengar desah nafas Bi Tuti sudah teratur, tanda ia sudah tidur nyenyak. Dengan gemetar maka akupun mulai merayap keluar dari kolong tempat tidur itu dan aku tidak langsung berdiri takut dia belum tidur. Kutunggu lima menit.. sepuluh menit.. lalu kucoba menarik kain yang belum sempat dibuka semua.. mungkin karena terlalu ngantuk.. dan tetap tidak ada reaksi. Akupun berdiri perlahan-lahan sambil mendengarkan desah nafas Bi Tuti.
Akhirnya.. kulihat tubuh Bi Tuti telentang hanya memakai BH dan celana dalam warna hitam. Sementara tangan kirinya masih memegang kain tidak sempat dibuka semuanya. Saking ngantuknya membereskan kain dan bajunya. Aku menelan ludah beberapa kali melihat gundukan buah dada Bi Tuti naik turun seirama dengan desah nafasnya. Dengan tangan agak gemetar dan nafas agak ngos- ngosan, pelan-pelan dari samping tubuh Bi Tuti kuletakkan tanganku di perutnya lalu pahanya, lalu dengan lembut kusap-usap sambil meyakinkan diri bahwa dia sudah benar-benar tidak merasakan usapan itu. Akhirnya.. setelah aku yakin benar, tanganku mulai mengelus-elus buah dada Bi Tuti, lalu kuremas-remas dengan lembut.. rasanya uahh, setelah puas lalu kulepaskan BH Bi Tuti dengan tangan gemetar menahan gejolak keinginan untuk segera meremas dengan keras sambil menyedot putingnya.
Setelah BH terlepas, tergerailah dua buah dada Bi Tuti yang besar dengan kedua putingnya yang berwarna agak kehitaman. Ketika telapak tanganku menyentuh kulit yang lembut dan hangat terasa ada getaran aneh dalam tubuhku yang mendesak untuk segera meremas-remas. Dengan tidak sabar kuremas-remas buah dada itu sambil kuciumi dan kusedot-sedot putingnya bergantian.. aduhh nikmatnya.. kugigit.. kusedot.. untuk mereguk kenikmatannya.. kuendus-endus.. untuk menyerap baunya. Sementara tangan kananku terus meremas- remas, tangan kiriku mulai menjarah bagian bawah perut Bi Tuti, ketika kuusap-usap selangkangannya kulihat kepala Bi Tuti bergerak menggeleng. Aku kaget sekali.. langsung kuhentikan semua gerakan. Kutatap dalam-dalam wajah Bi Tuti untuk mengetahui apakah dia terbangun atau tidak. Ternyata, dia hanya memindahkan posisi kepalanya saja.. maka akupun semakin berani.
Lalu aku pindah posisi, lalu naik ke tempat tidur mendekati kedua kakinya.. Kucoba untuk menurunkan celana dalamnya.. kuangkat pantatnya yang besar.. kutarik celana dalamnya.. Ya ampuun.. kulihat memeknya ditutupi bulu keriting yang menumbuhi bagian bawah pusar Bi Tuti.
Sementara bibir memeknya tampak bagai garis kehitaman. Ohh indahnya.. kontolku yang sudah tegang dari tadi, kian menegang dan berdenyut- denyut melihat pemandangan yang terhampar di depanku, Bi Tuti telanjang bulat. Akhirnya, kurenggangkan kedua kaki Bi Tuti, lalu aku mulai memainkan jari-jariku menyibakkan bulu-bulu membuka bibir memeknya lalu kucium dan kujilat- jilat.. biar agak bau tapi rasanya enaakk sekali.. terus kujilat-jilat sampai puas.. kurasakan tubuh Bi Tuti sedikit bergerak-gerak.. tapi aku tak peduli lagi.. akuu takk tahann lagii.. kedua kaki Bi Tuti lebih kurenggangkan lagi lalu kulipat dilututnya dan kutahan dengan tanganku.
Kutempatkan kedua lututku diantara pahanya dan aku mulai mengarahkan kepala kontolku ke bibir memeknya.. kutekan perlahan-lahan.. bless.. kutekan lagi..bless.. aduhh sempitnya.. ucoba lebih keras lagi.. bless.. terdengar bunyi prepett.. seperti kain sobek.. akhirnya kontolku asuk semua rasanya agak perih tapi enaakk.. nikmaatt.. aku terdiam sejenak merasakan hangat dan denyut memek Bi Tuti sampai kurasakan ada cairan hangat di seputar kontolku.. aku pun enarik kontolku perlahan-lahan.. kutekan lagi.. tarik.. tekan.. tarik.. tekan.. crep.. crep.. crep.. hh nikmat sekalii.. teruss sampai tangan dan pinggangku pegal.. Kurasakan kontolku mulai berdenyut-denyut dan ngilu-ngilu enakk.. dan akupun makin mempercepat gerakan-gerakan aju mundur.. sampai akhirnya kurasakan ngilu.. geli.. yang amat sangat.. aku tak tahann lagii.. utekan kontolku sedalam-dalamnya.. dan.. crett.. crett.. creett.. air maniku keluar banyak sekali agai hujan.. saat itu kurasakan tubuhku bergetar keras seperti menggigil kedinginan.. rasanya.. oohh.. tak terkira nikmatnya.. tak terasa tubuhku menindih tubuh Bi Tuti. Cerita Seks Bersambung ke Desahan Seorang Janda Menahan Kenikmatan Dientot

Senin

Cerita Sex Hot Mesum Dengan Adik Sepupu hanya ditutupi BH


Sepupuku ini baru sempat bertemu dengan orang tuaku dan kakakku saja sewaktu mereka pergi ke daerah asal sepupuku di Jawa Timur. Nah, ketika dia Study Tour ke kotaku, dia ingin mampir dan menginap di rumahku, terus dia minta dijemput di depan salah satu bank di dekat Jalan yang jadi trade marknya kotaku. Maka, aku bersama kakakku menjemput dia.
