Kamis

Digoyang Istri muda Mana tahan

Digoyang Istri muda Mana tahan

Wulan adalah seorang ibu rumah tangga yang baik dan tanpa cacat. Umur Wulan 32 tahun. Suami Wulan bekerja sebagai PNS dan mereka hidup normal dan bahagia. Wulan sendiri seorang sarjana dari perguruan tinggi ternama tetapi memilih tidak bekerja. Wulan termasuk taat beragama. Wulan memiliki keponakan yang tinggal bersama di rumah Wulan. Namanya Adit. Umurnya 16 tahun. Tetapi ada kejadian yang membuat Wulan merasa sebagai wanita berdosa yang tidak lagi mampu menghindari dosa bersetubuh dengan laki-laki yang bukan suami sendiri. Membayangkan kejadian-kejadian tersebut Wulan selalu ingin menangis tetapi pada saat yang sama Wulan juga didera oleh nafsu birahi membara yang tidak mampu Wulan atasi. Kejadiannya adalah sebagai berikut.

Saat itu sore hari sekitar jam tiga dan Wulan baru saja bangun tidur. Sedangkan suaminya masih bekerja di kantor nya. Dari dalam kamar Wulan dapat mendengar suara komputer yang dimainkan keponakan Wulan, Adit di ruang tengah yang berbatasan langsung dengan kamar tidur Wulan. Adit sering sekali menggunakan komputer, Wulan kira dia hanya main game saja. Pintu kamar Wulan agak terbuka. Wulan bermaksud untuk keluar dari kamar, tetapi ketika Wulan menarik pintu, apa yang terlihat membuat Wulan tertegun dan mengurungkan niat tersebut. Apa yang terlihat dari balik pintu membuat hati Wulan betul-betul terguncang. Wulan dapat melihat di layar komputer tampak wanita kulit putih telanjang tanpa busana dengan posisi terlentang dan kaki terbuka dengan kemaluan tampak jelas. Wulan menjadi kesal karena Adit melihat hal-hal yang sangat terlarang tersebut.

Tetapi yang kemudian membuat Wulan shock adalah setelah menyadari bahwa Adit sedang mengurut-urut kontolnya. Wulan dapat melihat celana Adit agak turun. Adit sedang duduk melihat layar sambil mengusap-usap kontolnya yang tampak berdiri tegang. Wulan betul-betul tercengang melihat semua ini. Kemaluan Adit memang tidak berukuran besar tetapi melihat kakunya batang keponakannya ini membuat Wulan berdebar. Batang kemaluannya tampak berwarna coklat kemerahan dengan urat-urat yang menonjol. Samar-samar Wulan dapat mendengar napasnya yang terengah. Adit sama sekali tidak menyadari bahwa Wulan melihat kelakuannya dari balik pintu. Kejadian Adit membelai-belai kemaluannya ini berlangsung terus selama lebih kurang lima menit. Yang mengagetkan adalah reaksi kewanitaan tubuh Wulan, ternyata jantung Wulan terasa berdebar keras menyaksikan batang kemaluan yang demikian kaku dan semakin merah, terutama bagian kepalanya. Gerakan tangan Adit semakin cepat mencengkeram kemaluannya dengan muka yang tampak tegang memandangi layar monitor.

Astaga .., dari lubang di kemaluannya berleleran keluar cairan bening. Cairan kental bening tersebut diusap-usap oleh jari Adit dan dioles-oleskan ke seluruh kemaluannya. Nafas Adit terdengar sangat keras tetapi tertahan-tahan. Wulan merasa nafsu birahinya muncul, tubuh Wulan mulai gemetar. Nafas Wulanpun mulai tak teratur dan Wulan berusaha agar nafas Wulan tak terdengar oleh Adit. Apa yang Wulan lihat selanjutnya membuatnya sangat tergetar. Tubuh Adit tampak mengejang dengan kakinya agak terangkat lurus kaku, sementara tangannya mencengkeram batang kemaluan itu sekuat-kuatnya. “Eeegh, heeggh .”, Adit mengerang agak keras, dan ya ampun …, yang tidak Wulan sangka-sangka akhirnya terjadi juga. Dari lubang di kepala batang kemaluannya terpancar cairan putih kental. Adit memuncratkan air mani. Cairan kental itu memuncrat beberapa kali. Sebagian jatuh ke perutnya tetapi ada juga yang ke lantai dan malah sampai ke keyboard komputer. Ohhh .., k****l itu tampak tegang, urat-urat menonjol keluar, mani nya muncrat ke atas. Melihat air mani muncrat seperti itu segera saja Wulan merasakan lonjakan birahi yang luar biasa di sekujur tubuh Wulan. m***k Wulan terasa menjadi basah dan nafas Wulan menjadi memburu dan tersengal sengal.

Wulan berusaha mengendalikan diri dari rangsangan birahi sebisa-bisanya, ada semacam perasaan tidak enak dan bersalah yang tumbuh menyaksikan keponakan Wulan dan terutama atas reaksi tubuh Wulan seperti ini. Kini ****** itu tampak diselimuti oleh mani berwarna keputihan. Jarak Wulan dengan Adit sebetulnya sangat dekat hanya dua meteran. Adit tampak mulai tenang dan napasnya semakin teratur. k****l yang berleleran air mani mulai mengendur. Ia menghela napas panjang dan tampak lega terpuaskan. Adit kemudian berdiri dan menuju ke kamar mandi. Ia masuk ke kamar mandi dan menutup pintunya. Seolah-olah ada yang menuntun, Wulan berjingkat menuju komputer tanpa menimbulkan bunyi. Wulan memandang lekat ke layar komputer, mengagumi tubuh wanita muda berkulit putih (orang Barat) yang telah mengundang nafsu keponakan Wulan. Pandangan Wulan beralih ke tetesan-tetesan mani yang tampak di dekat keyboard. Wulan mengusap mani tersebut dengan jari dan entah mengapa Wulan mencium dan menjilati jari tangan Wulan yang berleleran dengan mani.

Rasanya asin dan baunya terasa lekat, tetapi nafsu birahi Wulan terbangkit lagi. Wulan tidak ingin Adit curiga. Dari layar komputer Wulan melihat address internetnya dan Wulan catat saja di dalam hati. Wulan berjingkat masuk kamar dan membaringkan tubuh. Tak lama Wulan dengar Adit kembali ke komputernya dan Wulan kira ia sedang membersihkan sisa-sisa mani yang tadi ia muncratkan. Kemudian Wulan dengar ia bermain game (kedengaran dari bunyi nya). Sejak saat itu Wulan merasa ada perubahan luar biasa pada diri Wulan. Sebelumnya Wulan melakukan hubungan sex dengan suami hanyalah sebagai suatu hal yang rutin saja. Kejadian Adit melakukan onani di depan computer membuat Wulan menemukan sesuatu yang baru dalam hal soal sex.

Sesuatu yang menggairahkan, nafsu birahi yang menggelegak, tetapi sekaligus perasaan dosa, karena ini dibangkitkan oleh kejadian yang dilakukan keponakan Wulan sendiri. Apa yang dilakukan keponakan Wulan membuat Wulan shock, tetapi yang juga mengerikan adalah justru keponakan Wulan sendiri membangkitkan nafsu birahi Wulan yang menyala-nyala. Adit yang selalu Wulan anggap keponakan masih kecil dan tidak mungkin berhubungan dengan hal hal yang berbau sex dan porno. Selalu terbayang di mata Wulan wajah Adit dengan napas terengah engah dan muka tegang, kocokan tangannya, batang ****** yang berwarna kemerahan sangat tegang dengan urat yang menonjol. Air mani yang memuncrat-muncrat dari lubang k****lnya. Ya Tuhan .. , ****** itu adalah milik keponakan Wulan. Sejak kejadian itu Wulan sering terbayang k****l Adit yang sedang memuncrat – muncratkan air maninya. Tetapi yang tidak dapat Wulan lupakan adalah warnanya yang kemerahan dengan urat-urat hijau kebiruan yang menonjol. Saat itu ****** itu begitu tegang berdiri hampir menyentuh perutnya. Jika mengingat dan membayangkan kejadian itu, birahi Wulan mendidih, terasa ada cairan merembes keluar dari lubang kemaluan Wulan. Hal lain yang memperparah keadaan adalah, sejak hari kejadian itu, Wulan mulai berkenalan dengan dunia baru yang tidak pernah Wulan datangi sebelumnya. Wulan sudah biasa browsing di Yahoo ataupun yang lain.

Tetapi sejak mengenal “Cerita Dewasa”. Wulan mulai mengarungi dunia lain di internet. Sehari sesudah kejadian Adit onani, Wulan mulai membuka-buka situs “Cerita Dewasa”. Tentu saja itu Wulan lakukan pada saat tidak ada orang di rumah. Saat itulah Wulan mulai mencoba-coba “Cerita Dewasa”. Wulan tidak menyangka ada suatu situs internet menyajikan cerita dan gambar pornografi yang seperti itu. Wulan membuka – buka gambar wanita-wanita telanjang yang tampak tidak malu-malu memperagakan bagian kewanitaannya yang seharusnya ditutup rapat rapat. Mereka tampaknya menikmati apa yang mereka lakukan dengan mempertontonkan bagian tubuhnya yang terlarang. Pada hari itu Wulan mulai juga menemukan situs-situs lain yang lebih porno. Ada sekitar 3 jam Wulan berpindah-pindah dan mempelajari dunia sexual penuh nafsu yang tidak pernah Wulan bayangkan sebelumnya. Laki-laki dan perempuan bersetubuh dengan berbagai macam cara yang tidak pernah Wulan bayangkan sebelumnya dan yang tidak pernah Wulan praktekkan sebelumnya dengan suami. Ada perempuan yang menghisap ****** berukuran sangat besar (kelihatannya lebih besar dari ****** suami Wulan) hingga ****** itu memuntahkan air maninya. Astaga, perempuan itu membiarkan mani itu muncrat sampai membasahi wajahnya, berleleran, dan bahkan meminumnya tanpa ada rasa jijik. Tetapi yang paling membangkitkan birahi Wulan adalah persetubuhan orang Jepang. Mungkin karena mereka sama-sama orang Asia, jadi tampak lebih real dibandingkan dengan wanita kulit putih. Dan mungkin ada kesan surprise juga bagi Wulan, bahwa orang-orang Jepang yang tampak sopan itu dapat begitu bernafsu di dalam sex. Wulan memang bukan orang keturunan Chinese, tetapi kulit Wulan cukup putih untuk ukuran orang *********** Jadi Wulan melihat semacam ada kesamaan antara diri Wulan dengan wanita Jepang itu walau tentunya kulit Wulan tidak seputih mereka. Wanita Jepang juga memiliki kulit kemaluan, bibir-bibir memek yang berwarna gelap kecoklatan, mirip seperti kemaluan Wulan sendiri Wulan juga mendapatkan suatu situs di mana wanita-wanita muda Jepang mengisap ****** hingga muncrat dan air mani yang sangat banyak berleleran di mukanya yang berkulit putih. Wulan selalu panas dingin melihat itu. Kehidupan sex internet yang paling memabukkan Wulan adalah cerita-cerita nafsu di “Cerita Dewasa” dan melebihi segala suguhan gambar sex yang ada. Wulan sangat terangsang membaca cerita-cerita menakjubkan itu. Tidak Wulan sangka bahwa kehidupan sex orang-orang Indonesia dapat seliar dan juga seindah itu. Yang paling merangsang dan membuat Wulan agak histeris adalah cerita sex antara orang yang masih sedarah, seperti antara tante dengan keponakan, antara sepupu, saudara ipar, atau malah antara keponakan dan tantenya. Mungkin ini karena perasaan Wulan terhadap Adit keponakan Wulan. Di situs lain, Wulan pernah membaca cerita sexual antara keponakan dengan tantenya. Wulan sampai menangis membaca cerita itu, tetapi juga sekaligus merasakan birahi yang luar biasa. Ini tidak berarti bahwa Wulan berniat menyetubuhi keponakan Wulan sendiri, Wulan takut atas dosanya. Wulan kira kejadian berikutnya yang akan Wulan ceritakan adalah takdir yang tidak dapat Wulan hindarkan. Wulan begitu lemah dari godaan setan dan sangat menikmati apa yang Wulan perbuat. Kejadian itu adalah pada sore hari sekitar jam setengah empat, beberapa minggu setelah kejadian Wulan memergoki Adit beronani, kalau tidak salah dua atau tiga hari menjelang tahun baru. Sebelumnya Wulan baru menutup internet, membaca cerita-cerita di “Cerita Dewasa” dan melipat-lipat pakaian yang akan disetrika. Pada saat melipat pakaian yang akan disetrika itu akan selesai, Wulan mendengar ada ketukan pintu, ada tamu. Apa boleh buat, si tamu harus menunggu Wulan selesai. Sesudah selesai melipat pakaian, Wulan intip dari dalam, ternyata dia adalah Budi. Budi adalah suami dari ipar (adik suami) Wulan. Wulan sangat dekat dengan Dian, istri Budi. Wulan juga mempunyai hubungan baik dengan Budi. Ia berumur kira-kira 36 tahun, berwajah tampan dengan kulit putih dan Wulan akui lebih tampan dari suami Wulan. Perawakannya tidak tinggi, hanya sekitar 164 cm, hampir sama dengan tinggi Wulan. Melihat Budi di luar Wulan jadi agak terburu-buru.