Jam 4:25 sore, aku sampai di depan bank tersebut. Mobil kuparkir, lalu aku bersama kakakku sambil membawa dua payung menghampiri bis-bis yang diparkir di depan bank, agak lama juga aku mencari sepupuku ini, maklum aku belum pernah bertemu dia dan kakakku sendiri agak lupa dengan wajahnya. Setelah kurang lebih 5 menit, akhirnya bertemu juga. Kemudian kami pulang ke rumahku, dia senang sekali bisa bertemu denganku.
Awalnya dia berencana mau menginap 1 hari tetapi kemudian dirubah jadi 2 hari. Sepupuku ini tidak punya saudara laki-laki, jadi ketika kami bertemu, dia senang sekali dan menganggap aku seperti kakak kandungnya. Selama dia menginap di rumah, dia selalu ingin dekat denganku terus. Aku menganggap biasa-biasa saja dan tidak ada pikiran lain.
Ketika dia mau pulang, dia mau pulang sendirian, orang tuaku sepertinya tidak tega melepas dia pulang sendirian, akhirnya aku disuruh mengantar dia pulang ke Jawa Timur, padahal waktu itu aku sedang berobat jalan karena aku mengidap alergi serpihan kulit manusia (aneh ya..? aku saja dulu tidak percaya). Aku harus datang ke dokter pribadiku setiap hari Selasa dan Juma™at buat disuntik.
Tetapi, menurutku tidak apa-apa karena kupikir nanti jika sudah sampai di sana, aku langsung pulang saja pikirku. Jadilah aku mengantar dia pulang ke Jawa Timur. O.. iya, sebelum terlalu jauh aku bercerita, kuperkenalkan dahulu diriku, namaku Padi dan nama sepupuku Ana. Di jalan kami bercerita tentang daerah asalnya yang ternyata ada di kawasan pantai utara Jawa Timur.
Kami mampir ke Madiun dulu, karena katanya dia mau mengambil baju-bajunya yang mau dibawa sekalian dicuci di rumah. Sampai di Madiun, kira-kira pukul 5:00 sore, kami menuju tempat kosnya yang sederhana di komplek Akabri. Setelah selesai dengan urusan di Madiun, kami langsung pergi lagi meneruskan perjalanan. Di perjalanan, aku bertanya dengan dia.
aœEh, An.. dari sini sampai ke kotamu berapa lama sih..?a tanyaku.
aœYaa¦ mungkin kira-kira 8 jam Mas..a katanya.
Dalam hati aku berpikir, aœWah, bakalan capek di jalan nih.. sialana¦a
Waktu berlalu, kira-kira pukul 9 malam, kami masih ada di atas bis jurusan ke kotanya. Malam itu kurasakan sangat dingin, apalagi ditambah tiupan angin yang sangat kencang. Di dalam bis yang lumayan penuh itu, aku duduk di kursi kedua dari belakang sejajar dengan Ana. Pintu bis yang ada di sebelah kananku ternyata tidak bisa ditutup, karena kuncinya rusak kata kernetnya.
Ana yang merasa kedinginan terkena tiupan angin, bingung mau bagaimana sebab dia tidak membawa jaket atau sweater buat penghangat, sedangkan aku sendiri tidak masalah. Kemudian kutawarkan dia untuk pindah tempat duduk di sebelah kananku, yah.. lumayan dia terlindung dari angin oleh badanku.
Sekitar 10 menit setelah itu, dia bilang katanya dia merasa mengantuk, aku tawarkan dia untuk tidur saja di pangkuanku. Dia mau dan langsung dia rebahkan kepalanya di pahaku, waktu itu aku sebenarnya agak kawatir dengan penumpang lainnya. Jangan-jangan ada yang berpikiran macam-macam tentang kami, meskipun begitu aku akhirnya memutuskan untuk santai saja. Si Ana dengan cepat tertidur dengan pulasnya, tanganku kutaruh di atas punggungnya biar dia merasa lebih hangat.