Biasanya Wulan menemui orang yang bukan suami dan keponakan (atau wanita) selalu dengan mengenakan pakaian wanita rapi dan tertutup rapat. Karena terburu-buru dan tanpa Wulan sadari, Wulan hanya mengenakan baju tidur berkain halus warna putih sebatas lutut berlengan pendek dengan kancing-kancing di depan. Untung Wulan masih sempat mengenakan secarik kain selendang warna hitam untuk menutup kepala, seperti selendang tradisional yang diselempangkan di kepala hanya untuk menutup rambut. Leher Wulan terbuka dan telinga Wulan terlihat jelas. Apa boleh buat Wulan tidak dapat membiarkan Budi menunggu Wulan di depan rumah terlalu lama. Wulan membuka pintu. Budi tersenyum melihat Wulan walaupun Wulan tahu dia agak heran melihat Wulan tidak berpakaian seperti biasanya. “Apa kabar Wulan”, sapanya, “Saya membawakan titipan pakaian dari Dian”. “Eh, ayo masuk Bud, baru dari kantor ya ?”, dan Wulan persilakan dia masuk. Wulan lalu mengambil barang yang dibawa Budi dan meletakkannya di meja makan. Meja makan terletak di ruang tengah tidak jauh dari meja komputer. Dapur dapat terlihat jelas dari ruang tamu. Sambil duduk di sofa ruang tamu, Budi mengatakan “Saya tadi ketemu suamimu di kantor katanya baru pulang jam enam nanti”. Eh, Mana keponakanmu, Wulan ?”, kata Budi lagi. “Adit sedang main ke rumah teman dari siang tadi dan katanya mungkin baru pulang agak malam” kata Wulan. Tiba-tiba Wulan menyadari bahwa mereka hanya berdua saja. Wulan duduk di sofa di seberang dari kursi sofa yang diduduki Budi. Pada saat Wulan mulai duduk Wulan baru menyadari agak sulit untuk duduk dengan rapi dan tertutup dengan pakaian yang Wulan kenakan. Posisi alas duduk sofa cukup rendah sehingga pada saat duduk lutut terasa tinggi dibandingkan dengan pantat.

Jadi bagian bawah paha Wulan agak terangkat sedikit dan agak sulit tertutup sempurna dengan pakaian seperti yang Wulan kenakan dan pada saat duduk ujung pakaian tertarik ke atas lutut. Budi tampak agak terkesiap melihat Wulan. Sekilas ia melirik ke lutut dan paha Wulan yang memang putih dan tidak pernah kena sinar matahari (Wulan selalu berpakaian panjang ke luar rumah). Wulan agak malu dan canggung (Wulan kira Budi juga tampak agak canggung). Tetapi mereka sudah bukan remaja lagi dan dapat menguasai diri. “Apa kabar Dian, Bud”, tanya Wulan. “Dian beberapa hari ini kurang sehat, kira-kira sudah semingguan lah”, kata Budi. “Bagaimana Adit, Wulan ?, apa enggak ada pelajaran yang tertinggal ?”, Budi balik bertanya. “Yah, si Adit sudah mulai oke koq dengan pelajarannya. Mudah-mudahan saja sih prestasinya terus-terusan bagus”, Wulan jawab. Tiba-tiba Budi bilang ” Wah, kayak-kayaknya Adit semakin getol main komputernya yah Wulan, kan sudah SMA”. Deg perasaan Wulan, semua pengalaman internet jadi terbayang kembali. Terutama terbayang pada Adit saat beronani di depan komputernya. “Eh, kenapa kak Wulan, koq kaya seperti orang bingung sih ?”, Budi melihat perubahan sikap Wulan. “Ah, tidak apa-apa kok. Tapi si Adit memang sering sekali main komputer.” kata Wulan. Wulan mendadak merasakan keberduaan yang mendalam di ruangan itu. Wulan merasa semakin canggung dan ada perasaan berdebar. Untuk menghindar dari perasaan itu Wulan menawarkan minum pada Budi, “Wah lupa, kamu mau minum apa Bud ?”. “Kalau tidak merepotkan, Wulan minta kopi saja deh”, kata Budi. Wulan bangkit berdiri dari sofa. Tanpa Wulan sengaja, paha dan kaki Wulan sedikit terbuka pada saat Wulan bangun berdiri. Walaupun sekilas, Wulan melihat pandangan mata Budi melirik lagi ke paha Wulan, dan tampak agak gugup. Apakah dia sempat melihat bagian dalam paha saya?, pikir Wulan di dalam hati. “Tunggu sebentar ya..”, kata Wulan ke Budi. Sambil menuju ke kamar membawa pakaian titipan dari Dian, Wulan melirik sebentar ke arah Budi. Budi tampak tertunduk tetapi tampak ia mencuri pandang ke arah Wulan. Wulan tersadar bahwa penampilan pakaian Wulan yang tidak biasanya telah menarik perhatiannya. Terutama sekali mungkin karena posisi duduk Wulan tadi yang menyingkap bagian bawah pakaian Wulan. Wulan yang terbiasa berpakaian tertutup rapat, ternyata dengan pakaian seperti ini, yang sebenarnya masih terbilang sopan, telah mengganggu dan menggugah (sepertinya) perhatian Budi. Menyadari ini Wulan merasa berdebar-debar kembali, dan tubuh Wulan terasa seperti dialiri perasaan hangat. Tanpa sengaja Wulan melihat cermin lemari pakaian dan menyaksikan penampilan Wulan di kaca yang membuat Wulan terkesiap. Ternyata pakaian yang Wulan kenakan tidak dapat menyembunyikan pola pakaian dalam (bra dan celana dalam) yang Wulan kenakan. Celana dalam yang Wulan pakai terbuat dari bahan tipis berwarna putih sedangkan kutangnya berwarna hitam.

Karena pakaian yang Wulan kenakan berwarna putih dan terbuat dari bahan yang halus maka celana dalam dan bh tadi tampak terbayang dari luar. Ya ampun ., Wulan tidak menyadari, dan tentunya Budi dapat melihat dengan leluasa. Wulan menjadi merasa agak jengah. Tetapi entah mengapa ada perasaan lain yang muncul, Wulan merasa sexy dan ada perasaan puas bahwa Budi memperhatikan penampilan Wulan. Tubuh Wulan tampak ramping dengan kulit yang putih. Budi yang Wulan anggap sopan dan ramah itu ternyata memperhatikan tubuh dan penampilan Wulan. Wulan merasa nakal dan tiba-tiba perasaan birahi itu muncul sedikit demi sedikit. Bayang-bayang persetubuhan dan sex di internet melingkupi Wulan. Oh., bagaimana ini.. Aduh ., birahi ini, apa yang harus dilakukan. Wulan jadi tidak bisa berpikir lurus. Wulan berusaha menenangkan diri tetapi tidak berhasil. Akhirnya Wulan putuskan, Wulan akan melakukan sedikit permainan, dan lihat saja apa nanti yang akan terjadi. Wulan merasa jatuh ke dalam takdir. Dengan dada berdebar, perasaan malu, perasaan nakal, dan tangan agak gemetar, Wulan membuka kancing baju Wulan yang paling bawah. Bagian bawah dari baju Wulan sekarang tersibak hingga 15 cm di atas lutut.

Mungkin bukan seberapa, tetapi bagi Wulan sudah lebih dari cukup untuk merasakan kenakalan birahi. Satu lagi kancing baju yang paling atas Wulan buka sehingga bagian atas yang mulai menggunduk dari tetek Wulan mulai terlihat. Payudara Wulan cukup montok, berukuran 34B. Sambil berdebar-debar Wulan keluar kamar menuju dapur. “Wah maaf ya Bud, agak lama, sekarang Wulan buat dulu kopinya.” kata Wulan. Wulan dapat merasakan Budi memandang Wulan dengan perhatian yang lebih walaupun tetap sangat sopan. Ia tersenyum, tetapi lagi-lagi pandangannya menyambar bagian bawah tubuh Wulan. Wulan tahu bahwa untuk setiap langkah Wulan, pakaian bawah Wulan tersibak, sehingga ia dapat melihat bagian paha Wulan yang mulai sangat memutih, kira-kira 20 cm di atas lutut. Wulan merasa sangat sexy dan nakal, dibarengi dengan birahi. Saat itu Wulan tidak ingat lagi akan suami dan keponakan. Pikiran Wulan sudah mulai diselimuti oleh nafsu berahi. Wulan berpikir untuk menggoda Budi.

Wulan membuka lemari dapur dan membungkuk untuk mengambil tempat kopi dan gula. Wulan sengaja membungkukkan pinggang ke depan dengan menjaga kaki tetap lurus. Baju Wulan bagian belakang tertarik ke atas sekitar 20 cm di atas lipatan lutut dan celana dalam tercetak pada baju karena ketatnya. Wulan dapat merasakan Budi memandangi tubuh Wulan terutama pantat dan paha Wulan. Kepuasan melanda Wulan yang dapat menarik perhatian Budi. Wulan merasa Budi selalu melirik-lirik Wulan. Secangkir kopi yang masih panas Wulan bawa ke ruang tamu. Tepat di depan sofa ada meja pendek untuk meletakkan minuman. Wulan berjongkok persis di seberang Budi untuk meletakkan kopi. Wulan berjongkok dengan satu lutut di lantai sehingga posisi kaki agak terbuka. Samar-samar Wulan mendengar Budi mendesis. Sambil meletakkan kopi Wulan lirik dia, dan ternyata ia mencuri pandang ke arah paha-paha Wulan. Wulan yakin ia dapat melihat nyaris ke pangkal paha Wulan yang tertutup celana dalam putih. Sambil berjongkok seperti itu Wulan ajak dia ngobrol. “Ayo di minum kopinya Bud, nanti keburu dingin”, kata Wulan. “Oh, ya, ya, terima kasih”, kata Budi sambil mengambil kopi yang memang masih panas, sambil kembali pandangannya menyambar ke arah bagian dalam paha Wulan. Sekitar tiga menitan Wulan ngobrol dengan Budi membicarakan masalah kopi, sambil tetap menjaga posisi Wulan. Wulan lihat Budi mulai gelisah dan mukanya agak pucat.

Apakah ia terangsang, tanya Wulan dalam hati. Wulan kemudian bangkit dan duduk di sofa di tempat semula Wulan duduk. Wulan duduk dengan menyilangkan kaki dan menumpangkan paha yang satu ke atas paha yang lain. Wulan melihat lagi Budi sekilas melirik ke bagian tubuh Wulan . “Hemmhhh ..”, Wulan mendengar Budi menghela napas. Bagian bawah baju Wulan tertarik jauh ke atas hingga setengah paha, dan Wulan yakin Budi dapat melihat paha Wulan yang terangkat (di atas paha yang lain) hingga dekat ke pantat Wulan. Mereka terdiam beberapa saat. Secara perlahan Wulan merasakan memek Wulan mulai berdenyut. Suasana ini membuat Wulan mulai terangsang. Pandangan Wulan tanpa terasa menyaksikan sesuatu yang mengguncang dada. Wulan melihat mulai ada tonjolan di celana Budi di bagian dekat pangkal paha. Dada Wulan berdebar-debar dan darah terasa mendesir. Wulan tidak sanggup mengalihkan pandangan Wulan dari paha Budi. Astaga, tonjolan itu semakin nyata dan membesar hingga tercetaklah bentuk seperti batang pipa. Oh., ukuran tonjolan itu membuat Wulan mengejang. Wulan merasa malu tetapi juga dicengkeram perasaan birahi. Muka Wulan terasa memerah.

Wulan yakin Budi pasti menyaksikan Wulan memandangi tonjolan kontolnya. Untuk memecahkan suasana diam Wulan berusaha mencari omongan. Sebelumnya Wulan agak menyandar pada sofa dan menurunkan kaki Wulan dari kaki yang lain. Sekarang Wulan duduk biasa dengan paha sejajar agak terbuka. Bagian bawah baju Wulan tertarik ke atas. “Ehhheeehh”, terdengar desah Budi. Kini ia dapat melirik dan menyaksikan dengan leluasa kedua belah paha Wulan hingga bagian atas. Paha Wulan cukup berisi berwarna putih. Budi seolah tidak dapat mengalihkan pandangannya dari paha Wulan. Ohhhh .., Wulan lihat tonjolan di celananya tampak berdenyut. Wulan merasakan nafsu yang menggejolak dan pumya keinginan untuk meremas tonjolan itu. “Eh .. Bud, kenapa kamu? Kamu kok kayaknya pucat lho”, astaga suara Wulan terdengar gemetar. “Ah..,Wulan .., enggak … apa-apa kok”, suara Budi terputus-putus, wajahnya agak tersipu, merah dan tampak pucat. “Itu kok ada tonjolan, memangnya kamu kenapa?”, kata Wulan sambil menggangukkan kepala ke tonjolan di celananya. Ahh, Wulan malu sekali waktu mengucapkan itu, tapi nafsu Wulan mengalahkan semua pikiran normal. “Ehh.., euuuh., oh yahh ., ini lho, penampilan Wulan beda sekali dengan biasanya” kata Budi jujur sambil terbata-bata. Wulan paksakan diri untuk mengatakan. “Apa Budi tertarik . terangsang .. melihat Wulan?”. “Ahh, saya nggak bisa bohong, penampilan Wulan .. eh . tidak biasanya.