Tawaranku untuk tidur di pahaku ternyata berbekas sekali di hati sepupuku ini, sepertinya dia merasa ada sesuatu yang lain yang dirasakannya setelah dia merebahkan kepalanya di pahaku. Mungkin karena dia masih anak SMU yang belum pernah merasakan kasih sayang dari seorang cowok, tetapi kok ya kebetulan justru dengan kakak sepupunya sendiri.
Tidak terasa, bis telah memasuki terminal di kotanya. Waktu itu jam 1 pagi. Kami langsung mencari becak untuk pulang ke rumahnya. Sampai di rumahnya yang sederhana (bapaknya bekerja sebagai sipir penjara dan ibunya guru SD), aku langsung disambut oleh Omku. Kami berbincang-bincang sejenak sambil nonton TV.
Tidak lama kemudian, Omku minta diri untuk tidur. Aku mempersilakan Omku untuk tidur. Aku sendirian yang belum merasa mengantuk dan meneruskan melihat TV. Si Ana sendiri ada di kamarnya sedang bicara dengan adiknya. Kira-kira 5 menit kemudian, kudengar ada orang datang masuk ke ruang TV dimana aku berada, yang Ternyata Ana.
Aku bertanya pada dia, aœLho.. An, kamu ngga tidur? Kan udah malem, bahkan pagi nih!a
aœLah.. mas sendiri gimana? Kok ngga tidur juga?a dia balik bertanya.
aœMas kan udah biasa melek sampai pagi, lagian acaranya bagus nih.a
aœIya deha¦ tapi Ana boleh nemenin Mas ngga?a
aœBoleh aja, asal bikinin Mas kopi panas donga¦a
aœIh.. Mas curang.. Oke deh Ana buatin.a
Kemudian dia beranjak pergi ke dapur untuk membuatkan kopi untukku. Sewaktu dia jalan ke dapur, dia melewati ruangan makan yang gelap, sedangkan ruang dapurnya sendiri dibiarkan terang, sebab Omku orangnya suka makan, jadi kalau malam dia sering ke dapur untuk cari makanan.
Sewaktu dia melewati kamar makan yang kebetulan bisa terlihat dari tempat dudukku, aku agak kaget karena kulihat dasternya kelihatan menerawang terkena cahaya dari dapur. Si Ana ini sebenarnya tidak hanya manis tetapi juga cantik, tubuhnya agak gemuk, tinggi sekitar 158 cm, ukuran dadanya berapa ya? Tidak tahu.. Kulitnya sawo matang dan yang paling menarik adalah matanya yang khas cewek Jawa, tidak besar juga tidak kecil.
Sekilas kulihat bentuk tubuhnya sewaktu dia melewati ruang makan. Jantungku merasa agak berdebar karena aku kan laki-laki, jadi lihat yang seperti itu kan, ya gimana gitu. Selesai dia membuat kopi, segera dia menuju ke arahku, terus dia bergabung nonton MTV. Sejenak aku lupa akan kejadian yang mendebarkan tadi (menurutku lumayan mendebar kan lho).
Kami berbincang-bincang sambil mengomentari pemenang-pemenang yang sedang diumumkan di TV.
Tiba-tiba dia nyeletuk, aœMas.. tadi enak lho tiduran di pangkuannya Mas..a
aœKenapa emangnya? Mau lagi ya, sini deket-deket Mas..?a kataku.
aœOke deh!a
Kemudian dia mendekat ke arahku dan merebahkan kepalanya di pahaku lagi. Nah, sekarang aku mulai berpikiran macam-macam nih, karena kan dia hanya memakai daster dan di dalam dasternya hanya ada CD dan BH saja. Mau tidak mau batangku mulai bereaksi pelan-pelan, tetapi dia tidak tahu. Masih sekitar 10 menit kami berbincang-bincang, tanganku kutaruh di atas pinggulnya, dan kurasa dia tidak keberatan. Lama-lama sepertinya dia mengantuk dan mulai sembarangan kalau menjawab pertanyaan atau komentarku.
aœAn.. geser dikit dong, soalnya pahaku kesemutan nih! Sebentar, ganti pake bantal aja yaha¦?a
Kemudian kuangkat kepalanya, kupindahkan dia ke bantal yang ada di sofa, sedangkan kakinya kuangkat ke atas pahaku. Singkat cerita, dia sudah tertidur dengan pulas. Pikiranku mulai keluar pikiran iseng, tanganku aku rabakan di kakinya. Sambil pura-pura memijat, dari bawah pelan-pelan naik ke atas, terus turun lagi, naik lagia¦ lama-lama aku memijatnya terlalu naik sampai hampir menyentuh pangkal pahanya. Rupanya dia terbangun.
aœNgapain Mas..?a
aœEh.. ngga kok cuman mijitin, kan kamu capek barusan abis naik bis jarak jauh?a
aœMmm.., boleh juga.. tapi mijitnya jangan keras-keras ya Masa¦a
aœOke An..a
Nah, aku teruskan kembali memijatnya, tetapi kali ini mijatnya lain, aku kan sedikit-sedikit pernah baca tentang pijatan erotis, maka aku mencoba untuk mempraktekkannya sekarang. Pertama kuletakkan tanganku di telapak kakinya, terus kucari simpul yang bisa membangkitkan gairah seksnya.
aœNah, ketemu niha¦a batinku.