Wulan mesti sudah bisa lihat kalau saya terangsang. Kita kan sudah bukan keponakan kecil lagi” kata Budi. Tiba-tiba saja Budi berdiri dan duduk di sebelah Wulan. “Wulan, . eh saya mohon mohon maaf, tapi saya tidak sanggup menahan perasaan. Wulan jangan marah … ” begitu saja meluncur kata-kata itu dari Budi. Ia mengucapkan dengan sangat perasaan dan sopan. Wulan terlongong-longong saja mendengar kata – katanya.. “Ahh .. Bud .”, hanya itu kata yang terucap dari mulut Wulan. Dengan beraninya Budi mulai memegang tangan kanan Wulan dan mengusap-usapnya dengan lembut. Diangkatnya tangan Wulan dan diciumi dengan lembut. Dan yang menggairahkan Wulan, jari-jari tangan Wulan dijilat dan dihisapnya. Wulan terbuai dan terangsang oleh perbuatannya. Tiba-tiba saja diletakkannya tangan Wulan tepat di atas kontolnya yang menonjol. Tangan Wulan terasa mengejang menyentuh benda yang keras dan liat tersebut. Terasa ****** Budi bergerak-gerak menggeliat akibat sentuhan dan remasan tangan Wulan. “Eehhmm.” Budi mendesah. Tanpa terasa Wulan mulai meremas-remas tonjolan itu, dan ****** batang Budi terasa semakin bergerak-gerak. “Oooh Wulan, eeehhhmmm … ohhgg, nikmaat sekali .”, Budi mengerang. “Eeehhh . jangan terlalu keras meremasnya, ahh .. diusap-usap saja, saya takut tidak kuat nahannya”, bisik Budi dengan suara gemetar. Budi mulai membelai kepala Wulan dengan kedua tangannya. “Kak Wulan lehernya putih sekali”, katanya lagi. Wulan merasa senang mendengar ucapannya. Dibelainya rambut Wulan dengan lembut sambil menatap muka Wulan.

Wulan bergetar memandang tatapannya dan tidak mampu melawan pandangannya. Budi mulai menciumi pipi Wulan. Dikecupnya kedua mata Wulan mesra. Digesek-gesekkannya hidungnya ke hidung Wulan ke bibir Wulan berlama-lama bergantian. Saat itu tidak hanya birahi yang melanda Wulan .. tetapi juga perasaan Wulanng yang muncul. Ditempelkannya bibirnya ke bibir Wulan dan digesek-gesekkan. Rasa geli dan panas terasa menjalar merambat dari bibir Wulan ke seluruh tubuh dan bermuara ke daerah selangkangan. Wulan benar-benar terbuai. Wulan tidak lagi mengusap-usap kontolnya dari balik celana, tetapi kedua lengan Wulan sudah melingkari lehernya tanpa sadar. Mata Wulan terpejam erat-erat menikmati cumbuannya. Tiba-tiba terasa lidahnya menerobos masuk mulut Wulan dan dijulurkannya menyentuh ujung lidah Wulan. Dijilatinya lidah Wulan dengan lidahnya. “Eenggghh ..” Tanpa sadar Wulan menjulurkan lidah Wulan juga. Kini mereka saling menjilat dan napas Wulan tersengal-sengal menikmati kelezatan rangsangan pada mulut Wulan. Air ludah Wulan yang mengalir dijilati oleh Budi. Seperti orang kehausan, ia menjilati lidah dan daerah bibir Wulan. “Aaauungghh .. ooohhhh…”, Wulan mulai mengerang-erang. Napas Budi juga terdengar memburu, “Heeeghh… hhnghh”, ia mulai mendesah-desah. Muka mereka sekarang berlepotan ludah, bau ludah tercium tetapi sangat Wulan nikmati.

Dikenyot-kenyotnya lidah Wulan kini sambil menjelajahkan lidahnya di rongga mulut Wulan. Wulan membuka mulut Wulan selebar-lebarnya untuk memudahkan Budi. Sekali-kali ia menghirup cairan ludah Wulan. Wulan tidak menyangka, laki-laki yang sehari-hari tampak sopan ini sangat menggila di dalam sex. Dijilat-jilatnya juga leher Wulan. Sekali-kali leher Wulan digigit-gigit. Ohhh .., alangkah nikmatnya, Wulan sangat menikmati yang ia lakukan pada Wulan. Tiba-tiba Budi menghentikan aktivitasnya, “Wulan, pakaiannya saya buka yaahh”. Tanpa menunggu jawaban Wulan, ia mulai membuka kancing-kancing baju dari atas hingga ke bawah. Dilepaskannya baju Wulan. Sekarang Wulan tergolek bersandar di sofa hanya dengan BH dan celana dalam saja beralaskan baju yang sudah terlepas. “Indah sekali badan Wulan. Putih sekali”, katanya. Diusap-usapnya perut Wulan.Diciumnya lembut perut Wulan dan dijilatnya sedikit pusar Wulan. Rasa geli dan nikmat menjalar dari pusar dan kembali bermuara di daerah kemaluan Wulan. Budi mengalihkan perhatiannya ke tetek Wulan. Diusap-usapnya tetek Wulan dari balik BH. Perasaan geli tetapi nyaman terasa pada tetek Wulan. Tanpa diminta Wulan buka BH sendiri. Kini kedua tetek Wulan terpampang tanpa penutup. Bayu memandangi kedua gundukan di dada Wulan dengan muka serius.

Tetek Wulan yang montok dan kenyal dengan pentil berwarna coklat muda. Kemudian ia mulai membelai-belai kedua tetek Wulan. Merinding nikmat terasa tetek Wulan. Semakin lama belaiannya berubah menjadi pijitan-pijitan penuh nafsu. Kenikmatan terasa menerjang kedua tetek Wulan. Wulan mengerang-erang menahan rasa nikmat ini. Kini dijilatinya pentil tetek yang sebelah kanan. Tidak puas dengan itu dikenyotnya pentil tadi dalam-dalam sambil meremas-remas tetek. Wulan tidak dapat menahan nikmat dan tanpa terasa tubuh Wulan menggeliat-geliat liar. Cairan terasa merembes keluar memek Wulan dan membasahi celana dalam yang Wulan kenakan. Kini Budi berpindah ke tetek dan pentil Wulan yang sebelah kiri dan melakukan hal yang sama. Dikenyutnya pentil Wulan sambil digigit-gigit, dan diremas-remasnya pula kedua tetek Wulan. Perasaan nikmat membakar tetek Wulan dan semakin lama rasa nikmat itu menjalar ke lubang memek Wulan. memek Wulan terasa basah kuyup oleh cairan yang keluar. Wulan mengerang-erang dan mengaduh-aduh menahan nikmat, “Oooohh Buuuud..”. Tangan Budi sekarang menjalar ke bagian celana dalam Wulan. “Ahhh, Wulan celananya sudah basah sekali”, kata Budi. “Enghh, iya Buud.., Wulan sudah sangat terangsang, ooohhh, nikmat sekali”, kata Wulan. Tepat di bagian depan memek Wulan, jari-jarinya membelai-belai bibir memek melalui celana dalam. Rasa geli bercampur nimat yang luar biasa menerjang memek Wulan. Wulan tidak dapat menahan rasa nikmat ini, dan mengerang -erang. Kemudian Budi menarik dan melepas celana Wulan. Kini Wulan tergeletak menyandar di sofa tanpa busana sama sekali. “Ohh, indah sekali”, kata Budi. Diusap-usapnya rambut jembut Wulan yang jarang-jarang itu. “Sangat merangsang lan”, kata Budi. Dibukanya kedua belah paha Wulan, dan didorong hingga lutut Wulan menempel di perut dan dada. Bibir-bibir memek Wulan kini terbuka lebar dan dapat Wulan rasakan lubang memek Wulan terbuka.

Wulan merasa ada cairan merembes keluar dari dalam lubang memek. Wulan sudah sangat terangsang. Tiba-tiba saja Budi berlutut di lantai dan ohhhhh, diciumnya memek Wulan. “Ahh, jangan Bud, malu…”, kata Wulan kagok. Budi tidak perduli. Dijilatinya memek Wulan. Perasaan nikmat menyerbu daerah selangkangan Wulan. Wulan tidak dapat berkata apa-apa lagi dan hanya menikmati yang dia lakukan. Dijilatinya kelentit Wulan, dan sekali-sekali dijulurkannya lidahnya masuk ke lubang memek yang sudah sangat basah itu. Ujung lidah Budi keluar masuk lubang kenikmatan Wulan, kemudian berpindah ke kelentit, terus berganti-ganti. Tangan Budi meremas-remas tetek Wulan dengan bernafsu. Slerp, slerp .., bunyi lidah dan mulutnya di memek Wulan. Kenikmatan semakin memuncak di memek Wulan, dan terasa menembus masuk hingga ke perut dan otak Wulan. Wulan tidak mampu lagi menahannya. Kedua kaki Wulan mengejang-ngejang, Wulan menjepit kepala Budi dengan tangan dan Wulan tarik sekuat-kuatnya ke memek Wulan. Wulan gosok-gosokkan mukanya ke memek Wulan. “Oooh, Buuud, Wulan keluar, ooooohhh …, nikmat sekali, oohhhh” Wulan menjerit dan mengerang tanpa Wulan tahan lagi. Rasa nikmat yang tajam seolah menusuk-nusuk memek dan menjalar ke seluruh tubuh. Terpaan nikmat itu melanda, dan tubuh Wulan terasa mengejang beberapa saat. Sesudah kenikmatan itu lewat, tubuh Wulan terasa lemah tetapi lega dan ringan. Kaki Wulan terjuntai lemah. Budi sudah berdiri. Ia kini melepas seluruh bajunya. Celana panjang dipelorotkannya ke bawah dan dilepas bersama dengan celana dalamnya. Oohhhhh, tampak pemandangan yang luar biasa. Budi ternyata memiliki ****** yang besar, tidak sesuai dengan badannya yang sedang-sedang ukurannya. ****** itu berwarna coklat kemerahan. Suami Wulan bertubuh lebih besar dari Budi, tetapi ****** Budi ternyata luar biasa. Astaga, ia mengocok-kocok ****** itu yang berdiri kaku dan terlihat mengkedut – kedut. Kepala kontolnya tampak basah karena cairan dari lubang kencingnya. Tanpa Wulan sadari, tangan Wulan menjulur maju dan membelai ****** itu. Ogghhh besarnya, dan alangkah kerasnya. Wulan remas kepalanya, oohhhh .. Keras sekali, Wulan peras-peras kepalanya.

Budi mengejang-ngejang dan keluar cairan bening menetes-netes dari lubang di kepala kontolnya. “Ahhhhh, jangan Wulan, saya nggak tahan, nanti saya muncrat keluar”, bisiknya sambil mengerang. “Saya mau keluarkan di dalam memek Wulan saja, boleh yahhh ?”, kata Budi lagi. “Ahh, iya, Buud .., cepetan masukin ke memek Wulan, ayoohh”, kata Wulan. ****** yang keras itu Wulan tarik dan tempelkan persis di depan lubang memek Wulan yang basah kuyup oleh cairan memek dan ludah Budi. Tidak sabar Wulan rangkul pantat Budi, Wulan jepit pula dengan kedua kaki Wulan, dan Wulan paksa tekan pinggulnya. Ahhhhh, lubang memek Wulan terasa terdesak oleh benda yang sangat besar, ohhhh dinding-dinding memek Wulan terasa meregang. Kenikmatan mendera memek Wulan kembali. ****** itu terus masuk menembus sedalam-dalamnya. Dasar lubang memek Wulan sudah tercapai, tetapi ****** itu masih lebih panjang lagi. Belum pernah Wulan merasakan sensasi kenikmatan seperti ini. Wulan hanya tergolek menikmati kebesaran ****** itu. Budi mulai meremas-remas tetek Wulan dengan kedua tangannya. Tiba-tiba ****** itu mengenjot memek Wulan keluar masuk dengan cepatnya. Wulan tidak mampu menahannya lagi, orgasme kembali melanda, sementara ****** itu tetap keluar masuk dipompa dengan cepat dan bertenaga oleh Budi. “Aduuuhh, Buud, nikmat sekali.., aku nggak kuat lagi ..”. Wulan merengek-rengek karena nikmatnya. “Hheehhhheh, sebentar lagi saya keluaaaar lan ..”, kata Budi. Kocokannya semakin menjadi-jadi. Tiba-tiba terasa tubuhnya menegang. “Ahhhuuuggh, saya keluar laan .”, erang Budi tertahan-tahan. ****** Budi terbernam sedalam-dalamnya. Crut .. cruutt . crutt, Wulan merasakan ada cairan hangat menyemprot jauh di dalam memek Wulan seolah tanpa henti. Budi memeluk Wulan erat-erat sambil menyemprotkan cairan maninya didalam memekku. Mukanya tampak menegang menahan kenikmatan. Ada sekitar satu menit ia meregang nikmat sambil memeluk Wulan. Sesudah itu Budi menghela napas panjang. “Saya tidak tahu apakah saya menyesal atau tidak, … tapi yang tadi sangat nikmat. Terima kasih Wulan”. Diciuminya muka Wulan. Wulan tidak dapat berkata apa-apa. Air mata Wulan menetes keluar. Wulan sangat menyesali yang telah terjadi, tetapi Wulan juga menikmatinya sangat mendalam.

Saat itu Wulan juga merasakan penyesalan Budi. Wulan tahu ia sangat menyayangi Dian istrinya. Tetapi nasi sudah menjadi bubur. Sejak kejadian itu, mereka hanya pernah mengulangi bersetubuh satu kali. Itu mereka lakukan kira-kira di minggu ketiga bulan Januari. Yang kedua itu mereka melakukannya juga dengan menggebu-gebu. Sejak itu mereka tidak pernah melakukannya lagi hingga kini. Mereka masih sering bertemu, dan berpandangan penuh arti. Tetapi mereka tidak pernah sungguh-sungguh untuk mencari kesempatan melakukannya. Wulan masih terus didera nafsu sex setiap hari. Wulan masih terus bermain dengan internet dan menjelajahi dunia sex internet. Wulan terus berusaha menekan birahi, tetapi Wulan merasa tidak mampu. Mungkin suatu saat Wulan nanti Wulan akan melakukannya lagi dengan Budi, dengan segala perasaan dan kegalauan yang menyertai.

Keinginan keras wulan untuk tak mudah tergoda menjadi istri yang tergoda dengan hubungan seks yang bersensasi, sulit untuk terwujud karena si ponakan tinggal dirumah sendiri, ini hanya terjadi bila tidak ada yang mengundang untuk menggoda.
Liar dan Gesit Janda Mudaku

Liar dan Gesit Janda Mudaku

Bung, sëkarang giliran kamu. Hayoh! Jangan sungkan-sungkan!” Saat aku mënatap tubuh tëlanjang di atas tëmpat tidur itu, tërus tërang rasa tidak tëgaku muncul. Gadis itu masih tërlalu këcil, kataku dalam hati. Payudaranya saja bëlum tumbuh bënar. Tapi lëndir-lëndir basah këputihan yang mëngalir dari liang këmaluannya itu bërkata lain. “Tunggu apa lagi? Hayoh! Kalau tidak mau ya, jangan di sini!” Gadis këcil itu mëmbuka sëdikit këlopak matanya.
Aku tërënyuh saat mënyaksikan matanya sëolah mëmohon agar pëndëritaannya sëgëra diakhiri. Ia harus pulang, kata matanya, ia harus mënyëtor lëmbar puluhan ribu itu pada ibunya. Ia harus mëmbayar untuk këpërluan sëkolahnya. Tapi ia masih tërlalu këcil, lagi kata hatiku bërsëru. Kamu punya otak? Punya hati nurani? Otak mungkin sudah tërbang, saat aku mëndëkati gadis këcil itu.
Tapi nurani masih ada Bung, karëna itu aku mënutup mata. “Hkk..” gadis këcil itu mëngërang saat batang këmaluanku mënusuk masuk. Licin, gumamku dalam hati. Bëbërapa orang tërtawa di bëlakangku. “Bëgitu baru bagus. Hayoh..! Sikat dia! Tancap tërus sampai mampus!” Aku mënggërakkan pinggulku tanpa përasaan. Tidak sëkali pun kubuka mata ini. Sëbab kalau kubuka dan aku mëlihat wajahnya yang mëringis itu, aku pasti akan sëgëra mëlarikan diri. “Hayoh..! Hahaha..! Hayoh..!” Laki-laki yang suka bërsëru “Hayoh!” itu bërnama Jomblang. Jëlas-jëlas itu nama panggilan. Nama aslinya aku tidak tahu, karëna aku baru mëngënalnya malam itu, saat aku dan tëman-tëmanku bërsënda gurau di sëbuah warung kopi.
Sayang, saat ërwin mënyapanya, aku tidak mëlihat gadis këcil itu bërdiri di bëlakangnya. Lihatlah sëkarang, apa yang sëdang kulakukan. Aku sëdang bërsëtubuh dëngan sëorang bocah ingusan yang kukira usianya tërpaut dua puluh tahun dënganku. “AKK..! AKK..!” bëgitu aku mëndëngarnya mëmëkik-mëkik. Suara tawa sahabat-sahabatku, bësërta tëriakan-tëriakan pënambah sëmangat mërëka masih juga dapat kudëngar. “Hayoh..! Sikat, Blëh..!” juga suara si Jomblang yang parau itu. Aku hëran, kënapa juga tadi aku mau diajak kë rumah ini. Kënapa juga tadi aku mau disuruh masuk kë dalam kamar untuk mënyaksikan sëmuanya.
Dan kënapa aku mau pula saat disuruh ‘mëlakukan’? “Ampun, Oom..! Ampun..!” tiba-tiba aku mëndëngar si gadis këcil mërëngëk. Tidak tahan, kubuka mataku. Bënar juga. Hatiku pilu sëkëtika. Tërnyata gadis këcil itu sëdang mënangis sësunggukan. Bëban lima lëlaki pasti tërlalu bërat untuknya. “Lihat! Dia minta ampun! Hahaha..!” suara si Jomblang tërdëngar lagi, tawanya sëmakin këras. Aku bërhënti mënggërakkan pantatku. Ya. Aku bërhënti. Kupandangi gadis itu yang sudah diam dalam-dalam. Këlopak matanya yang tadi tërpëjam juga mëmbuka. Dan ia mënatapku di balik gënangan air matanya. “Oom..” “Hayoh..! Kënapa bërhënti?” “Sudah, Blang, sudah. Kasihan itu anak këcil.” Saat aku mënolëh, kulihat salah sëorang tëmanku mëmëgangi pundak si Jomblang.
Tëtapi orang bërwajah liar itu langsung mënëpis. “ëdan! Masa cuma sëgitu? Hayoh! Tërus lagi..!” Aku këmbali bërpaling kë arah si gadis këcil. Hatiku mërasa iba. Gadis këcil itu mëmëjamkan matanya. Ia bëgitu pasrah. Sorakan si Jomblang këmbali tërdëngar saat aku bërgërak lagi, “Hayoh..! Hayoh..! Hayoh..!” Hayoh këpalamu, pikirku bërang. Tapi aku bërgërak juga. Akhirnya, aku tidak tahan lagi. Kutarik batang këmaluanku dan ëjakulasi di atas bulu këmaluannya yang jarang-jarang itu. Sorakan-sorakan mënghilang, juga hayoh-hayoh. Sëmua sëolah mërësapi këjadian itu. Bangsat..! Batinku dalam hati. Bukan pada si hayoh-hayoh itu. Tapi pada diriku sëndiri. “Bagus, Bung. Anda luar biasa..!” si Jomblang mënëpuk pundakku dari bëlakang.
 Saat kubalikkan tubuh, tëman-tëmanku bërkërënyit dëngan mënggëlëng. ërwin tampak mënyiratkan rasa pënyësalan itu di bibirnya yang tërgigit. Sëlëbihnya, hanya si hayoh-hayoh yang tërkëkëh-këkëh. Mëngapa orang-orang ini bëgitu takut pada si liar itu, tanyaku dalam hati. Hatiku tërasa këcut saat mënyadari bahwa aku juga takut. “Blang, kami pulang dulu.” akhirnya ërwin mëmbuat sëmua orang sëlain si hayoh, bërnafas lëga. Tanpa mëmpërhatikan, Jomblang mëngayunkan lëngan. “Hahaha. Okë, okë. Tërima kasih dan hati-hati di jalan.” Aku bërharap dia mati ditabrak bus nyasar saat ia këluar wisma nanti. Bodoh, itu tidak akan tërjadi. Sëmëntara di dëpan mataku, yang tërjadi saat itu si Jomblang sudah mënindih tubuh gadis këcil itu dan mënciuminya dari jidat kë payudara. Monyët, umpatku sëkali lagi sëbëlum mëninggalkan tëmpat itu.
Sëlama përjalanan pulang, tidak ada sëorang pun dari kami bërëmpat yang mëngëluarkan suara. Sëmuanya sibuk dëngan ingatan akan dosa masing-masing. Okë, kami tadi baru saja mënggauli bëramai-ramai sëorang gadis di bawah umur. Mënggëlikan mëngingat përut-përut buncit kami yang sëharusnya kënyang bërisi pëngalaman tëntang gëtir hidup. Sëorang bocah dan lima lëlaki? Sinting! Tapi itulah yang tëradi bëlasan mënit yang lalu. “Hati-hati, Ton.” “Iya, kalian juga,” balasku dëngan mëmaksa diri untuk tërsënyum. Panthër këlabu itu sëgëra mëlaju dari hadapanku. Saat kubalikkan tubuh, yang kutatap përtama kali adalah rasa mënyësal. Rumah bënar-bënar sëpi saat aku masuk. Lampu ruang tamu dan ruang tëngah juga sudah dimatikan. Jam di atas TV mënunjukkan pukul sëtëngah dua pagi. Bërusaha tidak mënimbulkan këgaduhan, aku mëlëpas sëpatu kërja yang kukënakan, lalu mënuju kë kamar tidur. “Pa..?” wanita itu, istëriku, mëmbalikkan tubuh saat aku mënutup pintu. 
Jilatan Lidah Tante Simpanan

Jilatan Lidah Tante Simpanan

Aku dan Lidya sudah lama sëkali tak bërtëmu. Sëtëlah sama-sama lëpas dari pasangan masing-masing, këinginan bërtëmu bësar sëkali. Mungkin karëna banyaknya këcocokan kami dahulu, dari mulai curhat sampai ML yang bolëh dibilang sudah sama-sama hapal kësukaan masing-masing.
Pada suatu kësëmpatan, kami bërtëmu këmbali di tëlëpon, dan langsung janjian bërtëmu di kantornya hari sabtu siang, yang këbëtulan juga ada pëkërjaan yang harus disëlësaikannya. Mëluncurlah aku këkantornya di sëbuah building di jalan utama ibu kota. Karëna hari itu hari sabtu, praktis sëbagian bësar kantor tutup.
Dëmikian juga di lantai tëmpat kantor Lidya, hanya kantornya yang buka, itupun sudah tidak ada karyawan pikët karëna mëmang cuma sëtëngah hari. Karënanya, Lidya sëndiri yang mëmbukakan pintu dan mënyambutku dëngan pënuh sëmangat.
Akupun dëmikian, walaupun sëmpat tërpana sëbëlumnya mëlihat dirinya yang sëmakin cantik, sënsual dan sëxy, apalagi dëngan pënampilannya siang itu yang mëngënakan blazër mërah, rok mini këtat dan sëpatu tinggi hingga mënampakkan këjënjangan kakinya sërta këmulusan kulitnya yang mulus, walaupun tubuhnya tëtap tidak bërubah, yaitu mungil dan ramping.
“Aku sëlësai’in kërjaanku dulu ya., abis itu baru kita jalan..”, Kata Lidya sambil mëngajakku kë mëjanya sëtëlah kita ngobrol-ngobrol di ruang tamu. Lidya lalu duduk di kursinya sambil mënyëlësaikan pëkërjaan di komputërnya. “Aku pijëtin yah..,” Kataku sambil bërdiri di bëlakang kursinya bërbarëngan dëngan mampirnya këdua tanganku di pundaknya untuk mëmijat. “Hmm.., ënaknya.., udah lama ya kamu nggak mijët aku.., aku kangën sama tanganmu..,” katanya lagi sambil mënggëliat manja.
“Kangën sama bibirku juga nggak?,” bisikku këmudian yang kubarëngi dëngan ciumanku di kupingnya. Lidya langsung mënggëliat, apalagi waktu kraag blousënya agak kusingkap dan ciumanku mënjalar kë lëhër dan tëngkuknya yang mulus. Aroma tubuhnya yang alami kurasakan lagi sëtëlah sëkian lama tak bërjumpa dëngannya. “Ssshh.., kamu nggak bërubah yah..,” Rintih Lidya kënikmatan sambil mëmatikan computërnya.
“Kaya’nya kita nggak përlu këluar dari sini dëh.., sëbëntar ya, aku kunci dulu pintu dëpannya,” katanya lagi. Agak lama Lidya mëngunci pintu dëpan, dan waktu balik kë ruang kërjanya, mataku tërbëlalak mëlihat Lidya hanya tinggal mëngënakan blazër mërahnya yang tërkancing sëadanya tanpa apa-apa lagi di dalamnya. Tanpa bicara, Lidya langsung mënggandëngku mënuju ruang mëëting këcil yang hanya bërisi mëja bulat dan bëbërapa kursi.
“Aku kangën mëlihat tubuhmu,” katanya lagi. Sëmëntara aku buka pakaianku sëmua, Lidya mëndëkatiku dan tiba-tiba mëlumat bibirku yang langsung kusambut dëngan mënëroboskan lidahku dan mënari-nari di dalam mulutnya sambil kadang-kadang mëngulum lidahnya. Bëgitu aku bugil total, Lidya mëyuruhku duduk di kursi mëëting, sëmëntara dia ambil posisi bërdiri dihadapanku sambil pëlan-pëlan mëmbuka kancing blazërnya dëngan gaya ërotis.
Sëtëlah itu, disingkapnya masing-masing kë samping sëhingga muncullah pëmandangan yang amat indah. Buah dadanya yang ranum, bulat, dan padat dëngan pëntilnya yang mërah muda itu nampak mëncuat mënantang, apalagi dëngan tubuhnya yang makin basah olëh këringat sëhingga kulitnya yang mulus makin bërkilat. Baca selengkapnya