Pelan-pelan kupijat bagian itu sambil tanganku yang satunya juga memijat-mijat paha kanannya.
Setengah sadar dia bertanya, aœMas, kok enak banget sih pijitannya?a
aœTenang aja deh, yang ini belum apa-apa, entar ada yang lebih hebat.a jawabku.
Lama kelamaan dia jadi tidak merasa ngantuk, tetapi menikmati pijatan-pijatan tanganku sambil mengeluarkan suara lenguhan yang sangat merangsang, aœNngggha¦ ngghha¦ enak loh Masa¦ agak naik dikit Mas.. yang ini lho di atas dengkula¦, ya.. di situa¦ terus.. terus..a
Aku tahu dia tidak sadar kalau sedang aku kerjain. Lama-lama kulihat dia sepertinya mau bangkit dari tidurnya. Kemudian waktu kubiarkan, ternyata dia tiba-tiba memelukku dan berusaha mencium bibirku. Aku sendiri menyambut ciumannya dengan bersemangat.
aœWah, lha ini nih yang kunanti,a batinku.
Ciumannya lumayan dahsyat, sampai lidahnya masuk ke mulutku seperti ular. Lidahku sendiri jadi tidak mau kalah menyambut lidahnya yang masuk ke mulutku (heran juga anak ini kok bisa senekat ini pikirku). Dan ternyata, kok luar biasa ciummannya untuk ukuran anak SMA yang belum pernah pacaran, tangannya melingkar di punggungku dan berusaha masuk ke dalam t-shirtku.
Gerakan tubuhnya terlihat sekali terbakar oleh rangsangan yang kuberikan melalui pijatan tadi, tubuhnya naik turun sambil sesekali bergoyang ke kiri dan ke kanan. Lama-lama daster yang dia kenakan tertarik ke atas oleh karena gerakannya tersebut, dan tanganku pun bisa leluasa untuk memegang pantatnya. Dia memakai celana dalam yang tipis berenda. Pelan-pelan kumasukkan tanganku ke dalam CD-nya dari atas.
Aku berhasil memegang pantatnya, wah.. seketika aku merasakan suatu gelora dalam diriku, sepertinya aku sendiri mulai terserang rangsangan yang sangat kuat. Aku pijat-pijat pantatnya, sementara kami masih saling berpagut, dia sendiri terlihat sangat menikmati pijatan tanganku pada pantatnya. Lalu aku mulai menaikkan tanganku, berusaha untuk membuka dasternya. Tanpa hambatan, aku berhasil menaikkan dasternya sampai ke bagian leher, kudorong dia pelan-pelan ke belakang, dia berusaha untuk tetap memelukku.
Aku berbisik padanya, aœAn.. tolong kamu mundur sebentar, aku tolong kamu nglepasin dastermu.a
Dia mengangguk pelan, lalu kubuka dasternya. Kulihat tubuhnya yang mulus hanya ditutupi BH dan CD saja.
aœAn.. gimana kalo semuanya aku bukaa¦?a tanyaku.
Ternyata ia mengangguk mengiyakan, aœSilakan Masa¦a
Kubuka pelan-pelan BH-nya sambil kubelai dua bukit di dadanya dengan lembut.
aœEhma¦ Mas.., Ana sayang sama Masa¦a katanya.
Aku tidak menjawab perkataannya. Kemudian kudekatkan wajahku ke buah dadanya dan mulai mengulum-ngulum pucuk bukitnya. Dia terlihat sangat menikmati perlakuanku tersebut, matanya terlihat sayu dan sepertinya mengharap yang lebih dari sekedar dikulum pucuk bukitnya.
Aku menengok ke arah jam dinding yang terletak di atas pintu, jarum menunjukkan pukul 12:08 malam. Aku sempat berpikir, sebenarnya bahaya kalau tiba-tiba Om atau Tanteku memergoki kami yang sedang asik di sini. Sekejap aku memutar otak, aku lalu berbisik ketelinga Ana.
aœAn.. kita pindah ke kamarku aja yah?a
Dia tersentak mendengar bisikanku. Aku sendiri kaget, aœApaan nih? Kok jadi medadak berubah?a
Aku rasakan ternyata Ana sepertinya tersadar atas apa yang sedang diperbuatnya. Dengan terburu-buru, dia menyambar pakaiannya dan berusaha lari menuju kamarnya. Cepat sekali kejadian itu berlalu, aku sendiri tidak sempat melakukan apa-apa, aku hanya melongo seperti Mandra diputus Munaroh. Gila, pembaca tahu sendiri kan? Lagi enak-enak bercumbu, tidak tahunya putus di tengah jalan. Tetapi aku sendiri maklum, sebenarnya Ana adalah anak yang taat beribadah. Dan kuyakin yang barus saja kualami, sebenarnya dia melakukannya di bawah sadar.