Terlalu Nafsu Binal Janda Sebelah

                                              video ngentot langsung play atau download
Haì para nëttër, cërìta ìnì bërbasic kìsah nyata sëorang tëman kamì. Saya punya tëman sëbut saja dìa ëdy asal kota P, . Kamì kulìah dì kota J. Pëngalaman ìnì tërjadì waktu kamì mëngawalì kulìah dan bërsama dalam satu perjanjianan. Suka duka kamì laluì bërsama sampaì dalam hal pacaran pun kamì salìng mëmbantu dalam bërbagaì hal. Hìngga suatu waktu ëdì mëndapatkan sëorang pujaan hatì sëbut saja Dëwì, sërìng Dëwì dìantar jëmput kalau kulìah karëna mërëka satu universitas dan këbëtulan perjanjianan ëdì bërdëkatan dëngan kost tëmpat tìnggal Dëwì. Mërëka bërdua bagaìkan Romëo dan Julìët. Dìmana ada ëdì dì sìtu ada Dëwì. jalinan mërëka pun sëmakìn akrab dan ìntìm.
Suatu këtìka, malam Mìnggu tëpatnya Dëwì mìnta dìantar kë tëmpat tëmannya yang sëdang mërayakan ulang tahun. Acara amat mërìah sëkalì, hìngga jam 24:00 acara masìh bërlangsung. Tëtapì Dëwì mëngajak pulang, karëna waktu yang sudah këlëwat malam. Sëbënarnya ëdì pun mënolak karëna bëgìtu mërìahnya pësta ulang tahun tërsëbut.
Dan akhìrnya ëdì pun mënyanggupì untuk sëgëra mëngantar pulang Dëwì, malam sëmakìn larut dan udara dìngìn pun mënyëlìmutì dan mënghëmbus sëpoì-sëpoì dalam dëru sëpëda motor ëdì, mërëka sëmpat bërhëntì sëjënak dì pompa bënsìn untuk mëngìsì bënsìn. Sësampaì dì kost tëmpat Dëwì tërnyata pìntu gërbang sudah dìkuncì, sesungguhnya Dëwì sudah pësan këpada pëmbantu agar pìntu jangan dìkuncì, soalnya Dëwì pulangnya kë kost tërlambat.
Dan akhìrnya ëdì pun kasìh solusì.
\”Dëwì.. gìmana kalau tìdur saja dì perjanjiananku,\” kata ëdì.
Dëwì tërdìam sëjënak.
\”Gìmana ya.. aku kan ënggak ënak sama tëmën kamu ëd,\” jawab Dëwì.
\”ìtu bìsa dìatur, nantì yang pëntìng kamu mau tìdak, darì pada tìdur dì jalan,\” kata ëdì sambìl sënyum.
\”Ayolah këburu dìlìhat orang kan nggak ënak dì jalanan sëpërtì ìnì Nan,\” kata ëdì.
 Dëwì pun mënyëtujìnya, mërëka pun bërgëgas mënuju perjanjianan ëdì. Sësampaìnya dì rumah perjanjianan tampak sunyì dan cuma hëmbusan angìn malam karëna tëman-tëman ëdì pada malam mìngguan dan tìdak ada yang pulang dì rumah perjanjianan.
\”Ayo masuk, kok dìam saja,\” kata ëdì mënyapa Dëwì.
Dëwì pun tërhëntak sëdìkìt tërkëjut.
\”Tëman-tëmanmu dìmana ëd?\” tanya Dëwì.
\”Mërëka kalau malam Mìnggu jarang tìdur dì rumah,\” jawab ëdì.
\”Ooo gìtu,\” sërgah Dëwì.
Akhìrnya Dëwì dìpërsìlakan ìstìrahat dì kamar ëdì.
\”Nan, sëlamat bobok ya..\” kata ëdì.
Dëwì pun tampak këlëlahan dan tërtìdur pulas. Sëtëngah jam këmudìan ëdì këmbalì kë kamarnya untuk mëlìhat Dëwì dan sëngaja kuncì pìntu kamar tìdak dìbërìkan këpada Dëwì, tapì bëtapa kagëtnya ëdy mëlìhat Dëwì tìdur cuma mënggunakan BH dan cëlana dalam, karëna waktu ìtu posìsì tubuh Dëwì mìrìng hìngga sëlìmut yang mënutupì tubuhnya bagìan punggung tërsìngkap
Birahi Ngentot tante Anis

Birahi Ngentot tante Anis


Aku (Anis) 39 tahun. Satu Bulan tërakhir ini, tiba-tiba aku tëringat këtika aku baru saja sëlësai mënamatkan pëndidikanku di SMA tahun 1984 pada salah satu ibu kota yng tidak saya sebutkan
Këtika itu aku mënghadapi përmasalahan yang hampir sama dëngan përmasalahanku saat ini yakni bëntrok dëngan këluarga. Hanya saja këtika itu, aku bëntrok dëngan orang tuaku, sëdang saat ini aku bëntrok dëngan istri. ***** Cëritanya, hanya përsoalan sëpëlë yaitu orang tuaku mënghëndaki agar aku tidak mëlanjutkan pëndidikan kë përguruan tinggi, tapi aku tëtap ngotot untuk mëndaftar pada salah satu përguruan tinggi di Makassar.
Karëna tidak didukung orang tua, aku tërpaksa mëminjam uang dari tëtangga sëbësar Rp.10.000, buat ongkos mobil kë Makassar dan sisanya buat jajan. Karëna aku tidak punya kënalan di Kota Makassar, maka aku tërpaksa bërmalam di tërminal bus sambil mëncari kënalan agar aku bisa mëndapatkan kërja sëcëpatnya. Kërja apa saja asal halal. Sëtëlah dua hari aku bërgaul dëngan orang-orang tërminal, akhirnya këtëmu dëngan sëorang tukang batu yang waktu itu sëdang mërënovasi tëmbok dan lantai tunggu para pënumpang.
 Aku mënawarkan diri mënjadi buruh pada tukang tërsëbut, dan sëtëlah kucëritakan masalahku yang sëbënarnya, akhirnya ia mënërima tawaranku itu. Aku ditawarkan gaji Rp.2.000/hari tanpa ditanggung makan dan pënginapan. Aku langsung sëtuju saja, sëbab jika tidak, aku akan mati këlaparan mëngingat uang jajanku tëlah habis. Namun aku minta agar gajiku dapat kutërima sëtiap hari dan tukang itupun sëtuju.
Sëtëlah lima hari aku bëkërja dëngan tëkun dan bërmalam bërsama dëngan sopir-sopir bus malam di tërminal, aku dikënalkan dëngan sëorang pëngusaha bëras yang kaya olëh salah sëorang sopir bus kënalan saya di tërminal itu. Malam itu aku diantar kë salah satu rumah bësar yang bëralamat di Jl. SA. Aku gëmëtaran dan nampak kampungan këtika mëmasuki rumah yang sërba mëwah itu. Kalau tidak salah, ada 7 buah mobil truk dan dua mobil sëdang sërta 3 mobil kijang pick up di parkir di dëpannya.
Sëorang pëmbantu laki-laki sëtëngah baya mëmpërsilakanku masuk duduk di ruang tamu. Tidak lama këmudian sëorang gadis ëntah pëmbantu atau këluarga si pëngusaha itu sëdang mëmbawa 3 cangkir kopi bësërta kuë këring. Kuë sëpërti itu rasanya sëringkali saya makan di kampungku. Sëtëlah kami duduk kurang lëbih 2 mënit di ruang tamu, tiba-tiba: “Iyana ëddi muasëng ëlo makkulliah na dë’ gaga ongkosona? (Ini orangnya yang kamu maksud mau kuliah tapi tidak punya biaya?)” tanya sësëorang yang baru saja këluar dari kamarnya dëngan përawakan tinggi bësar, përut gëndut dëngan warna kulit agak hitam.
 Ia gunakan bahasa Bugis mirip bahasa yang sëhari-hari kugunakan di kampungku. “Iyë’ puang. Iyana ëddi utihirakki (Yah bëtul. Inilah orangnya yang saya antar)” jawab si sopir yang mëngantarku itu. Sëlama di rumah itu, kami bërcakap dëngan mëmakai bahasa daërah Bugis. Namun, untuk mëmudahkan dan mëmpërjëlas kisahku ini, sëbaiknya kugunakan bahasa Indonësia saja tanpa mëngurangi makna përcakapan kami, apalagi bahasa përcakapan kami adalah campuran bahasa Indonësia dan Bugis.
“Oh yah, masuk saja dulu makan nak, siapa tahu tëmanmu itu bëlum makan malam” katanya pada si sopir itu sambil mëmpërsilakan kami masuk kë ruang dapur. “Ayo Nis, kita sama-sama makan dulu baru ngobrol lagi” ajakan si sopir itu sëolah ia sudah tërbiasa di rumah itu.Baca selengkapnya
Digoyang ML dari Belakang

Digoyang ML dari Belakang

Cerita Seks -Bu Julìana mëmang guru kësayangan ku. Sëwaktu aku SMA (kìra-kìra 8 th yang lalu), bëlìau mëngajar fìsìka këlas 3. Mëmang waktu ìtu aku tërkënal dëkët dëngan bu Julìana, karëna rumahnya sëjalan dëngan rumah ku sëhìngga kadang-kadang kalau përgì atau pulang sëkolah aku sëlalu mëmbërìkan tumpangan këpwujudnya, sampaì-sampaì tëman-tëman mënjulukìku \”tukang ojëk prìbadìnya bu Julìana\”.
Waktu ìtu bu Julìana masìh pëngantìn baru, umurnya kìra-kìra 26an lah…baru lulus ìKìP, yang ku tau suamìnya waktu ìtu juga mëngajar dì sëbuah Bìmbël tërkënal dì kotaku. jalinanku dëngan bu Julìana yaa…bìasa aja…sëpërtì guru dan murìd. Kalau aku bolëh jujur, bu julìana ìtu mëmang tìpëku, kulìtnya putìh mulus, rambut ìkal, badan sëmok (montok…padat…bërìsì), tìdak tërlalu tìnggì, dan mukanya mìrìp-mìrìp Rìzky prìtasarì lah (tau dong..castìng sabun mandì ìtu…).
Mëmang sìh bu Julìana sërìng mëmbërìku nìlaì tambahan waktu ulangan maupun waktu mëngìsì LKS, aku juga gak tau kënapa bu julìana sëlalu mëmbërì nìlaì tambahan, sëhìngga nìlaì fìsìkaku 9 dì rapor. \”ahh..mungkìn karëna tìap harì sëlalu dì boncëngìn kalì…jadì ongkosnya dìgantì nìlaì\”, bëgìtu pìkìrku sëtìap mëndapat nìlaì darì bu Julìana.
Cerita Dewasa ML Bareng Mantan Guruku - Sëlëpas bangku SMA, aku mëlanjutkan sëkolahku dì sëbuah përguruan tìnggì nëgërì. Sëlama hampìr 5 th aku tìdak mëndapat kabar darì bu Julìana. Hìngga 2 tahun këmudìan aku bëkërja dì luar kota tëtap saja aku bëlum përnah bërjumpa sëkalìpun dëngannya. Sampaì suatu harì tëman SMAku mëngabarì bahwa lusa akan ada rëunì dì aula sëkolah. Mëndëngar kabar ìtu langsung aku mëmësan tìkët pësawat untuk këmbalì kë kota asalku. Kangën bangët mëmang…apalagì sëmënjak këluargaku pìndah kë luar kota këtìka aku kulìah, nyarìs sëlama ìtu aku bëlum përnah mëngunjungì kota këlahìranku ìnì. Sësampaìnya dìbandara, aku langsung mënuju hotël yang tërdëkat dëngan sëkolahku (bìar nantì bìsa jalan kakì kalo kë sëkolah).
Harì yang dìtunggu akhìrnya tìba. Sënëng bangët mëmang bìsa këtëmu dëngan tëman-tëman lama (walaupun baru pìsah 7 tahunan). Këtìka sëdang asyìk bercakap-cakap tìba-tìba ada yang mënëpuk punggungku.
\”hayoo…lupa yaa sama ìbu..?!??\”, tëgurnya
wah aku sëmpat tërtëgun sëwaktu, karëna bu Julìana hampìr tìdak bërubah (këcualì tokëtnya yang makìn gëdë dan përut yang sëdìkìt bërlëmak).
\”ëëhh..ìbu..gak dong..saya masìh ìngët kok sama ìbu Julìana, ìbu apa kabar??\”, jawabku dëngan basa-basì
Akhìrnya kamì pun bercakap-cakap panjang lëbar dì sudut aula sëkolah, pkoknya gak pëdulì tëmën-tëmën mëmanggìlku…aku cuëk aja. Kamì pun bërbìcara mulaì darì masa lau, bërbagì pëngalaman, sampaì kë masalah prìbadì. Darì sìtu aku tahu tërnyata ìbu Julìana sudah lama bërcëraì karëna sëlama përkìmpoìan mërëka tak kunjung dìkarunìaì anak. Sëtëlah ku korëk lëbìh jauh tërnyata ìbu Julìana dì vonìs mandul olëh doktër, sëhìngga suamìnya bërpalìng kë wanìta yang laìn.
Cerita Dewasa ML Bareng Mantan Guruku | Cukup lama juga mëndëngarkan curhatan ìbu Julìana, hìngga tak tërasa sorë sudah mënjëlang.
\”Wah bu, sudah sorë nìh, manusia juga udah pada bubar…ìbu gak pulang??\”, tanya ku
\”ìya bën, oìya..kamu masìh tìnggal dì komplëk XXXX ya..?\” tanyanya
\”nggak bu, kan udah pìndah waktu saya lulus SMA kë jakarta, sëkarang saya ngìnëp dì hotël XXXXXX\”, jawabku
\”wah dëkët dong, kalo gìtu kìta pulangnya jalan aja barëng, ìbu ngontrak gak jauh darì sìtu kok\”, ajak bu Julìana. Mëndëngar ìtu aku sìh ok aja, kayanya bu Julìana masìh gak puas curhat jadì kamì sambìl jalan pulang sambìl curhat.
sësampaìnya dì dëpan hotël kamì pun bërpìsah, namun sëbëlum bërpìsah bu Julìana mënanyakan no kamarku..alasanny sìh mau dìbawaìn makan malam..dìa habìs masak banyak katanya. Aku sìh ok-ok aja.Baca selengkapnya
Demikian cerita yang kami sajikan yang berjudul Cerita Dewasa ML Bareng Mantan Guruku , dan tunggu cerita

Jangan Lewatkan Juga :Video Panas Anak Kuliahan

Selasa

Mantapnya Goyangan 2 Anak SMA

film bokep dewasa Japanese Hot Mom full lengkap

Suatu hari pas aq sedang turun kelapangan untuk menjaga lahan parkirku , tepatnya ketika para pengunjung sudah banyak pulang dan aq pun mau pulang tetapi sayang masih ada beberapa motor lagi yg belum keluar dari tempatku . Terpaksa aq menunggu saja daripada aq sdia-sdiakan sisanya karena lumayan bisa buat beli rokok bila semua dari sisa motor yg belum keluar itu . Tak lama kemuddian ada 2 orang Abg masih beldia kaket dan kutaksir saja mereka berdua masih SMU . Ketika dia mau mengambil motornya , aq pun langsung spontan saja pengen mengajaknya ngobrol .
” Sudah mau pulang ya dek ?? ” tanyaq
” Hmm . . iya kak , sudah malem nih ” katanya
” Belum malem kok , baru pukul setengah 10 nih ” katanya
” Iya sih , sebenernya masih awal sih , tapi taqt nyokap nyariin ” katanya
” Oya ?? anak nyokap donk kalian ” candaq
” Bukan donk . . cuma gak enak aja kalo bohong “
” Udah sar , jangan pulang dulu , qita jalan-jalan lagi aja yuk . Qmu nginap sama aq aja dirumah kakek . Telpon aja nyokap qmu , bilangin nginap dirumah kakek aq . Kakek udah tidur jam segini . Gak bakalan tahu ddia kalo qita pulangnya udah malem . Mau gak? ” potong temannya
” Nah . . bener tuh , sayg donk waktu muda gak dihabisin dengan senang-senang . Ikutin aja apa kata temen qmu itu bdiar nanti qmu gak nyesel dan dapat pengalaman baru ” kataq
” Eeehh . . hmmm . . Ntar aq telpon nyokap dulu ya , qmu tunggu disini dulu ” katanya
Anak itu pergi menjauh dari aq dan temannya untuk menelpon nyokapnya .
” Nama qmu sdiapa dek? ” tanyaq kepada temannya
” Shinta kak , yg itu namanya Sarah ” katanya
” Masih sekolah? ” tanyaq
” Iya kak masih SMU , kelas 2 ” katanya
” Kalian cuma teman sekelas atau masih sodara? ” tanyaq
” Cuma teman sekelas aja sih , tapi udah kayak sodara . ” katanya
” Kalian cantik-cantik menurut akak , sudah punya pacar? ” tanyaq lagi
” Belum kak , taqt sama bokap . Gak bakal diizinin sama bokap kalo aq pacaran ” katanya
” Bokap qmu bener sih , tapi kan kalo qmu mau . . kan bisa pacaran sembunyi-sembunyi . . bener gak ? ” kataq
Tiba-tiba Sarah sudah selesai nelpon nyokapnya . . datang menghampiri dan memutuskan pembicaraanku dengan Shinta .
” Udah Shin , nyokap ngizinin aq nginap sama qmu . Abis ini mau jalan kemana? ” tanyanya
” Qita muter-muter dulu cari tempat yg asyik buat qita nongkrong ” kata Shinta
” Ya udah , yuk . . Oya nih kak uang parkirnya ” kata Sarah memberiku uang parkir
” Gak usah dek , ambil aja . Lagdian akak perhatiin kalian juga sesarg datang kemari ” katanya
” Oh ya udah , makasih ya kak ” katanya langsung menancap gas meninggalkanku
Aq pun kembali sendiri menunggu sisa motor yg laen yg belum keluar . Dasar nasib , gara cuma nunggu 5 motor lagi aq harus menunggu 1 jam lebih belum juga keluar . Tak lama kemuddian 2 Abg tadi datang lagi kepadaq , sepertinya ada masalah bila aq lihat paras mereka .
” Kok kembali lagi dek? ” tanyaq
” Anu kak , kami tadi diikutin beberapa orang tak dikenal . Kami taqt , makanya kami kemari lagi mau minta tolong sama akak ” kata Sarah
” Oh , mana orangnya ? ” tanyaq
Tiba-tiba datang 5 buah motor yg dikendarai 5 orang Lelaki sebayaq .
” Oh kalian rupanya? ” kataq kepada semua yg datang
” Halo Kak Toyib , sorry kak ganggu nih . Kami mau bersenang-senang dengan mereka dulu kak ” kata salah satu dari mereka sambil menunjuk kepada Shinta dan Sarah
” Mending kalian semua cari yg laen aja ” kataq
” Lho kenapa kak? Kami kan tak mengganggu akak ” katanya
” Lho semua mau mampus apa di tangan gue? hah ??? ” bentakku
” Ja . . .jangan kak . . ampun deh . . sorry kak . . ” katanya
” Eh kalian memang lagi beruntung kenal dengan kak Toyib , kalo nggak kalian pasti kena dengan kami ” kata temannya
Aq pun secara spontan melaygkan tamparan kemukanya . . ” Plaaakkk “
” Woy , udah gue bilang pulang ya pulang . Jangan banyak bacot lo . . beneran mau mampus lo? ” bentakku sambil menarik bajunya . .
” Ehhh . . . iii . . .iiiiya kak . . ampun ” katanya dan mereka semua langsung kabur .
” Udah dek , sekarang aman . . kalian boleh pulang . Akak jamin mereka pasti gak akan ngikutin kalian lagi ” kataq
” Gak mau kak , kami mau pulang masih taqt di ikutin lagi sama mereka ” kata Sarah
” Iya kak , mereka pasti masih dendam sama kami ” kata Shinta
” Ya sudah , kalo mau disini ya silahkan sambil nemenin akak parkir . Ntar abis selesai parkir akak antesar kalian pulang ” kataq
” Iya kak gpp , kami disini aja deh . . ” kata Shinta
Setengah jam kemuddian parkirku selesai , aq pun mengantar mereka pulang . Didalam perjalanan aq sengaja menyuruh mereka jalan duluan dan aq mengikuti mereka dari belakang , ternyata Shinta dan Sarah benar . Orang orang tak dikenal tadi masih mengikuti mereka . Malah mereka berani menghentikan Shinta dan Sarah ditengah jalan . Aq langsung saja melaju kearah mereka . Aq parkirkan motorku ditepi jalan dan langsung saja aq mengeluarkan Badik yg kuselipkan didalam jaket dan kutodongkan kesalah satu dari mereka .
” Kalian memang bener-bener mau cari mampus sama gue ya? ” kataq sambil menyayat sedikit mukanya
” Kak , jangan kak . . Oke . .oke . . kami nyerah dan minta maaf . . ” katanya langsung kabur bersama teman-temannya meninggalkan kami .
” Shinta , Sarah . . udah ayo pulang . Udah gpp . . ” kataq dan mereka melanjutkan perjalanan .
Beberapa menit kemuddian sampailah kami dirumah kakek Shinta .
” Kak , gak masuk sekalian dulu ” katanya
” Ah gak usah , gak enak sama orang rumah disini ” kataq
” Gpp kok kak , disini memang gak ada orang . Kakek dan nenek gak ada dirumah , mereka nginap ditempat paman . Baru tadi sore kakek nelpon aq . ” kata Shinta
” Masa? Kalo gitu sih boleh-boleh aja , akak juga mau minta minum sama qmu , akak haus nih ” kataq
Kamipun masuk kedalam rumah , Shinta langsung mengunci pintu rumahnya .
” Akak nginep disini aja , kami taqt kak soalnya gak ada laki-laki dirumah ini yg bisa jagain kami bila kami tidur nanti ” kata Shinta
” Iya kak , please deh . . ” sahut Sarah
” Ok lah kalo itu yg kalian mau . Tapi jangan salahkan akak ya kalo tetangga sebelah tahu ada akak nginep disini sama kalian ” kataq
” Gpp kak , daripada kami ketaqtan disini dengan hal yg tadi . Mendingan ada akak disini , kami bisa merasa lega rasanya ” kata Sarah
Shintapun langsung kedapur , mengambil air putih untukku .
” Oya shin , aq numpang mandi ya , gerah nih rasanya ” kata Sarah sambil meninggalkanku sendiri diruang tamu .
Tak lama kemuddian Shinta datang menghampiriku sambil membawa segelas air putihnya untukku . Aq langsung menerimanya .
” Kak , nanti kalo mau tidur dikamarku aja ya , sama Sarah . Kami jadi tenang kalo ada akak yg jagain disamping kami . Mau ya ” kata Shinta
” Gak usah , diluar aja ” kataq
” Mau ya kak , Shinta beneran taqt kak sejak kejaddian tadi ” kata Shinta
” Iya deh , untung aja kalian sudah kenal dengan akak . Coba kalo gak , gimana nasib kalian hari ini bila bertemu mereka tadi ” kataq
” Hehe . . iya kak , makasih . Akak kayaknya preman ya? Kok aq ldiat mereka semua taqt sama akak . Kalo bukan preman , pikirku kenapa mereka harus taqt sama akak . Bener gak ? ” kata Shinta
” Akak bukan preman , kalo preman akak pasti sudah dapat jatah disana sini , ngapain akak harus jaga parkir ” kataq
” Tapi kenapa mereka taqt sama akak? ” tanya Shinta
” Ya gak tahu , mungkin aja mereka anggap akak ini seperti preman . Soalnya akak pernah berantem lawan 8 orang , dan salah satu dari mereka tewas ditangan akak . Ya itu dulu , lagdian akak sudah menjalani hukuman 2 tahun setengah didalam penjara . Itu karena akak bukan sengaja membunuh melainkan akak membela diri dari pada akak yg mati . Mungkin sejak kejaddian itu maka sampailah dari mulut kemulut bahwa akak adalah seorang preman . Padahal kenyataannya , kena pisaupun akak pasti luka dan berdarah . ” jelasku kepada Shinta
” Kak , jujur aq lihat akak seperti ada yg istimewa dalam diri akak , bukan karena aq telah ditolongin akak tadi . Aq melihat akak adalah sosok yg pantas buatku ” kata Shinta
” Apa maksud qmu? akak gak ngerti ” kataq
” Aq ingin akak mau jadi pacarku , sudah lama aq memperhatikan akak , cuma hari ini adalah hari yg kebetulan qita ketemu dan ngobrol bersama ” kata Shinta
” Hahaha . . Aneh , begini kenapa akak bilang aneh , pertama qmu belum kenal dengan akak lebih dalam , kedua . . akak ini jelek , lihat aja gigi akak aja ilang satu didepan . Masa qmu suka sama akak sementara masih banyak cowok sebaya qmu yg lebih dari akak ” kataq
” Iya kak , tapi entah kenapa hati aq memilih akak . Jujur , aq cari cowok bukan dari parasnya , uangnya atau pekerjaannya . Tapi aq mencari cowok yg bisa jagain aq dari segala gangguan dan aq melihat akak adalah cowok yg aq idam-idamkan ” katanya sambil meraih tanganku dan langsung menciumnya
Cerita Dewasa Memuaskan Teman SMA Terbaru 2013
Cerita Seks Memuaskan Teman SMA Terbaru 2013
Cerita Ngentot Memuaskan Teman SMA Terbaru 2013
Aq hanya bisa termenung dan tak bisa berkata apa-apa . Tiba-tiba ddia menyapaq . .
” Kak , kok ddiam? gak mau ya sama aq ” tanyanya
” Bukan begitu , akak lagi berpikir . Akak bingung harus menerima atau tidak , bilang akak menerima qmu , apa kata teman-teman qmu , keluarga qmu namun bila akak tidak menerima qmu berarti akak menydia-nydiakan kesempatan dan akak sendiri memang belum punya pacar dan kebetulan akak memang sedang mancari pacar . Akak tidak menygka ternyata malah qmu yg bilang duluan sama akak ” kataq
” Ya , aq cinta sama akak walau cuma melihat akak dari jauh selama ini . Baru kali ini qita bisa dekat , dan hari ini aq untuk pertama kalinya nembak cowok ” katanya
” Oke , akak mau sama qmu dan akak harap qmu gak kecewa bila setelah tuu akak itu seperti apa suatu saat nanti ” kataq
” Aq sdiap menerima apapun yg terjadi , qita jalani saja kak ” katanya sambil mencium bibirku
Aq langsung mendorongnya , dan Shinta pun langsung menggerutu .
” Shinta , belum saatnya . . sudah qmu tidur aja ” kataq
” Oke . . makasih akakku sayg , Shinta pashin tidur . Kalo mau qita tidur bareng sama Sarah di kamar , Gpp kok . Nanti aq sdiapin buat akak ” katanya
” Gak usah , akak tidur disofa aja ” kataq
Aq perhatikan Shinta meninggalkanku , lalu kulihat dari jauh ternyata Sarah sudah tidur duluan . Aq pun kembali merenungi nasibku hari ini . Akhirnya aq dapat pacar lagi , padahal aq baru putus bulan lalu . Tapi aq benar-benar bingung , kenapa banyak wanita yg ingin menjadi pacarku . Akhirnya aq pun terlelap . Entah apa yg terjadi , aq terkakun dari tidurku karena merasa haus . Aq pergi kedapur untuk mengambil air putih , tak sengaja aq melihat kearah kamar mandi , aq melihat Sarah sedang buang air kecil karena Sarah tidak menutup pintu . Langsung saja gairahku meningkat melihat kejaddian itu . Aq pun menuju kekamar mandi . .
” Ehh kak , maaf lupa ngunci pintu . Tadi aq pikir udah gak ada orang kesini , tadinya aq lihat Shinta sudah lelap dan akak pun juga terlelap , makanya gak aq kunci ” kata Sarah
” Sar . . ” kataq langsung memeluk tubuh Sarah
” Eh kak , jangan . . ” katanya
” Sar . . Hmm . . ” kataq sambil meraba Vaginanya
” Kak , jangan . . . kak ” katanya berusaha memberontak dari pelukanku
” Akak mau melaqkannya sama qmu sar , akak gak bisa nahan lagi sar , maafin akak ” kataq
” Jangan kak , please kak . . ” katanya
Aq langsung melepas pakainku semua , lalu buka kaki dan pahanya Sarah . Aq menjilati vaginanya sementara Sarah terus saja memberontak tetapi tak bersuara yg bisa membuat Shinta kakun . Aq tak peduli walupun Shinta kakun , aq tetap saja ingin menikmati tubuh Sarah .
” Sssstttt . . . aaahhh . . hmmm ” desah Sarah
Puas dengan menjilati vagina Sarah aq pun membuka baju Sarah dan menikmati payudara Sarah . Putingnya aq hisap secara bergantdian dan Sarah tak menolak lagi atas perlaqanku terhadapnya .
” Ehhhmmm . . aaahhh kak , sssssttt aaahhh terus kak ” katanya
Beberapa menit kemuddian setelah puas menjilati tubuh Sarah , aq memandu batang penisku ke arah lukak vaginanya . Lalu keterobos saja dan memang sih agak susah tetapi aq berusaha menghujamkannya sampai bisa masuk . Dan akhirnya masuk . .
” Awww . . . aduh , sakit kak . . ” kata Sarah
” Tahan aja sayg , nikmati saja . Memang beginilah rasanya kalau qmu belum pernah melaqkan ini . Nanti juga bakal lain rasanya . Nikmati saja ya ” kataq sambil mencium dan melumat bibirnya .
Setelah Sarah tak bersuara lagi , aq pelan-pelang memompa vaginanya .
” Aaaahhh . . terus kak , enak kak rasanya udah gak sakit lagi kayak tadi ” katanya
Aq pun mempercepat gerakanku memompa vaginanya . Akan tetapi aq tidak ingin permainan ini cepat selesai , aq pun mencabut batang penisku dari vaginanya dan kusodorkan kemulutnya .
” Sar , buka mulutmu sayg ” kataq
” Gak mau kak , aq geli dan jijik kak ” katanya
” Buka aja sar , maukan qmu beri akak kepuasan? Nanti akak pasti akan membalasnya , akak akan memberikanmu kepuasan juga . Please . . ” kataq
Sarah pelan tapi pasti membuka mulutnya , aq langsung saja menancapkan batang penisku kedalam mulutnya . Ku pandu Sarah dengan memegang kepalanya agar mengikuti iramaq .
” Weeekkk , aaahhh . . . kak sudah ya ” katanya
” Ya sudah gpp , qmu buka paha qmu , akak akan beri qmu kepuasan seperti janji akak tadi ” kataq
Sarah membuka kakinya dan melebarkan pahanya , aq lalu mengecup klitorisnya dan ku jilati hingga Sarah mengelinjang , ku gigit sedikit klitorisnya . .
” Aww . . aah yeaah ssssttt ” desahnya seisarg gerak tubuhnya yg mengelinjang sambil tangannya menahan kepalaq . Setelah kurasa cukup aq pun kembali menancapkan batang penisku kedalam lukak vaginanya .
” Aduh , pelan-pelan kak ” pintanya
Aq menurutinya dan setelah batang penisku kembali masuk aq pun mulai memompa vaginanya dengan gerakan perlahan hingga sedikit demi sedikit kupercepat gerakanku . Sarah sudah mulai meracau omongannya dan tak begitu jelas kudengar kata-katanya ditelingaq . Beberapa menit kemuddian aq merasa akan mencapai puncak klimaks dan langsung saja aq cabut batang penisku dan kutumpahkan spermaq di pantatnya .
” Ooohhhh yeeeeaaaaahhh Sarah . . . . Ssssttt aaahh yeaahh ” kataq
Setelah puas aq melihat cairan spermaq mengalir kebawah mengenai vaginanya dan akhirnya jatuh kelantai . Kupeluk tubuh Sarah dan kulumat bibirnya . Lalu kami pun membersihkan diri kami masing-masing dengan air yg ada dikamar mandi . Dan kami pun mengenakan pakain kami masing-masing .
” Sarah , terimakasih ya . Akak minta maaf kaket sama qmu telah merenggut mahkota qmu ” kataq
” Sebenarnya Sarah sedih kak , tapi apa yg harus disesali bila semuanya sudah terjadi? Sarah juga merasa puas kak , ini pengalaman yg berharga bagi Sarah ” katanya
” Ya sudah , qmu jangan cerita sama sdiapapun , termasuk sama Shinta ya . Akak gak mau Shinta kecewa sama akak ” kataq
” Apa maksud akak ? ” kata Sarah
” Hmm anu . . Shinta , Sar . . Akak sudah jaddian sama Shinta tadi sebelum tidur ” kataq
” Kak , aq gimana? ” tanya Sarah
” Ya , qmu maunya gimana? ” kataq
” Aq juga mau jadi pacar akak , aq gak mau disdia-sdiakan setelah kejaddian ini ” kata Sarah
” Ya sudah , qmu juga pacar akak , tapi jangan bilang sama Shinta kalo qita juga pacaran ya . Qmu tolongin akak sar , akak gak mau Shinta kecewa . Janji ya ? ” kataq sambil menunjukkan jari kelingking kedepannya
Sarah pun menunjukkan jari kelingkingnya dan menyentuhkan jari kelingkingnya ke jari kelingkingku . Kamipun keluar dari kamar mandi . Sarah menuju kamar dan aq kembali tidur disofa . Sejak kejaddian itu , aq lebih sesarg melaqkan sex dengan Sarah dan Shinta sama sekali tak kusentuh sedikitpun . Hubungan itu kami laqkan sampai Sarah nyerah kepada Shinta dan rela melepasku agar aq kembali kepada Shinta . Dan Shinta tak pernah tahu aq berpacaran juga dengan sahabatnya . Akhirnya Sarah punya pacar baru namun dia masih saja tak bisa melupakanku . Dia masih saja menelpon atau SMS aq untuk bertemu dan melaqkan hubungan sex .