Paginya, aku bangun sekitar pukul 9:00, ternyata aku semalam ketiduran di depan TV. Aku ngucek-ucek mataku sambil mencari dimana kacamataku, agak lama kucari, tetapi tidak ada.
aœMana ya?a aku bergumam pelan.
Kebetulan Tante yang berjalan melewati ruang TV menuju dapur mendengar gumamanku.
aœCari apa Di?a tanya Tanteku.
aœTante liat kacamata Padi ngga?a
aœNgga tuh.. mungkin jatuh di bawah meja, coba cari lagi,a sambil dia berjalan menuju ke arahku ingin membantu mencari.
Dicari-cari sudah lama, tetap tidak ketemu, aœYep.. nanti dicari lagi deh Tante.. biar Padi mandi dulu.a kataku.
aœOke lah, nanti Tante bantu lagi carinya.a
aœOke Tante..a sahutku.
Aku bergegas menuju ke kamarku, mengambil peralatan mandiku.
Kamarku terletak di sebelah kamar Ana, sempat kulihat dari celah kamar yang tidak tertutup semua. Ana masih kelihatan pulas tidurnya. Mungkin dia tidak bisa tidur setelah kejadian tadi malam. Habis mandi aku menuju ke ruang TV lagi untuk mencari kacamataku yang masih sembunyi. Ternyata tante sudah ada di sana sedang nonton TV.
Aku tanya ke tante, aœKetemu ngga kacamatanya Tante?a
aœNgga tuh Di.. udah tante cari dimana-mana ngga ada, sampai-sampai sekalian Tante ngebersihin ruang ini deh.a
aœWaduha¦ gimana niha¦ susah deh. Aku kan ngga bisa baca kalo ngga pake kacamata,a pikirku, aœYa apa mau dikata, kalo lagi apes, gini deh jadinya.a
Pukul 9:30, kulihat kamar Ana sudah terbuka, beberapa menit kemudian Reni (ini nama adiknya) bergabung dengan kami di ruang TV sambil membawa nampan berisi 4 gelas teh.
Aku tanya dia, aœKok cuman empat gelasnya Ren?a
aœOoo, Papa kan udah berangkat kerja Mas.., jadi Reni bikinnya cuman 4.a jawabnya.
aœGitu ya?a sahutku.
Kami lalu berkumpul membicarakan keadaan Kota Tuban, tiba-tiba si Reni bertanya ke Tante.
aœMa.. kacamata yang di kamar Reni itu punya siapa sih?a tanyanya.
aœEit! lha ini dia nih si kacamata.. ternyata ngumpet di sana,a spontan aku menyahut, aœHeh! Itu pasti kacamataku.a
aœBetul.. itu pasti kacamatanya Mas Padi, Ren!a sahut Tante, aœSana cepet ambilin!a
Reni lalu berdiri dan mesuk kamar untuk mengambil kacamataku. Aku berpikir, mungkin kacamataku semalam kesangkut di bajunya Ana. Sesaat kemudian Reni kembali membawa kacamataku, aku sempat was-was, moga-moga Tante tidak curiga kenapa kok kacamataku sampai bisa mampir kesana. Memang ternyata dia tidak curiga sama sekali.
Pukul 10:00, Tante pamit mau berangkat ke pasar yang tidak terlalu jauh jaraknya dari rumahnya, si Reni ikut. Aku ditinggal sendirian. 5 menit waktu berlalu, aku mulai bosan, terus aku menuju teras depan ingin merokok. Di teras ternyata ada koran edisi hari itu, aku tertarik untuk membacanya. Kubolak-balik halamannya, tidak ada yang menarik. Bosan lagi deh, ngelamun jadinya. Aku teringat kejadian tadi malam.
Dalam hati aku berpikir, aœSekarang di rumah cuman ada aku berdua sama Ana. Wuih! kaloa¦ hehehe kaloa¦ misalnya aku iseng gimana ya?a
Akhirnya, ternyata aku nekat juga.
Aku bangkit dari tempat dudukku, masuk ke dalam. Sampai di depan pintu kamarku, aku punya ide. aœMmmm harusnya pintu depan kututup ya, terus aku pasangkan kaleng krupuk di bagian dalam, biar kalo kebuka dari luar kalengnya kegeser dan bikin suara brisik.a pikirku.