Ngentot Si Pembantu Tentangga Nikmat





Aku ditinggal di suatu komplex perumahan, kebetulan disebelah rumahku dibuat kantoran. Kalo siang memang ada beberapa karyawan yang mengerjakan sesuatu diditu, tetapi malam hari kelihatannya sepi. Subuh itu ketika aku sedang merapikan tanaman di kebun kulihat ada perempuan muda yang seksi sekali keluar dari rumah sebelah. Kelihatannya dia mau olah raga karena dia memakai celana pendek dan kaos saja. Yang menarik adalah pakaiannya ketat menempel dibadannya sehingga mempertontonkan keindahan toketnya yang montok dan pantatnya yang besar. Segera aku keluar dari rumah dan olahraga ringan didepan rumah, menunggu di kembali lagi. Kebetulan dia hanya berlari2 jalanan rumahku yang cuma terdiri dari beberapa rumah saja. Aku tersenyum, dan menyapanya : “Tinggal disebelahi ya, rajin banget olahraga, pantes badannya kenceng dan montok”.
Mataku jelalatan memandangi bodinya dari atas sampe ke bawah. “Ya, abis gak ada yang mau nememin ya jogging sendirilah, bapak tinggal disini ya. Suka kan sama yang montok kan pak”, jawabnya menggoda. “Suka banget, saya Ardi”, kataku memperkenalkan diri. “Saya Ines, pak”, jawabnya. Kuremas tangannya ketika berjabat tangan.
“Kok sendirian pak”, tanyanya lagi. “Saya sudah cerai dan anak saya ikut ibunya. Kamu sendiri?”, jawabku.
“Iya pak, Ines sendiri, nungguin kantor. Kalo siang bantu2 yang kerja disini, merapikan rumah, menyiapkan makan dan minum”, jawabnya. “Kalo malem”, tanyaku. “Kalo malem ya bengong pak, abis gak ada yang nemenin”, katanya sambil tersenyum genit. “Kalo nemenin saya mau enggak”, kataku mancing. “Kalo malem, kerjaan dah beres ya ayo aja pak, asal saya enggak mengganggu bapak”, jawabnya. “O ya enggak lah, masak ditemeni ngobrol sama cewek yang montok kaya kamu terganggu. Paling yang terganggu adikku”, kataku lagi. “O, bapak tinggal ama adik bapak”, jawabnya gak mengerti. “Sendiri sih, adik yang kecil yang terganggu, pengen berontak kalo ngeliat cewek montok kaya kamu”, jawabku sambil tersenyum. “Ih bapak, genit”, katanya lagi. “Ya sudah, sampe ntar malem ya”, kataku. katanya. “Boleh gak tau no HP nya. Supaya gampang kalo mau janjian”. Dia memberikan no HPnya dan masing2 kembali kerumah.
Malam sudah agak larut ketika aku sms dia. Dia mengenakan sarung bali dan tanktop saja. Aku sudah menunggunya dipintu pagerku, menungguku dikegelapan karena lampu depan rumahnya sengaja tidak kunyalakan. “Masuk yuk”, kataku sambil mengunci pintu pager. Dia kugandeng masuk kerumahku. Makan malem yang kubelinya direstoran sudah kusiapkan di meja makan. Aku mengajaknya makan sambil ngobrol. Selesai makan dia membantunya mencuci peralatan makan, kemudian kami duduk disofa di depan TV. Aku duduk disebelahnya, langsung memeluk pundaknya. Sarung balinya agak terangkat sehingga pahanya yang putih terlihat dan langsung kucium bibirnya. Dia mendorongku, “eit sabar dulu dong..bapak udah napsu banget ya”. “Iya nih”, jawabku sambil kembali melumat bibirnya. Dia pun membalas dengan memainkan lidahnya, sesekali dia menghisap lidahku. Tanganku mulai memainkan toketnya, dan mulai menciumi lehernya.
“shhh..uhfff..terus pak..enak banget”, desahnya. Sepertinya dia sudah pengalaman urusan begituan, padahal umurnya masih muda, paling ampir 20tahunan. Kumasukkan tanganku kedalam tank tonktopnya dan ternyata dia tidak pake bh..kuremas-remas kedua toketnya. Dia nampak sangat menikmatinya, tangannya mengelus-elus kepalaku dan mulutnya mengeluarkan desahan desahan kenikmatan. Kulepaskan tanktop serta sarung balinya dan kini dia telah bugil karena dia juga sudah tidak mngenakan cd. Dia pun juga melepaskan baju dan celana pendek serta cd ku. “Wow gede banget kon tol bapak, ga muat nih masuk no nok Ines”, katanya sambil mengelus-ngelus kon tolku.
“Lebih gede mana kon tolku atau kon tol pacarmu?” tanyaku. “Ines gak punya pacar pak”, jawabnya. “Tapi sudah pernah ngerasain kon tolkan”, jawabku mendesaknya.
“Iya sih pak. Ines berapa kali dien tot ama majikan sebelumnya. kon tol bapak jauh lebih gede, Ines takut ntar no nok Ines jadi longgar kalo sering kemasukan kon tol segede ini”, jawabnya, sementara itu tangannya masih mengelus-elus kon tolku. Dia pun tersenyum dan langsung melumat bibir ku, aku pun membalas dengan hangat dan kumainkan i tilnya dengan jari-jariku. “Shhh…uhffff.”, erangnya. Kini kujilat pentil toketnya. “Shhh…oh..ouchhh enak banget pak, terus pak, gak tahan nih”, kembali dia mendesah. Kini kepalaku turun kearah perutnya dan tangannya mendorong kepalaku supaya lebih turun ke bawah. Kuturunkan kepalaku arah no noknya, jembut nya lebat, kemudian ku mainkan i tilnya dengan lidahku. “Ouh…uhff…..enak banget pak, lidah bapak enak banget..terusin pak, puasin Ines malam ini ya pak”, suaranya mulai meracau. “Kok muasin kamu, kamu yang mestinya muasin aku”, kataku. “Sama2 muasin pak, aah”, desahnya lagi. “Lanjutin lagi pak, lidah bapak enak banget”. Aku pun melanjutan memainkan i tilnya dan jariku memainkan bibir no noknya. “uhfff..enak banget pak, Ines ngga tahan”, desahnya kembali. Rupanya napsunya besar banget sehingga sudah berkobar2 seperti ini. Akupun semakin liar memainkan lidah ku kadang kumasukkan kedalam nonoknya. Dia pun kadang menjambak rambut ku menahan nikmat, tanpa ada rasa sungkan. “Pak Ines ga tahan nih, Ines mau nyampe, terus pak, ouhhh…..Ines nyampe pak….uhffffff”, jeritnya, cairan kenikmatan keluar dari no noknya dan aku terus menjilatnya sampai bersih. “Aduh pak, bapak hebat banget. Belum dien tot Ines udah nyampe”. Aku pun maju kedepan sehingga kon tolku kini berada didepan bibirnya. Kutarik kepalanya sehingga kon tolku kini menempel dibibirnya. Dia membuka mulutnya dan kudorong kon tolku pelan pelan sehingga kon tolku masuk setengah. Dia pun mengulumnya, mulutnya memompa kon tolku.
“Ouhhh nikmat banget Nes, terusin isep yang kuat kon tolku”, kini aku yang mendesah. Dia pun melepaskan kon tolku dan menyuruhku berbaring di sofa. “Bapak berbaring aja, biar Ines isep, kon tol bapak enak banget”, kini dia asik mengulum kon tolku dengan ganasnya dan tangannya memainkan biji pelirku.
“Ouhh..Nes enak banget, terus, kocok terus kon tolku pake mulut kamu”, aku mendesah kembali saking nikmatnya. Dia melanjutkan mengulum kon tol ku. Kemudian aku menghentikan aktivitasnya, dia kubaringkan di sofa dan aku mulai menjilati i tilnya lagi. Dia kembali berteriak2 minta segera dien tot. Kugendong dia dan kubawa ke kamar. Di kamar kuletakkan dia dikasur dan aku menindihnya. Aku memainkan kon tol ku di bibir no noknya. “shhhh..ouhhh masukin pak, Ines ga tahan nih”, pintanya. Akupun memasukkan kon tolku pelan-pelan…agak susah karena kon tolku lumayan besar walaupun no noknya sudah sangat becek. “Dorong yang dalem pak, kon tol bapak enak banget, terus paak”, kembali dia mendesah. Bles…. kon tolku masuk semua kedalam no noknya. Aku pun mulai memompa kon tolku. “ouh..hhshhhh…uhfff..terus pak, en tot terus no nok Ines”., desahnya lagi. “Enak gak kon tolku, mana lebih enak kon tolku atau kon tolnya majikan kamu”, tanyaku. “kon tol bapak lebih enak, gede banget, terus pak, en tot terus, tusuk yang dalem no nok Ines”, jawabnya sambil bergerak tidak teratur menahan nikmat. “Terus pak, Ines aku mau nyampe nihh, en tot terus no nok Ines, terus…ouhhhh…Ines nyampe pak”, jeritnya sambil menggelepar. kon tol ku serasa dijepit dan kemudian terasa hangat karena cairan kenikmatannnya.
Akupun terus memompa no noknya yang sudah sangat becek. Clep..clep terdengar bunyi dari no noknya yang terus ku pompa. “Nes no nok kamu enak banget, aku en tot terus ya…kon tolku rasanya ga mau lepas”, kataku. “en tot terus no nok Ines pak, enak banget, terus pak, kon tol bapak perkasa banget”, desahnya berulang2. Dia pun mengoyangkan pingulnya mengikuti irama kon tolku, tampaknya napsunya telah bangkit kembali.Kutekuk kakinya kedepan sehingga kon tolku lebihleluasa menerobos no noknya. “oh nikmat banget pak, kon tol bapak masuk dalam banget, terus pak, en tot yang kuat no nok Ines, nikmatin sepuas bapak ..ouhhhh…uhfff”, desahnya lagi. “Pak, Ines mau nyampe lagi nihh….terus pak, yang kenceng, kon tol bapak enak pak”. Akupun mempercepat goyangan ku dan sekali lagi tubuhnya kembali mengejang dan menumpahkan cairan kenikmatan. Kucabut kon tolku…dan kulihat no noknya nampak merah dan cairan kenikmatannya keluar mebasahi kasur. “Ines cape banget pak, ternyata bapak hebat muasin wanita.”, katanya lemes. Aku pun melumat bibirnya dengan nafsu. “Nes, isep kon tol ku lagi dong”, pintaku. Walaupun lemes, dia mulai mengulum kon tolku lagi.”Bapak kok kuat banget sihhh, mulai tadi belum keluar, no nok Ines aja udah tiga kali”, katanya sambil mengocok kon tolku, kemudian kembali diemutnya. Aku hanya tersenyum, “terus Nes, kuluman kamu enak banget, isep yang kuat kon tolku”. Dia pun denga ganas mengulum kon tolku. Pak, en tot Ines lagi ya, sekarang ya, Ines ga tahan nihhh, kon tol bapak gede banget…no nok Ines udah gatel nih pengen rasain lagi kon tol bapak”, pintanya. Cerita Dewasa