Cepat-cepat kukembali ke ruang tamu dan melakukan rencanaku. Setelah itu, aku kembali lagi ke kamar, hati-hati kuintip ke dalam kamarnya Ana, ternyata dia masih pulas tertidur. Aku berjingkat masuk ke kamarnya, perlahan aku duduk di samping tidurnya. Dia tidurnya mengorok hingga aku mau tertawa waktu itu, tetapi kutahan karena takut dia terbangun. Dengan hanya diterangi lampu baca (kamarnya tidak ada jendelanya), kupandangi wajahnya lama. 5 menit lebih kupandangi dia, semakin lama semakin manis.
aœGila ya, dengan adik sepupu kok seperti itu?a tapi pikirku, aœBiarin aja lah, iseng-iseng berhadiah.a
Kemudian aku mulai mencoba membelai rambutnya, pelan tetapi pasti. Dia tidak bereaksi, dia tidurnya brukut (memakai selimutnya sampai menutupi leher). Aku berusaha membuka selimutnya perlahan, kutarik ke bawah dan dia tetap tidak bereaksi. Kumasukkan tanganku ke dalam selimutnya sambil berusaha mencari payudaranya. Dengan tanpa kesulitan, tanganku sudah memegang payudaranya, tetapi masih terhalang dasternya.
aœEita¦ nanti dulua¦ ternyata dia ngga pake BH! Berarti semalam dia ngga pake BH-nya lagi dong, wah asik niha¦a pikirku.
Lalu kumasukkan tanganku melalui lubang di antara kancing dasternya. Tidak susah juga, tanganku sudah memegang daging empuk dengan tonjolan di puncaknya.
Ana menggeliat, agak keras menggeliatnya, dia terbangun.
aœMampus gua,a pikirku.
Dia melotot sambil teriak, aœLepasin dong Masa¦ apa-apaan nih Mas?a
Aku gelagapan berusaha mencari alasan, aœAna¦ kamu ngga inget semalem ya?a
aœLupain aja Mas! Ana ngga mau lagi, ngga boleh, entar dosa Mas!a
aœTapi Ana semalem udah ngelakuin dosa lhoa¦ kenapa ngga sekalian aja?a rayuku.
Kali ini dia benar-benar marah. Ana teriak-teriak menyuruhku keluar dari kamarnya. Aku turut saja, untung letak rumahnya berjauhan dengan tetangga, jadi aku tidak takut teriakannya terdengar tetangganya.
Waha¦ gagal nih ceritanya.., aku akhirnya hanya meraba-taba batang kemaluanku yang menganggur karena tidak jadi dipakai. Aku duduk di ruang TV lagi. Melihat acara tarian Bangkok, lumayan lah buat obat, melihat penyanyi Thailand yang cantik-cantik. Sebentar kemudian Ana keluar dari kamarnya, dia menuju ke arahku. Aku berusaha tidak peduli, dia lalu duduk di dekatku.
Katanya, aœMas maapin Ana ya? Ana udah bentak-bentak Masa¦a
aœNgga papa An.., Mas yang salah.a balasku.
aœSebenarnya Ana sayang sama Mas, tapi kita kan masih bersaudara, apalagi nanti kalo ketahuan ama Papa-Mama kan bisa berabe Mas!a jelasnya.
aœYa sudah.. lupain aja An, toh kamu masih muda. Nanti juga pasti ada cowok lain yang lebih pantas buat kamu.a lanjutku.
aœIya Mas, Masa¦ Ana mau ngasih sesuatu buat Mas.a
aœApa An?a tanyaku.
aœLiat sini deh Mas..a (dia mulai tidak kaku lagi)
Aku menoleh ke arahnya, tiba-tiba dia mendekatkan bibirnya ke arah bibirku.
aœMmpphha¦a
aœPlas!a jantungku spontan berdegup keras, aœKok tau-tau nyium sih?a pikirku, tetapi kunikmati saja, enak sih.
Pertamanya dia hanya mau mengecup saja, tetapi kulingkarkan tanganku di lehernya, dan kudekap dia. Dengan lembut kukecup bibirnya, dia tidak berontak ternyata, aku pererat dekapanku, dada kami sudah saling menempel. Aku merasakan kalau dia masih belum memakai BH-nya. Dengan perlahan kubelai punggungnya, dasternya yang terbuat dari sutera terasa halus sekali, sensasinya justru membuatku jadi semakin ON saja.
Coba saja pasangan anda disuruh pakai lingerie yang bahannya sutera, ditanggung kalau diraba pasti enak sekali. Lama kami berciuman dengan posisi itu, akhirnya capai juga aku. Kulepas pelukanku dan mengakhiri ciuman.
Aku berkata pada Ana, aœSini Ana¦ Mas pangku..a
aœNgga ah Masa¦ nanti kayak tadi malem deh jadinyaa¦!a
aœPercaya deh sama Masa¦ ngga sampe ngelakuin yang ngga-ngga kok, okey?a
Dia akhirnya mengalah, mungkin dia masih ada rasa ingin juga, dia juga tahu kalau sekarang kami hanya berdua saja di rumah, So? Why not?. Dia duduk di pangkuanku menghadap TV, tanganku bergerak dengan bebas di dadanya.