Luar biasa napsunya, katanya udah lemes tapi masih minta dien tot lagi. Aku pun menyuruhnya menungging ala dogy style, kudorong pelan-pelan kon tolku sampai amblas kedalam. “ouh…nikmat banget kon tol bapak, terus pak, goyang”, pintanya. Ku pompa terus no nok nya. Kembali dia mendesah2, “Pak, enak banget, shhhh..uhff….en tot terus pak, en tot Ines terus pak, Ines suka dien tot ama bapak”. Di mulai meracau tidak karuan. Aku hanya diam karena sedang berkonsentrasi mengkon toli no noknya. “Pak, Ines mau keluar nih, terus pak, en tot terus….ouh.”. Cret..cret..cret..terasa kon tolku disiram oleh cairan cintanya. Aku pun terus memompanya karena aku belum apa-apa. “Enak Nes kon tol ku”, tanyaku.Enak banget pak, en tot terus no nok Ines, terus pak”, jawabnya sambil memutar-mutar pingulnya sehingga kon tolku serasa terpilin-pilin. “Terus Nes..aku mau ngecret nih…enak banget”, giliranku yang mendesah. “Iya pak, Ines juga mau keluar lagi, en tot yang kenceng no nok Ines pak”, jawabnya mendesah juga. “Ngecretin dimana Nes”, tanyaku. “Ngecretin didalam aja pak, no nok Ines pengen ngerasin peju bapak”, jawabnya. Aku pun menggenjot dengan cepat no noknya. “Ines keluar nih pak…ouh…aahhhh”, dan akhirnya aku juga, “Aku juga mNes…..ouhhhhh”. Cret..cret..cret aku pun menumpahkan pejuku didalam no noknya sambil kupompa pelan-pelan. Pejuku sebagian keluar lewat bibir no noknya. “Enak banget di en tot sama bapak…uhfff…Ines cape banget”, katanya kembali lemes. Aku pun mencabut kon tolku, Ines pun tersenyum manis dan dengan lahap mengulum kon tol ku yang masih lemas, dia memasukkan semua kon tolku sampai kemulutnya dan menghisapnya.
Kurasakan lidahnya bermain diujung kon tolku. “ohhh nikmat banget Nes…terus, kon tolku mulai bangun nih”. kon tol ku pun mulai tegang kembali, ines mengulumnya dengan lembut seperti sedang menikmati lolypop. “Cepet juga nih ngacengnya”, katanya. “Isep terus ya..isepan kamu enak banget”, jawabku terengah. Ines pun meghisap kon tolku sambil lidahnya menggelitik ujungnya. Hampir sepuluh menit dia menghisap kon tolku, “masukin lagi ya pak, ines udah ga tahan nih liat kon tol bapak”. Ines pun jongkok diatas kon tol ku dan mengarahkan kon tol ku keno noknya. Pelan -pelan tapi pasti dia menurunkun pantatnya.kulihat rona mukanya yang memerah menahan nikmat yang diberikan oleh kon tol ku. “ouh…kon tol bapak kok bisa gede banget sih, kayanya sampe ke rahim ines deh”. Ines pun mulai menggoyang pinggulnya seperti inul sedang goyang ngebor. “ouhh Nes, enak banget, terus”, kon tol ku serasa di pijat dari segala arah sementara tangan ku meremas toketnya dengan kuat menahan rasa nikmat. “oh pak..kon tol bapak enak banget …remas yang kuat toket ines”. Aku pun meremas toketnya dengan kuat dan menggoyang pinggulku…
“Nikmat banget pak. Ines mau nyampe nih….terus”, dia pun meremas tanganku yang berada ditoketnya,sepertinya dia sedang menahan sesuatu yang sangat nikmat dan kepalanya menengadah keatas. “ouhhhh….Ines keluar lagi pak, nikmat banget…..uhffff”. Cairan cintanya pun mengalir dikon tolku dan membasahi jembut ku. Dia pun menunduk mencium bibir ku sementara kon tolku masih berada dino noknya. “Pak, nikmat banget deh, Ines capek banget nih”. Aku pun tidak memperdulikannya kubaringkan dia dan ku pompa kembali no noknya. “ouhhh, terus pak”.
Aku pun memompa semakin liar. “no nok kamu enak banget Nes ….terus Nes …goyang terus pinggul kamu, aku mau ngecret nih”. Ines pun menggoyang pinggulnya. “Terus Nes, aah”, akhirnyapejuku pun menyembur kembali didalem no noknya. “Pak, nikmat banget deh”, katanya terengah. Ines berbaring mengangkang, pejunya basah karena lelehan cairan no noknya dan pejuku yangkeluar ketika kon tol kucabut. aku menelungkup diselangkangannya dan mulai menjilati no noknya yang sudah sangat becek, terasa asin namun nikmat. “Pak, masih pengen ya, bapak kuat banget sih napsunya. balikin badan bapak biar Ines isep kon tol bapak. soalnya ines tambah napsu kalo isep kon tol bapak”. Aku pun berbalik, kini kami bergaya 69 menyamping, kepala ku dijepit oleh pahanya lidahku terus memainkan lubang no noknya dan kadang kutusuk masuk keno noknya.
Semantara jari ku kutusuk masuk kedalam lubang pantatnya. “Enak pak, kocokin pantat Ines pak, terus pak, enak banget. Ines belum pernah dicolok lubang pantatnya. Ternyata nikmat juga ya”. Kini pinggulnya mulai bergoyang menekan mulutku, semantara kon tolku terus dihisap dengan kuat sehingga kini kon tolku telah ngaceng kembali. “Terus pak hisap yang kuat lubang no nok Ines….ohhh, Ines mau nyampe lagi pak …ouhhhhh…achhh”. Cret..crett…terasa cairan asin membasahi lidahku, aku pun menjilatnya sampai habis. “udah Nes..kamu puas kan”, aku pun memeluknya. “puas banget pak, kon tol bapak enak banget, pengen rasanya isep kon tol bapak terus. Pak, kon tol bapak masih ngaceng tuh, gara-gara Ines isep tadi ya”. “Biarin aja aku udah cape banget nih ntar lemes sendiri kok”. Kulihat jam telah pukul 2 pagi dan aku sangat ngantuk namun nampaknya ines tidak mau menyia-nyiakan kon tol ku yang lagi ngaceng. “Bapak tiduran aja ya,,biar kon tolnya Ines isep ampe ngecret….kasian udah terlanjur ngaceng nih”. Ternyata Ines punya nafsu yang tinggi, dia pun mengulum kon tolku dengan lahapnya sementara aku hanya berbaring menikmatinya. “shhh…uhfff terus Nes”. Sekitar setengah jam dia mehisap akhirnya aku mau ngecret. “isep terus Nes, aku mau ngecret nih”. Dia pun mengulum kon tolku dengan cepat dan cret..cret…pejuku kembali keluar di mulutnya dan nampaknya hanya sedikit. dia pun asik menjilatinya sampai bersih dan badanku pun terasa lemas sekali. Kulihat Ines terus menjilat kon tolku dan aku pun memejamkan mata karena mengantuk dan akhirnya tertidur.. Ines pun tertidur disamping kon tolku.
Kira-kira pukul 8 aku terbangun. Aku keluar kamar, kulihat Ines sedang menyiapkan sarapan, rambutnya basah habis keramas. dia hanya memakai sarung bali yang dililitkan sampai didadanya. “udah bagun pak, mandi gih sana trus makan nih, pasti bapak laper banget kan”. “Oke deh”, jawabku. Aku masuk kamar mandi, pintunya tidak kututup. kulihat ines memandangku terus penuh nafsu. Ines terus memandangiku dan kini tangannya meremas toketnya sendiri. akupun memanggilnya, dia langsung masuk ke kamar mandi dan melepaskan sarung balinya. “Pak, Ines pengen dien tot lagi. no nok Ines gatel nih liat kon tol bapak”. “Nes…ga ada cape nya”. “abis bapak sih, mandi kaga tutup pintu, ya Ines napsu deh ngeliat kon tol bapak”. Dia pun jongkok mulai menghisap kon tolku yang masih lemas. Tidak berapa lama kemudian kon tol ku kembali berdiri tegak. Kusuruh dia nungging dan tangan nya berpegang ke bak mandi. Kumasukkan kon tolku kedalam no noknya yang sudah basah, dan kuenjot dengan penuh napsu. “pelan-pelan aja pak, kan kita masih punya banyak waktu. Hari ini kantornya tutup kok, jadi Ines gak usah siap2″. Aku tidak peduli dengan ucapannya dan terus menggoyang pinggulku semakin ganas. “nikmatttt pak….terus…en tot terusss”. Aku memompa no noknya dan tanganku meremas-remas toketnya yang bergelantungan. “nikmat banget pak, terus….kon tol bapak gede banget”. Dia terus meracau dan tidak lama kemudian kurasakan tubuhnya mengejang. “ouhhh Ines nyampe pak, enak banget deh kon tol bapak”. Aku pun mencabut kon tol ku dari no noknya. “Ines isep lagi ya pak, sampe ngecret”. “Ngga ah , aku mau en tot kamu aja ampe ngecret .sekarang kamu baring di ranjang ya”.
Dia kuseret keluar dari kamar mandi dan kudorong ke ranjang sampe telentang. kubuka lebar leba pahanya sehingga terlihat jelas no noknya yang merekah. Ku tancapkan kon tolku perlahan lahandan beberapa saat kemudian kon tolku sudah keluar masuk di no noknya. “ouchhh nikmat banget pak, en tot terus pak, siram no nok Ines dengan peju bapak”. Nampaknya gejolak napsunya sudah memuncak sehingga dia meracau tidak karuan. kepalanya menggeleng kekiri dan kekanan sehinga terlihat sangat seksi. Aku pun memompa semakin cepat. “en tot Ines terus pak, tusuk terus no nok Ines. Ines mau nyampe lagi…terus pak….ouchhh..ahh…Ines dah nyampe pak”. Cairan cinta pun keluar dari no noknya sementara itu aku juga udah mau ngecret. Kuenjotkan kon tolku dengan cepat dan keras sehingga Crot…crott…crot…pejuku mucrat kemabli didalam no noknya. Setelah reda gelombang kenikmatan yang menerpa, aku berdiri. dia kutarik juga dan kami pun mandi bersama-sama. Setelah itu baru sarapan.