Kuraba dadanya sambil berkata, aœAn.. Ana ngga marah-marah lagi nih?a
aœBiarin lah Mas.. udah terlanjur nih, tapi janji ya jangan kebablasena¦a pintanya.
aœOkey An!a
Dari belakang, sambil tanganku membelai payudaranya, kulihat dia memejamkan matanya menikmati belaian tanganku. Tanganku meraba payudaranya dengan hati-hati, penuh perasaan aku membelainya, aku sendiri memejamkan mataku jadinya. Pelan tapi pasti, tanganku bergerak turun menuju perutnya. Agak dekat dengan V-nya kugunakan kuku jariku yang agak panjang untuk membangkitkan rangsangan di perutnya. Kulirik dia, terlihat dia menahan perutnya dengan membuat kaku daerah itu.
Dia menikmati perbuatanku, perlahan dasternya kutarik ke atas, dia diam saja, ujung dasternya sudah sampai ke pahanya. Sedikit lagi pasti aku bisa meraih celana dalamnya. Akhirnya sampai juga, CD-nya sudah tidak tertutup lagi, sekilas kulihat bercak basah di ujung V-nya. Tanpa berpikir lama, kupindahkan tanganku ke sana, tanganku merasakan memang di daerah itu sudah basah. Kusimpulkan pasti dia sudah terangsang berat.
Lalu kuselipkan tanganku ke dalam CD-nya, tetapi dia kali ini menahan tanganku supaya tidak masuk ke sana. Aku urungkan niatku untuk itu, tanganku hanya menggosok-gosok dari luar saja. Kemudian terlihat dia mengeluarkan lenguhan dan badannya menegang, seperti menahan sesuatu. Orgasme rupanya. Lalu badannya melemas lunglai di pelukanku.
Tanganku yang masih berada di selangkangannya merasakan kalau CD-nya bertambah basah. Kemudian Ana memandangiku. Lama kami berpandangan.
Ana kemudian bicara, aœMas, kita lakukan yuk. Ana udah ngga tahana¦a
Wah, benar-benar kejutan..! Ana tiba-tiba berubah pikiran. Hal ini tidak akan kusia-siakan. Tanpa bicara lagi, langsung kucium dan kuremas dadanya yang masih tertutup daster. Ana melenguh keenakan karena remasan itu. Kemudian aku melepas remasannya. Kupandangi dadanya di balik dasternya, kupandangi seluruh tubuhnya, kulitnya yang sawo matang. Kemudian aku melepas dasternya karena akan merepotkan saja.
Kini ia polos tanpa satu benang pun menutupi tubuhnya. Kemudian aku membopongnya ke kamar tidurku dan kubaringkan ia di tempat tidur, lalu kuciumi seluruh tubuhnya. Tubuh Ana bergetar hebat, menandakan bahwa dia baru pertama kali ini melakukan hubungan seks dengan lawan jenisnya. Kemudian aku mencium dan menjilat bagian perutnya dan mulai ke bawah dan mulai meraba serta membuka kedua pahanya degan kedua tanganku.
Tangan kananku membuka belahan vaginanya sedangkan seluruh bagian mulutku mulai mengolah bibir-bibir vaginanya. Tangan kiriku masih meremas buah dadanya yang sebelah kanan. Aku merasakan adanya cairan yang mulai membasahi permukaan bibir vaginanya. Aku terus menyedot dan menggigit-gigit perlahan labia mayoranya dengan asyik, sedangkan tangan kiriku sekarang meraba-raba klitorisnya dengan cairan pelumas dari lubangnya.
Asyik sekali, karena terlalu keasyikannya, secara tidak sadar, ada dua tangan menjambak rambutku, aku tidak menghentikan aktivitasku. Mulanya kupikir hanya gerakan kenikmatan yang diterimanya secara erotis. Eh, kok tambah lama terasa ada goyangan perlahan di bagian selangkangannya.
Begitu pula tanpa kusadari, ada suara-suara nafas tertahan dan jambakan di rambutku bukan lagi jambakan pasif, tetapi mulai membelai dan memegang kupingku. Aku tiba-tiba sadar. Dia benar-benar menikmatinya. Aku termanggu duduk di antara selangkangannya dan melihat ke arah wajahnya.
aœKok.., berhenti Mas..?a suaranya berat perlahan dengan tatapan wajah yang sayu.
aœEhh.. terusin Masa¦ hhha¦ kurang dikit lagi..!a suaranya tertahan.
Aku masih terduduk bingung dan memandangnya dengan pandangan bodoh. Dan yang menjengkelkan, batang kejantananku tidak berkompromi. Dia tegak mengacung, sehingga mencuat di antara kaosku. Kepalanya tampak licin karena cairan bening yang keluar. Sebenarnya batang kejantananku lumayan besar dan panjang, sehingga tampak mencuat tinggi. Tiba-tiba Ana bangun, dan duduk di hadapanku, memandangku dengan sayu.
Tiba-tiba tangannya mulai bergerak ke arah batangku, dan memegang lama sambil tersengal-sengal sehabis melumatnya. Kemudian memandangku perlahan dan meletakkan dirinya telentang di ranjang. Ana berdiri di atas tempat tidur dan berjongkok di depanku. Kemudian dia membuka kedua pahanya dan mengangkat lututnya ke atas sehingga lubangnya terlihat.
Ia meraba permukaan vaginanya sambil perlahan memandangku dan berkata, aœAyo Masa¦ masukin..!a
Aku seperti tersihir, antara bingung dan nafsu, menggerakkan diri untuk berlutut di antara kedua pahanya dan memegang kepala batangku yang licin terkena ludahnya dan mengarahkannya ke lubang merah mengkilat itu. Sejenak aku lupa bahwa dia masih belasan tahun, yang kurasakan secara reflek setelah dikenyot habis-habisan olehnya, ialah bahwa ia sudah tidak perawan lagi.
Dan, aœSsleeeppp..a ketat tetapi tidak begitu menjepit dan tanpa hambatan sama sekali (benar dugaanku). Aku menusukkan seluruh panjang batangku ke dalam lubang itu, dan hebatnya seluruh panjangnya batang kejantananku itu masuk total ke dalamnya serta membiarkannya sejenak merasakan denyutan hangatnya. Ana melenguh agak keras. Aku khawatir juga karena dia akan merasakan sakit di bagian dalam vaginanya. Tetapi karena malaikat nafsu lebih berkuasa, ya sudah aku santai saja dan mulai menarik batangku itu dari dalam lubangnya dan memasukkannya lagi seluruhnya.
Entah karena apa, aku tidak begitu merasakan rasa nikmat yang cepat naik. Memang terasa basah, licin dan enak tetapi, ya lebih karena ini memang sedang bersetubuh. Aku mulai berpraktek dengan berbagai macam cara menusuk dan arah tusukan ke dalam lubang vaginanya. Yang mulai mencemaskanku, Ana sama sekali tidak berusaha menahan suaranya. Ia mulai melenguh dan mengerang keras-keras ketika aku mulai mempercepat gerakanku. Aku antara cemas dan mulai nikmat, tidak peduli lagi. Lagi pula suaranya mulai merangsangku dan ini membuatku menusuk-nusuk dengan gerakan yang cepat dan keras.
aœAaahhha¦ aayooo Massa¦ aaduhha¦ cepat Masss..!a pintanya dengan nafsu.
Dia mengangkat kedua tangannya ke atas kepalanya. Bunyi beradunya kemaluan kami mulai terdengar keras, berkecepak-kecepak dan aku mulai merasakan lereng gunung telah kucapai. Tinggal mendaki cepat dan sampai di puncak.
Tiba-tiba Ana menghentikan gerakanku, dan menutup kedua pahanya sehingga terasa ada jepitan yang luar biasa di sekujur batangku. Kemudian dia memandangku sayu. Aku tahu apa yang dimaksudkannya dan mulai menggenjot lagi. Aku menjepitkan kedua betisnya di antara leherku dan bertumpu pada kedua tangan, sedang aku membentuk busur dengan tubuhku, merapatkan kedua pahaku sehingga terasa batangku membesar dan mulai menusuk-nusuknya cepat.
aœAaahhha¦ sssa¦a terdengar bunyi-bunyian antara suaranya yang merangsang dan bunyi kecepakan kemaluan kami yang beradu, sedangkan aku sendiri mengeluarkan suara helaan nafas yang cepat.
Beberapa menit kemudian, aku merasakan aliran yang semakin cepat memenuhi pinggul dan seluruh tubuhku. Keringatku telah mengucur deras.
Dan, aœAnnna¦ Annaaaa¦ aaadduuhhha¦ ssssa¦ Ann..!a spermaku menyemprot deras ke arah perutnya. Aku mengerang keras dan terus mengocok batang kemaluanku. Kemudian tanganku yang mulai begerak ke arah vaginanya segera menusuk-nusukannya. Lama aku terus menusuk-nusuk lubangnya karena rasa nikmatnya terus mengalir hingga tidak berapa lama kemudian Anna berkata, aœMasssa¦ aaaa¦ Maassa¦ ssshhha¦ aaddduuhh..!a
Ana menaikkan pelvisnya dan menerima tusukan-tusukan terakhirku dengan denyutan dinding vagina yang terasa cepat dan kenyal. Aku menindih tubuhnya yang kecil dan merasakan detak jantung yang cepat di dadanya dan dengusan nafas hangat di ubun-ubunku. Jariku masih menancap dalam di dalam vaginanya dan merasakan denyutan yang tidak kunjung reda.
Kemudian aku tergeletak di sampingnya, aku berkata kepada Ana, aœAna¦ kamu sekarang mandi saja ya..? Kayaknya kamu bau deha¦a
aœSialana¦ iya deh, Ana mandi, makasih ya Masa¦ Ana udah dikasih pelajaran sama Mas.a
aœSama-sama An..a
Aku tidak merasa menyesal karena dapat seperti yang kubayangkan (gadis yang benar-benar perawan). Yah, lumayanlah bisa meraba-raba kan? Ana lalu berdiri hendak menuju ke kamar mandi, sebelum dia pergi dia menoleh ke arahku lalu menunduk dan menciumku sebentar. Aku belaikan tanganku ke dadanya dan V-nya. BERSAMBUNGÂ